“YOU WILL OBTAIN WHAT YOU DESERVE, NOT WHAT YOU WANT”
Banyak diantara kita yang memiliki mimpi besar atau mempunyai cita-cita yang tinggi, namun semua itu hanya sebatas wacana ataupun sekedar mimpi belaka. Kita tidak jarang menyadari bahwa sebenarnya mimpi kita adalah awal terbentuknya masa depan kita ‘if you can dream it, you can do it’, mungkin istilah itu terdengar agak klise, tapi itulah yang terjadi pada diri saya.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sedikit mengenai pengalaman saya ketika mendapatkan beasiswa summer-course di Ball State University, Muncie, Indiana , Amerika Serikat pada tahun 2013.
Saya berasal dari keluarga sederhana dengan latar belakang keluarga di bidang pendidikan dan hukum. Ketika saya duduk di sekolah dasar pertama, saya memiliki sahabat-sahabat sepermainan yang sangat dekat. Waktu-waktu selalu kami habiskan bersama setiap harinya. Sampai pada suatu saat, salah satu sahabat memberitahu bahwa dia akan pindah ke Amerika Serikat karena mengikuti ayahnya yang menempuh pendidikan di sana selama tiga tahun. Hal itu membuat saya kaget dan sedih karena dia akan meninggalkan kami sahabatnya selama 3 tahun ke Amerika. Kepergiannya sungguh menginspirasi saya untuk pergi ke Paman Sam, sejak saat itu saya bercita- cita bahwa saya harus pergi ke Amerika, saya ingin menjadi dosen dan bersekolah ke Amerika. Sejak kecil saya sangat menyukai Bahasa Inggris, Ibu saya adalah seorang guru Bahasa Inggris SMP, namun anehnya saya hampir tidak pernah belajar Bahasa Inggris dengan beliau, beliau lebih memilih untuk memasukan saya ke Tempat Kursus Bahasa Inggris. Ibu saya selalu berkata ‘Tuhan bukan memberikan sesuatu yang kamu mau, tetapi yang terbaik untukmu’, beliau bercerita tentang pengalamanya yang masuk jurusan yang tidak ia sukai, yaitu Bahasa Inggris.
Hal yang sama terjadi pada diri saya ketika saya masuk perguruan tinggi, Saya sangat menginginkan jurusan Bahasa Inggris, namun pada akhirnya Ilmu Hukum-lah yang menjadi jurusan saya. Saya sempat frustrasi karena tidak terpikir sebelumnya akan masuk fakultas hukum. Namun, saya selalu mengingat pesan Ibu bahwa yang terbaik belum tentu yang kita inginkan. Setelah terjun dan belajar di fakultas hukum saya menemukan passion saya dibidang yang saya sangat sukai yaitu Hukum Internasional, mengetahui terdapat jurusan tersebut, semangat saya yang tadinya hilang menjadi bangkit lagi. Harapan saya, mimpi untuk belajar di Amerika dapat terwujud sebagai mahasiswa hukum. Saya memulai tahun pertama dengan aktif di organisasi English Society untuk mengasah kemampuan Bahasa Inggris saya, terutama public speaking. Aktif sebagai Debater, saya yakin dengan kemampuan di bidang ilmu hukum dengan skill Bahasa Inggris, saya mampu mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa ke Amerika. Kebetulan, sudah banyak senior-senior dan alumni dari English Society yang telah berpengalaman belajar ke luar negeri terutama negeri impian saya, Amerika. Sehingga, saya memperoleh banyak informasi mengenai beasiswa yang ditawarkan baik oleh pemerintah Amerika, Jepang, Australia dan Negara-negara di Eropa. Tidak hanya itu, atas rekomendasi dari para senior, saya aktif di beberapa organisasi baik Internal maupun external kampus, mengikuti berbagai macam kompetisi Parliamentary Debate, seminar, pelatihan, training dan sebagainya, serta di kegiatan sosial, sebagai salah satu penunjang bekal untuk mendaftar beasiswa. Hal tersebut merupakan basic skill yang harus dimiliki oleh pelamar beasiswa yaitu keaktifan organisasi dan pengalaman kepemimpinan. Belum lagi bekal lainnya yang perlu dipersiapkan seperti, TOEFL, Surat Rekomendasi, Essay, dll sembari mempertahankan prestasi akademik di dalam kelas yang menurut saya sungguh menantang. Tetapi demi menjemput mimpi itu apapun akan saya lakukan.
Perjuangan saya mengejar beasiswa tidaklah semudah yang dibayangkan. Sejak awal semester saya sudah mempersiapkan diri untuk mendaftar salah satu beasiswa Fulbright yang bernama GLOBAL UGRAD, yaitu program selama 1 atau 2 semester belajar di Amerika Serikat. Syarat yang harus dipenuhi tidaklah mudah, mulai dari mengisi aplikasi,menulis essay pertanyaan, menyiapkan surat rekomendasi, TOEFL yang harus diatas 500, Sertifikat prestasi, serta syarat-syarat lainnya. Berbekal persiapan yang cukup matang, saya memberanikan diri untuk mengirim aplikasi GLOBAL UGRAD pada tahun 2012, dengan harapan dan doa agar aplikasi saya diterima.
Pada tanggal 13 November 2012, hari itu semua berjalan normal, kuliah pada siang itu terasa agak membosankan. Saya kemudian membuka Smartphone untuk mengecek sms . Tiba-tiba ada salah satu E-mail mencurigakan, ketika email tersebut saya buka ternyata pengumuman seleksi interview program GLOBAL UGRAD, ternyata saya lolos tahap selanjutnya tepat di hari ulang tahun saya yang ke-20, sontak saya terkejut dan berteriak ‘Saya Lolos!’, kelas yang saat itu hening seketika menjadi kaget dan semua mata tertuju ke saya dengan wajah heran, sayapun tertunduk malu. Pada seleksi Beasiswa GLOBAL UGRAD terdapat beberapa tahap seperti seleksi dokumen, interview dan tes TOEFL IBT. Saya mempersiapkan seleksi interview dengan sebaik mungkin dengan berlatih dan membaca materi yang kira-kira akan ditanyakan. Tiba saatnya hari interview dimulai, bersama beberapa peserta lain dari berbagai daerah yang menurut saya mereka semua luar biasa, kami bergiliran masuk ke ruang interview. Layaknya sidang skripsi saya menghadapi 3 orang interviewer dengan karakter yang berbeda-beda, seperti istilah ada Angles and Demons di ruang yang agak mencekam, tapi saya mencoba bersikap santai dan tenang dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan para interviewer.
Saya menaruh harapan yang sangat besar pada beasiswa ini, dengan persiapan matang dan latihan. Namun, Tuhan berkata lain, setelah beberapa minggu menunggu hasil ternyata saya secara resmi dinyatakan tidak lolos seleksi tahap selanjutnya. Sungguh, perasaan yang bercampur aduk membuat saya lemas dan tak tahu harus berkata apa. Rasa tidak percaya dan kaget ketika mendapatkan E-Mail pengumuman yang menyatakan saya tidak lolos seleksi. Kenyataan yang sungguh pahit, perlu waktu 3 bulan bagi saya untuk bisa ‘move on’ dari kenyataan itu, terkadang saya sampai meneteskan air mata karena masih tidak percaya bahwa kesempatan saya yang sudah dekat untuk belajar ke Amerika menjadi musnah karena kegagalan tersebut. Sebelumnya saya memang sudah aktif mendaftarkan diri di kegiatan-kegiatan fellowship dan exchange melalui informasi di internet. Tapi dari puluhan aplikasi yang saya daftar saya mendapattkan 2 fellowship tahun 2012 di Hongkong dan 2013 di Taiwan. Namun, Amerika tetaplah menjadi negara Impian saya, dan kegagalan tersebut membuat saya frustrasi sampai-sampai saya tidak mau lagi mengisi aplikasi-aplikasi beasiswa dan program lainnya.
Saya teringat dengan kalimat ‘don’t stop now, because you never know if you are one step before finish line’, sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan senior-senior yang selalu menginspirasi saya kembali memberikan semangat bagi saya untuk tetap mengejar mimpi saya untuk belajar di Amerika. Sampai saya memberanikan diri untuk mencoba mendaftar salah satu program beasiswa Study of The United States Institute yang disponsori oleh U.S
Department of State dan Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta. Program SUSI, tidaklah sefamiliar GLOBAL UGRAD, IELSP atau program-program dari AMINEF lainnya, karena masih tergolong baru dan belum banyak yang mengetahui. Atas rekomendasi dari salah seorang senior saya pun melengkapi aplikasi saya dengan mengisi formulir, meminta 2 surat referensi dari dosen, serta syarat lain untuk di kirim ke E-Mail Kedutaan. Kebetulan pada saat itu terdapat 2 program SUSI yang tersedia yaitu SUSI New Media in Journalism dan SUSI Global Environment Issue. SUSI merupakan beasiswa penuh dari pemerintah Amerika untuk Student Leaders, sebenarnya ada beberapa macam program SUSI yang ditawarkan oleh U.S Department of State dengan berbagai tema selain yang telah saya sebutkan, seperti Religious Pluralism, Entrepreneurship, Woman Empowerment, dll. Namun, Indonesia hanya mendapatkan 3 topik dari program SUSI yaitu New Media in Journalism (NMJ), Global Environment Issue (GEI), Religious Pluralism (RPA) dengan waktu yang berbeda beda, seperti NMJ diadakan saat Summer, GEI diadakan saat Spring, sedangkan RPA diadakan saat Winter. Dan pembukaan pendaftaranya pun berbeda-beda sesuai dengan yang diinginkan pihak U.S Department of State, namun biasanya pada akhir tahun antara September-Desember.
Atas beberapa pertimbangan dan masukan, saya memutuskan untuk mengirim aplikasi SUSI New Media in Journalism, karena cukup relevan dengan bidang yang saya tekuni yaitu Media. Saya mengisi formulir secara lengkap dengan memasukan prestasi-prestasi dan kegiatan saya yang relevan di bidang Media dan Jurnalistik. Salah satu kunci dari mendaftar beasiswa SUSI, yaitu aktif di bidang yang sesuai dengan program yang ingin kita daftarkan, kebetulan ketika kuliah, saya aktif sebagai tim perekam sidang tindak pidana korupsi kerjasama antara Fakultas Hukum UNILA dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mungkin keaktifan itu yang menjadi salah satu alasan kuat mengapa saya bisa diterima. Selain itu, yang tidak kalah penting yaitu aktifitas di bidang sosial yang berdampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat, seperti volunteer activity, community development, social service, dll. Berbeda dengan aplikasi beasiswa lain. Menurut saya aplikasi SUSI sangatlah simple, kita hanya perlu mengisi formulir dan melengkapi dokumen yang dibutuhkan dengan men-scan dokumen tersebut seperti sertifikat TOEFL, dan Surat rekomendasi. Kemudian mengisi essay yang menurut saya cukup mudah, hanya menjelaskan hal yang intinya mengapa kita pantas mendapatkan beasiswa tersebut cukup setengah halaman atau 300 kata.
Sebulan lebih menunggu pengumuman, suatu hari saya mendapatkan telepon yang tak dikenal. Karena pada saat itu saya sedang bertemu dosen saya me-reject panggilan tersebut. Belum puas, panggilan itu kembali muncul, akhirnya saya keluar ruangan dan menjawab panggilan tersebut. Ternyata panggilan berasal dari staff Kedutaan Amerika yang menanyakan prihal aplikasi saya, dan menginterview sedikit tentang diri saya. Kaget bukan kepalang, saya
dinyatakan lolos untuk mengikuti program Summer-Course dari SUSI untuk belajar selama 5 minggu di Amerika Serikat tentang New Media in Journalism bersama 8 orang mahasiswa berprestasi lainnya dari Indonesia dan 6 dari Malaysia. Doa-doa terjawab sudah, semua usaha yang saya perjuangkan terbayar sudah, saya kembali mengingat pesan Ibu, ‘yang terbaik belum tentu yang kamu inginkan’. Tuhan memberikan yang terbaik dan pantas untuk saya, dan program SUSI merupakan yang terbaik untuk saya bukanlah GLOBAL UGRAD. Mungkin apabila saya mendapat beasiswa GLOBAL UGRAD saya tidak akan mungkin lulus dengan waktu 3,8 tahun karena saya harus mengambil cuti, sedangkan program SUSI dilaksanakan pada saat libur semester, jadi tidak mengganggu aktivitas perkuliahan. Menyadari hal itu saya merasa sangat bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT.
Pengalaman belajar di Ball State University, merupakan pengalaman luar biasa yang tak terlupakan. Mimpi untuk bisa merasakan atmosfir pendidikan di Amerika dengan pengajar-pengajar luar biasa, fasilitas yang super lengkap, serta bahan-bahan belajar yang sangat memadai. Kami belajar mengenai penggunaan media terutama dalam bidang jurnalistik. Selama di Ball State, materi yang dipelajari sungguh menyenangkan, karena mayoritas dari materi yang diajarkan berupa praktek seperti, photography, videography, recording, journalistic writting, reporting, newscasting dan lain-lain. Kemudian kami
dipersenjatai dengan gadget-gadget selayaknya professional journalist seperti camera, recorder, handycam, dll yang menunjang kami dalam melakukan praktek jurnalistik di lampangan. Tugas- tugas yang diberikan juga sanggat menyenangkan seperti mewawancarai warga Amerika yang merayakan hari kemerdekaan Amerika, membuat desain grafis, mengedit video dan audio serta materi-materi seru lainnya. Materi lain seperti U.S Foreign Policy, Leadership, American History, juga diajarkan, belum lagi materi mengenai hukum media dan kode etik yang sangat sesuai dengan jurusan saya membuat saya semakin semangat belajar.
Pengalaman tak terlupakan yaitu bisa merasakan kehidupan sosial dan budaya di Amerika, berkumpul dengan mahasiswa Amerika, night-party, berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar, Host-Family Program dengan keluarga Amerika, dan yang paling menarik hidup sebagai muslim minoritas di negeri orang di bulan Ramadan dan merasakan puasa lebih dari 16 Jam. Kami juga wajib mempresentasikan kebudayaan Indonesia pada Cultural Night yang dihadiri oleh dosen-dosen ,mahasiswa serta host-family, merupakan suatu kebanggaan yang besar bisa memperkenalkan kebudayaan Indonesia di depan masyarakat Amerika khususnya kebudayaan daerah saya Lampung.
Program SUSI NMJ terdiri dari 4 Minggu di Kampus Ball State University dan 1 Minggu Educational Excursion di akhir program. Kami juga mendapatkan program community service di 2 lembaga sosial yaitu Second Harvest Food Bank dan Habitat for Humanity. Karena program kami fokus di bidang Media dan Jurnalistik, wisata kunjunganya juga berhubungan dengan bidang tersebut seperti mengunjungi Stasiun TV WRTV6, Indianapolis Newspaper, NPR Radio Station, Gedung pemerintahan di Indiana serta Walikota Muncie. Kami belajar banyak hal mengenai Jurnalistik dan produksi media serta canggihnya peralatan yang digunakan dalam memproduksi suatu informasi di Amerika Serikat. Setelah itu kunjungan yang berhubungan dengan sejarah dan kebudayaan ke Nashville dan Kentucky pada akhir pekan.
Akhir dari program SUSI NMJ yaitu Educational Excursion, yang merupakan headline dari perjalanan kami, mengunjungi Philladelpia, New York dan Washington D.C. Perjalanan dari Indiana melewati beberapa State seperti Ohio, West Virginia, menuju Philladelpia untuk mengunjungi gedung kemerdekaan yang merupakan tempat lahirnya Amerika Serikat dan terdapat Independence Bell. Namun, Headline dalam perjalanan saya bukanlah Times Square, Liberty Statue, ataupun Metropolitan Museum, melainkan United Nations Headquarter, dimana segala kebijakan global dan resolusi-resolusi dunia di buat, Tempat dimana Rapat sidang majelis Umum di gelar. Sebagai mahasiswa yang aktif di Model United Nations, mengunjungi Gedung PBB di New York diibaratkan dengan ‘naik haji’, ‘Dreams do come true’, sayang saat itu salah satu Chamber General Assembly dimana tempat yang saya inginkan untuk dikunjungi sedang dalam renovasi. Saya berjanji untuk yang selanjutnya saya kesini bukan sebagai turis, melainkan sebagai Delagasi dari Republik Indonesia, yang mewakili bangsa Indonesia dalam satu konferensi Internasional. Perjalanan kami ditutup dengan penutupan dan penyerahan piagam di U.S Department of State Headquarter di Washington D.C .
Bagi saya pengalaman Summer-Course SUSI adalah pengalaman luar biasa yang hanya saya dapatkan hanya sekali dalam seumur hidup. Kunci yang selalu saya pegang adalah selalu menjadi diri sendiri,buatlah dirimu istimewa, dan belajar dari orang-orang hebat. Pengalaman gagal yang pernah saya rasakan selalu mengingatkan saya agar selalu bersyukur dengan memberikan semangat kepada para pemuda untuk selalu menjadi inspirasi bagi orang lain. Kalimat yang selalu saya pegang, ‘If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader’- John Quincy Adams. Saya selalu ingin menjadi orang yang dapat memberikan inspirasi bagi orang lain melalui tindakan yang saya lakukan sehingga pada akhirnya hidup kita akan bermanfaat bagi setiap orang.
Tulisan ini diadaptasi dari tulisan penulis dalam blog pribadi penulis: www.anouvindriadji.blogspot.com
Informasi mengenai SUSI BSU 2013 dapat diakses melalui : www.summerpgm3.wordpress.com