Be Sure, Be Astute and Hit The Ground Running: Persiapan Melamar Program LL.M.

3
4702

Tahun lalu, saya mendapat kehormatan untuk sekolah di salah satu sekolah hukum terbaik dunia, Harvard Law School (HLS) untuk program Master di bidang Hukum yang biasa dikenal dengan program LL.M.

Dari pengalaman saya sekolah di HLS, saya mau berbagi catatan-catatan yang saya ambil dari pengalaman saya mendaftar, belajar dan kemudian lulus dari HLS. Masa-masa pertengahan tahun seperti sekarang biasanya merupakan masa-masa persiapan untuk melamar ke sekolah-sekolah di Amerika dan karenanya saya harap catatan-catatan saya ini bisa menjadi petunjuk bagi teman-teman yang berkeinginan atau sedang bersiap untuk melamar ke program yang sama atau mungkin program LL.M. lain di sekolah yang berbeda.

Saya termasuk orang yang beruntung karena bisa memilih program S2 yang mau saya kejar. Saya sadar bahwa untuk banyak teman-teman memilih program S2 tergantung terhadap banyak hal, misalnya apakah ada tawaran beasiswa untuk pergi kesana, apakah tempat bekerja mengizinkan pergi ke sekolah tersebut dan alasan-alasan lain yang mungkin ada. HLS merupakan cita-cita saya dari kecil dan dulu saya yakin bahwa apabila saya melamar dan bisa diterima maka tantangan apapun, terutama tantangan yang bersifat finansial, harus bisa saya atasi. Seorang teman dekat saya yang kuliah di Harvard Kennedy School juga pernah berkata bahwa kalau memang impian kita pergi ke sekolah yang terkemuka, jangan biarkan hambatan finansial menghalangi kita untuk setidaknya melamar. Kalau kita nanti diterima pasti akan ada jalan.

Sekali lagi, cerita saya di bawah ini sebagian besar merujuk kepada pengalaman saya ketika di HLS dulu dan mungkin ada beberapa bagian yang tidak sama dengan pengalaman LL.M. di sekolah lain. Saya akan membagi tulisan saya ini menjadi 2 bagian besar: apa yang harus disiapkan sebelum mendaftar dan apa yang bisa dilakukan setelah diterima.

A. Sebelum Mendaftar: Be Sure

Yang paling penting adalah kita harus yakin dahulu dengan program LL.M. yang kita mau lamar dan bidang studi yang mau kita pelajari. Yakin ini berarti lebih dari sekedar suka dengan sekolahnya karena sekolah tersebut prestisius atau karena kotanya menyenangkan. Program LL.M. akan terasa sangat singkat, kurang lebih 10-11 bulan, jadi kita harus benar-benar memanfaatkan waktu yang kita punya.

Ada banyak situs-situs di internet yang bisa kita manfaatkan untuk mencari tahu program-program LL.M. (selain tentunya situs resmi universitas tersebut), salah satunya LLM-guide.com. Di situs LLM-guide, banyak diskusi mengenai program LL.M., mata kuliah serta dosen-dosen yang ada di universitas tersebut. Situs ini bisa menjadi titik awal yang baik apabila memang kita belum tau sama sekali mau sekolah di mana. Situs ini juga bisa memberikan petunjuk beasiswa apa yang bisa kita cari untuk sekolah tertentu. Namun, sebelum mulai mencari, yakinkan dulu bidang hukum apa yang mau kita pelajari. Mengenai hal ini, menurut saya lebih baik sebelum melamar S2 kita sudah punya pengalaman kerja dahulu agar membantu penajaman minat kita. Cari tahu soal program studi, penjurusan atau dosen-dosen tertentu yang sesuai dengan minat belajar kita. Banyak orang pergi studi LL.M. hanya karena ingin gelarnya saja namun ternyata yang dipelajari kurang sesuai atau tidak dapat diaplikasikan sekembalinya ke Indonesia. Hal yang paling sering saya temui adalah orang yang pergi belajar LL.M. untuk belajar Law and Economics, dengan anggapan bahwa Law and Economics sama dengan Business/Corporate Law. Tentunya ada juga cerita teman saya yang memang niat belajar Law and Economics dengan tau persis apa itu Law and Economics.

Setelah melakukan riset yang mendalam mengenai universitas-universitas mana yang sesuai dengan minat kita, maka kita harus mulai melengkapi dokumen-dokumen dan tes untuk lamaran. Test yang diminta biasanya test TOEFL IBT, sementara dokumen lainnya biasanya transkrip akademik, personal statement, surat rekomendasi, riwayat hidup dan formulir pendaftaran.

B. Mempersiapkan Dokumen-Dokumen Pendukung, Personal Statement dan Surat Rekomendasi: Be Astute

Menurut saya, dokumen personal statement dan surat rekomendasi ini adalah sarana di mana kita paling bisa menonjolkan kelebihan kita. Saya beberapa kali berkomunikasi dengan admission committee di HLS dan memang kedua dokumen ini biasanya yang menjadi faktor penentu dalam menentukan masuk-tidaknya seorang pelamar. Transkrip akademik dan tes TOEFL biasanya seragam diantara para pelamar (seragam disini maksudnya hampir semuanya bernilai tinggi).

Tips paling baik yang saya terima ketika menulis personal statement saya adalah jangan menulis personal statement terlalu teknis. Hindari menulis personal statement seperti menulis suatu pendapat hukum. Tulislah dengan gaya yang ringan namun substansinya mendalam. Ketika saya melamar ke HLS dulu, pertanyaan yang mereka tanyakan di personal statement pada bagian pertama adalah: gambarkan suatu isu hukum yang ada di negara kamu atau isu yang ada di dunia dan solusi apa yang bisa kamu tawarkan. Pada bagian kedua saya diminta untuk menuliskan latar belakang saya dan bagaimana sekolah di HLS akan membantu saya mencapai cita-cita saya. Saya menghindari menulis personal statement tersebut dengan gaya penulisan yang terlalu ilmiah atau legalistik, seperti membagi menjadi beberapa bagian, selalu melengkapi dengan dasar hukum dan lain sebagainya. Saya tulis seperti saya menulis suatu cerita, saya kaitkan 4 pertanyaan besar tersebut menjadi satu rangkaian cerita. Pada bagian yang terakhir, riset saya soal HLS memainkan peranan yang penting, karena personal statement saya bisa saya tutup dengan rincian program apa yang saya mau ambil di HLS, kegiatan mahasiswa apa yang mau saya ikuti, mata kuliah apa yang saya mau ambil dan dosen mana yang hendak saya temui. Dengan bisa menuliskan bagian seperti itu menunjukkan kesungguhan niat kita untuk belajar di sekolah tersebut dan bahwa kita telah berusaha mengenal sekolah tersebut.

Untuk surat rekomendasi, usahakan bahwa surat rekomendasi yang ditulis adalah oleh orang yang benar-benar mengenal kita. Orang terkadang suka terjebak dengan meminta orang terkenal atau orang penting (yang mungkin kenalan orang tua atau saudara) untuk menuliskan surat rekomendasi. Surat rekomendasi yang tidak bersifat pribadi seperti itu, seberapapun pentingnya orang yang memberikan rekomendasi tersebut, tidak akan ada harganya,. Surat rekomendasi yang baik haruslah berisi suatu shared experience yang mampu menunjukkan kepribadian dan karakter si pelamar.

C. Setelah diterima: Be Ready to Hit the Ground Running

Pengumuman diterima atau tidaknya biasanya akan keluar sekitar pertengahan bulan Maret dan kita diharapkan hadir di sekolah tersebut pada pertengahan bulan Agustus. Sekali lagi karena waktu belajar LL.M. sangat singkat, kita tentunya tidak ingin membuang-buang waktu dengan terlalu lama beradaptasi di negara dan lingkungan baru. Untuk mengatasi hal ini, jeda waktu antara Maret sampai Agustus tersebut dapat kita manfaatkan.

Yang hendak kita capai adalah setibanya di negara tujuan sekolah, kita bisa hit the ground running tanpa banyak waktu yang terbuang percuma. Apabila kita hendak belajar corporate law misalnya, kita bisa manfaatkan waktu jeda untuk mengambil kursus akuntansi atau perpajakan, untuk membantu kita memahami materi kuliah nantinya. Yang juga bisa kita lakukan adalah melakukan riset pendahuluan untuk penulisan final paper atau tesis.

Kalau kita sudah membagi beban LL.M. juga di awal sebelum berangkat maka ketika studi LL.M. nantinya, kita akan mempunyai waktu untuk melakukan hal-hal lain yang bisa memperkaya pengalaman kita. Kita bisa mencari pekerjaan magang di kampus, bisa menjadi research assistant bagi dosen, bekerja di perpustakaan kampus atau kegiatan-kegiatan yang sifatnya non-akademik, seperti olahraga atau kesenian.

Takeaway paling penting dari pengalaman saya adalah kita harus yakin dengan pilihan sekolah dan apa yang hendak kita pelajari. Keyakinan tersebut, didukung dengan riset dan konsultasi kiri-kanan, akan membantu membuat perjalanan 10 bulan LL.M. tersebut menjadi sesuatu yang lebih berharga.

Photo Credit: Harvard Law School via The New York Times


BAGIKAN
Berita sebelumyaSlides: Graduate Session – “Toward a U.S. Higher Education”
Berita berikutnyaGRE General Test
Togi Pangaribuan holds an LL.M. from Harvard Law School and a Sarjana Hukum (LL.B. equivalent) from University of Indonesia. He is currently an associate lecturer at the Faculty of Law in University of Indonesia, where he was recently appointed as Managing Editor of the Indonesia Law Review, Indonesia’s first English language journal on Indonesian law. He is also practicing law as an associate at HADIPUTRANTO, HADINOTO & PARTNERS. Previously, he was a staff speechwriter, analyst and interpreter for the First Lady of the Republic of Indonesia at the Office of the Special Staff of the President for International Affairs. He can be reached at togi@outlook.com.

3 KOMENTAR

  1. wow keren. dari semua kontributor disini, you’re definitely the best, bang! Harvard Law School? Wow, 100 MIT+120 Stanford+200 UC Berkeley are nothing compared to the huge Harvard. so proud to know a Bataknese who graduated from the best uni. in the world. ada personal website, bang?
    anyway why dont you join some law firms in Wall Street, bang? i read that it opens many gates for you to get munch $$$.

    hopefully i can follow your step few years from now. ameen…

Tinggalkan Balasan ke br. Nasution Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here