Pengalaman berkuliah di Nanyang Technological University (NTU) tidak lepas dari pengalaman-pengalaman kecil dan sederhana yang membuat hari terasa nyaman dan indah untuk dijalani. Di pos ini aku akan memberi sedikit gambaran seperti apa rasanya berkuliah di NTU dari sudut pandangku.
Hal pertama yang aku lakukan untuk memulai hari adalah bangun pagi. Sesudah bangun pagi, aku bisa saja tidur lagi, bangun lagi, dan mendadak kelas sudah hampir dimulai (dan terjadi beberapa kali), lalu ambil tas dan barang-barang yang diperlukan, langsung berangkat. Tapi, sesudah bangun pagi hal terbaik yang baik dilakukan menurutku adalah sarapan dengan menu yang dijual di kantin asrama (kopi atau teh susu dalam cangkir kecil, 2 butir telur setengah matang, dan roti bakar dengan selai dan mentega, seharga S$1.50, sekitar Rp 14.000,00). Boleh dipercaya atau tidak, itu sudah hampir sama mengenyangkan dibandingkan dengan nasi campur yang (hampir) pasti lebih mahal, jadi set sarapan menjadi pilihan yang sangat populer untuk memulai hari.
Sesudah sarapan, toilet dengan pancuran sudah siap menanti. Satu lagi yang aku suka di sini, air yang keluar dari pancuran bisa diatur suhunya (jadi tidak mandi air dingin terus). Ruang pancurannya memang sederhana, tetapi bisa dikatakan cukup bersih dan memadai.
Sudah waktunya berangkat! Aku terbiasa berangkat dari asrama sekitar 30 menit sebelum kelas pertama dimulai. Ada beberapa pilihan untuk pergi ke kompleks akademik: bis umum (berbayar tetapi praktis dan nyaman), bis internal NTU (gratis, tetapi kadang agak merepotkan), atau jalan kaki, semuanya memerlukan waktu sekitar 15 – 20 menit (termasuk waktu tunggu untuk bis).
Bis umum: aku tinggal di asrama 14, jadi ada perhentian bis di depan ruangan umum asrama 14 dan 15 (perhentian bis dipakai bersama dengan asrama 15) dimana ada bis umum yang berhenti disana. Perjalanan dari asrama 14 ke kompleks akademik utara (tempat aku berkuliah saat ini) memerlukan S$0.77 (sekitar Rp 7.000) walaupun hanya berjarak sekitar 1 km (rute bis memutar lewat NIE, sekolah gurunya Singapura), tapi frekuensi bisnya cukup bisa diandalkan. Bisnya terawat dan biasanya tidak terlalu sulit untuk mendapatkan tempat duduk.
Bis internal NTU: Ada 2 opsi untuk pergi ke kompleks akademik: perhentian bis seberang asrama 14 kalau mau ke kompleks akademik selatan (misalnya bagi rekan-rekan di sekolah bisnis atau sekolah ilmu sosial dan kemanusiaan) atau perhentian bis asrama 12 dan 13 (jalan hampir 400 meter) kalau mau ke kompleks akademik utara. Layanan bisnya tidak serutin bis umum (walaupun itu mungkin karena gratis), jadi aku lebih memilih bis umum, atau opsi lain lagi yang juga gratis:
Jalan kaki: Pilihan yang cukup cerdas (apalagi sesudah sarapan dalam porsi yang agak besar). Di sini jalan kaki menjadi pilihan yang cukup populer, bahkan bisa dikatakan olahraga yang paling sering dilakukan di sini adalah naik turun tangga. Kenapa naik turun tangga? Medan NTU sendiri cenderung naik dan turun (apa itu mungkin kenapa kampus NTU dikatakan sebagai salah satu yang paling indah di dunia?). Jadi bisa dikatakan jalan kaki ke dan dari kompleks akademik merupakan salah satu bentuk olahraga. Ini salah satu hal yang paling menantang: menaiki tangga dari NIE ke jembatan penyeberangan antara NIE dan kompleks akademik utara.
Pada saat di perjalanan, aku juga memeriksa jadwal kelasku di telepon genggam (untuk apa jadwal dicetak kalau bisa cukup dilihat?), terutama karena lokasi kelas berbeda-beda bahkan untuk mata kuliah yang sama (contoh: kelas CZ1004 bisa diadakan di LT19 (Jumat 0930 – 1030), TR+7 (Senin 1430 – 1530), atau HWLAB1 (Hardware Lab 1, Rabu 0830 – 1030, tiap 2 minggu sekali)).
Sesudah sampai di kompleks akademik, aku kemudian mengikuti kelas-kelas yang sudah terjadwal. Di sini, satu mata kuliah bisa sampai 3 kelas tiap minggu, walaupun itu berarti tiap kelas hanya berlangsung selama 1 jam (untuk kebanyakan kelas) atau 2 jam. Ini tiga jenis kelas di NTU:
- Lecture: Pada dasarnya kelas jenis ini bertujuan untuk memberikan ceramah tentang konsep-konsep yang perlu dipelajari. Karena sifatnya berupa ceramah, kelas bisa diadakan dalam kelompok besar dan di ruangan-ruangan yang cukup. Kelas-kelas lecture tidak diabsen, jadi ada kelas-kelas tertentu di mana ada banyak siswa terdaftar tetapi sangat sedikit yang datang untuk kelas lecture. Contoh kejadian seperti itu yang pernah aku alami yaitu di kelas prinsip-prinsip ekonomi waktu 19 September, kelas pilihan yang sangat populer untuk anak-anak teknik dan diadakan di salah satu teater lecture yang cukup besar (kapasitas maksimum lebih dari 500 orang), tetapi hanya kurang dari 100 orang yang datang pada kelas itu (aku menghitung jumlah siswanya karena ruangannya terasa benar-benar sepi dan dosennya terkesan kurang menggugah, apalagi itu kelas terakhir sebelum akhir pekan, di jadwal tertulis HE9091, Jumat 1630 – 1830). Kalau diperlukan, dosen bisa memanfaatkan alat pengeklik (clicker) untuk membuat pelajaran lebih interaktif, seperti untuk kuis. Hal ini memudahkan dosen dan siswa karena siswa tidak perlu menggunakan lembar jawab untuk kuis dan hasil bisa tercatat hampir seketika.
Update (Agustus 2016):
Mulai tahun ajaran 2016/2017 mahasiswa baru tidak disediakan alat pengeklik fisik lagi dan mulai berpindah ke aplikasi pengeklik ResponseWare.
- Tutorial: Kelas jenis ini biasanya bertujuan untuk membahas soal-soal latihan dan diskusi, walaupun ada yang juga membahas konsep (karena tidak ada lecture, seperti komunikasi teknik (HW0188 di jadwal)). Kelas-kelas ini biasanya diajar oleh mahasiswa yang sedang melakukan pascasarjana di NTU di jurusan yang bersesuaian, namun ada beberapa kelas yang diajar langsung oleh dosennya (yang juga mengajar di lecture untuk kelas tersebut entah di paruh semester tersebut atau paruh semester lainnya). Contoh: pak Jones akan mengajar di lecture mata kuliah ide-ide hebat dalam komputasi di paruh kedua semester ini. dan mengajar di tutorial untuk mata kuliah tersebut. Tutorial banyak bersifat interaktif, sehingga ruang-ruang tutorial yang sudah direnovasi di NTU (biasanya disebut TR+, dan sudah ada cukup banyak TR+) juga didesain agar kami bisa berkolaborasi dengan rekan-rekan di kelas menggunakan berbagai fasilitas yang ada. Menurut pandanganku, hal yang paling menyenangkan dari TR+ adalah banyaknya stopkontak dan layar yang tersedia, sehingga aku bisa mengisi baterai laptop dan HP sesuka hati dan ke arah manapun aku menghadap aku masih bisa melihat materi yang disampaikan di layar (penting karena kami duduk melingkar). Kelas-kelas tutorial terkadang diabsen, terkadang tidak, tergantung kebijakan pengajar.
- Laboratorium: Kelas laboratorium atau kelas peragaan untuk kelas-kelas inti (MH1812 dan semua kelas yang berawalan dengan CZ di jadwal) di jurusanku dilakukan tiap 2 minggu sekali, masing-masing sesi 2 jam. Salah satu hal yang aku suka dari laboratorium di sini adalah laboratorium-laboratorium di sini menyediakan waktu-waktu tertentu untuk bebas mengakses laboratorium (malah bebas mengakses laboratorium selama minggu istirahat, asalkan ada pengawas lab). Ini sangat membantu ketika aku belum bisa menyelesaikan eksperimen dalam waktu kelas biasa atau aku perlu lebih banyak pengalaman dalam hal tertentu, misalnya untuk menyusun rangkaian sirkuit logika. Semua kelas laboratorium diabsen, dan terkadang ada kuis di akhir sesi lab, dilakukan secara online.
Berkuliah di NTU belum lengkap tanpa urusan makan. Di kompleks akademik dan asrama-asrama terdapat berbagai jenis makanan tersedia untuk dibeli, termasuk makanan cepat saji (Pizza Hut cabang NTU akan buka sesaat lagi di dekat KFC cabang NTU). Waktu periode makan siang (12.00 – 13.30), pasti ada antrean cukup panjang di hampir semua tempat makan di kompleks akademik. Itu alasan kenapa aku kadang mengganti pola makan dari makan pagi – makan siang – makan malam menjadi gabungan makan pagi dan siang (10.30 – 11.30) – makan sore (16.30 – 18.30) – makan larut malam (22.30 ke atas, opsional dan buat sendiri di kamar) untuk menghemat waktu mengantre. Patut diperhatikan juga bahwa makanan di NTU hampir selalu lebih murah daripada makanan di luar kampus, termasuk di kedai makanan cepat saji dan warung kopi (seperti Starbucks yang sekarang sudah tutup dan The Coffee Bean & Tea Leaf, di mana keduanya memberikan diskon sekitar 10%). Walaupun rasa makanan di Singapura pada umumnya tidak sekuat di Indonesia dan harganya jauh lebih mahal (mulai dari 2 kalinya di Indonesia), tetap saja pengalaman makan di NTU masih cukup memuaskan. Kalau kamu mungkin merasa kurang terbiasa dengan rasa yang mungkin sedikit hambar, ada satu tips sederhana: jangan mengonsumsi terlalu banyak makanan Indonesia (terutama mi instan dari Indonesia) di sini. Sejak aku tiba di Singapura pada 1 Agustus, aku belum pernah makan mi instan buatan Indonesia.
Sesudah aku selesai mengikuti kelas-kelas yang dijadwalkan atau ada jeda antarkelas yang panjang (seperti di hari Selasa di mana ada jeda antarkelas hingga 3 jam), aku biasanya pergi ke perpustakaan Lee Wee Nam. Perpustakaan yang didedikasikan untuk bacaan-bacaan sains dan teknik ini merupakan salah satu bangunan yang menurut pandangan pribadiku merupakan salah satu bangunan yang sentral sebagai pusat informasi di NTU dan tampak demikian dengan desainnya yang tampak unik tanpa mengorbankan keseragaman desain yang tampak sangat jelas di kompleks akademik. Lokasi favoritku di perpustakaan adalah di lantai 2 di mana banyak komputer tersedia untuk berselancar di internet, mengerjakan tugas, dan mencetak (toko percetakan ada di situ) dan lantai 5 di mana ada zona hening yang kondusif untuk belajar (tidak benar-benar hening, tapi setidaknya sudah cukup tenang). Di situ sejumlah kebutuhan untuk belajar sudah tersedia, sehingga kami tidak perlu sering keluar masuk perpustakaan. Sama seperti ruang tutorial tadi, ada cukup banyak stopkontak tersedia dan koneksi internet kabel (kalau saja tidak suka atau memiliki masalah dengan koneksi internet nirkabel). Di samping itu, di perpustakaan juga tersedia pancuran air minum di setiap lantai, sejuk atau panas. Hal terpenting yang unik untuk hal ini menurutku adalah kursi empuk gaya kantor yang bisa direbahkan dan lantai karpet. Ketika kursi-kursi di asrama dan ruang kelas semuanya dari plastik dan logam, bisa duduk di kursi berbusa tebal sambil melepas alas kaki (sejuk!) sudah merupakan salah satu kenikmatan sederhana.
Sesudah aku mengakhiri seluruh kegiatan ekstrakurikulerku dan aktivitas belajarku di kompleks alademik, aku pulang ke asrama dengan menggunakan bis internal NTU (kalau cuaca kurang mendukung atau merasa agak malas) atau jalan kaki. Karena jalan dari kompleks akademik utara ke asrama cenderung menurun, aku biasanya berjalan menyusuri jalan antara asrama 16/3 dan 12/13 (garis hitam tebal kedua dari atas), lalu turun sedikit ke kamarku di asrama 14 untuk menghemat energi daripada menyusuri jalan melewati asrama 12/13/14 dan naik lagi untuk ke kamar (energi potensial?). Di asrama, aku biasanya belajar di ruang belajar asrama atau beristirahat (aku kurang suka belajar di kamar karena kasurnya menggoda). Ruang belajar di asrama masih bisa dikatakan kurang nyaman dibandingkan zona hening perpustakaan, tetapi buka sampai jam 2 pagi. Haus? Turun satu lantai (ruang belajar asramaku ada di gedung umum asrama 14 dan 15 lantai 2) dan ada air dingin yang bisa dinikmati sepuasnya (di gedung umum asrama 14 dan 15 lantai 1), atau minuman-minuman kaleng dari grup Coca Cola (tidak semuanya bersoda, tetapi jelas berbayar) di depan ruang belajar.
Kembali ke kamar tidur berarti aku bisa menikmati beberapa hal yang aku rindukan waktu aku masih di Indonesia. Pertama, pendingin udara. Walaupun berbayar (1 sen tiap 2 menit, sekitar Rp2800/jam), pendingin udara memberi kesan seperti kembali ke kamar tidurku di rumah orang tuaku. Sesudah itu, internet sepuasnya juga cukup memberikan kemudahan. Di kamar disediakan internet kabel, jadi di sini cukup beli router WiFi, pasang, atur password (siapa mau akses internet dinikmati orang lain tanpa izin?), dan siap dipakai untuk komputer dan HP (paket internet di sini agak mahal, jadi perlu sedikit lebih hemat). Memang akses internet di sini tidak bisa dibilang sangat cepat (dengan lebih dari 10000 orang tinggal di 20 asrama, jelas tidak mudah untuk menyediakan akses internet dengan kecepatan sangat tinggi), tetapi masih bisa diandalkan. Ketiga, tempat pribadi. Di NTU, mendapatkan tempat pribadi bukan urusan mudah, jadi kamar tidur di asrama bisa menjadi pelarian yang bagus. Dihuni oleh maksimum 2 orang tiap kamar (3 kalau ada yang menumpang sesuai aturan), kamar tidur memberikan cukup privasi. Pengalaman pribadiku untuk masalah rekan sekamar, aku tidak menyarankan mencari mahasiswa internasional (termasuk rekan dari Indonesia) untuk rekan sekamar kalau benar-benar memerlukan waktu sendiri untuk beberapa harikarena mereka lebih jarang tidak menghuni asrama. Aku sekarang tinggal di kamar asrama untuk 2 orang dan dengan rekan sekamar orang lokal (karena dulu aku punya pikiran untuk memilih rekan sekamar acak). Hasilnya? Dia pulang ke apartemen orang tua dia di Tampines (beberapa kilometer ke arah barat dari bandara Changi) tiap akhir pekan, jadi setiap akhir pekan aku bisa menikmati masa-masa sendiriku. Bonus: dia baru datang waktu bulan September, jadi aku sudah menikmati masa sendiri selama 1 bulan tanpa mem
bayar tarif kamar untuk hunian 1 orang (sekitar 30 – 40 persen di atas tarif untuk kamar untuk dihuni 2 orang).
Terdengar menarik?
Jangan hanya membaca. Nikmati pengalaman berkuliah di sini secara langsung. Pendaftaran NTU untuk program S1 tahun penerimaan 2015/2016 sudah dibuka. Mau main ke sini buat lihat secara langsung? Tidak masalah juga (kecuali karena jarak dari pusat kota), karena kampusnya terbuka.
Butuh bantuan?
Salah satu komitmenku adalah membantu mereka yang masih belum bisa mendapatkan akses informasi, terutama untuk rekan-rekan dari Indonesia yang hendak melanjutkan pendidikan di NTU untuk S1 waktu penuh, jadi jangan segan untuk bertanya melalui komentar, email, atau media sosial lainnya. Aku tidak menggigit (keras). :p
Halo ganteng
Selamat pagi kak
Mau tanya, untuk SMK apakah harus tes UEE di Singapura? Boleh saya meminta referensi buku persiapan tes UEE NTU?