Beasiswa TF LeaRN @ NUS: Kesempatan Emas Bagi Para Mahasiswa Lokal

1
1576

Halo! Perkenalkan nama saya Rachael Abigail, mahasiswi tahun ketiga Universitas Indonesia yang saat ini sedang melakukan study abroad di National University of Singapore. Kali ini saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya mendapatkan beasiswa Temasek Foundation Leadership Enrichment and Regional Networking Programme (TF LeaRN) @ NUS.

Secara singkat, beasiswa TF LeaRN adalah beasiswa yang diberikan bagi mahasiswa undergraduate dari Singapura dan negara-negara Asia untuk melakukan studi di luar negeri selama 1 semester.

Selain kegiatan akademis, penerima beasiswa juga diwajibkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan personal development seperti melakukan community service, pertunjukan seni, kunjungan ke kantor parlemen Singapura, dan company visit ke perusahaan-perusahaan ternama seperti Keppel T&T dan Temasek Holdings.

Yayasan pemberi beasiswa ini adalah Temasek Foundation. Temasek Foundation merupakan bagian dari Temasek Holdings yang merupakan salah satu BUMN pemerintah Singapura.

Untuk mahasiswa Asia yang ingin mendaftar program TF LeaRN, program ini diselenggarakan di 3 universitas di Singapura, yakni NUS, NTU, dan SMU. Namun untuk mahasiswa Indonesia, sejauh pengetahuan saya hanya TF LeaRN di NUS dan NTU yang tersedia. Hingga kini, hanya 4 universitas dari Indonesia yang pernah tercatat sebagai bagian dari alumni TF LeaRN yakni UI, UGM, UNAIR, dan ITB.

Perjuangan saya mendapatkan beasiswa ini cukup panjang. Semua berawal dari  tekad saya untuk bisa berkuliah di luar negeri, secara spesifik Amerika. Saya ingin berkuliah di Amerika karena selain dorongan orang tua untuk selalu belajar semaksimal mungkin, saya memiliki cita-cita untuk berkarya di UNICEF yang notabene merupakan organisasi internasional dan Amerika memiliki universitas-universitas yang menawarkan program International Communication/Advocacy terbaik di dunia. Sebut saja Columbia University.

Namun karena keterbatasan finansial serta kesempatan yang kecil untuk mendapatkan beasiswa undergraduate bagi mahasiswa lulusan SMA dalam negeri, maka saya memutuskan untuk menempuh S1 di Indonesia. Meski begitu, saya berusaha mengikuti berbagai macam kegiatan yang mendukung dan memperbesar kesempatan saya untuk nantinya dapat mengambil master di luar. Salah satunya adalah dengan mendaftar beasiswa study abroad. Sebelum TF LeaRN, sudah 3 kali saya mendaftar program study abroad, 2 ke Amerika dan 1 ke Jepang. Namun memang mungkin belum saatnya, saya gagal entah itu di tahap administrasi atau wawancara. Hingga pada akhirnya saya yang sejujurnya sudah cukup “capek” memberanikan diri sekali lagi untuk mendaftar program TF LeaRN.

Pendaftaran progran TF LeaRN dibuka di awal semester genap. Meski sama-sama TF LeaRN, deadline antar universitas penyelenggara berbeda-beda. Untuk TF LeaRN @ NTU, deadline pengumpulan berkas lebih awal yakni sekitar bulan Februari akhir/Maret awal. Sedangkan untuk TF LeaRN @ NUS deadlinenya adalah bulan Maret akhir/April awal. Terdapat 2 tahap dalam mendapatkan beasiswa ini. Pertama-tama, peserta harus dinominasikan oleh home university. Untuk dapat dinominasikan, biasanya akan diadakan seleksi internal. Berdasarkan pengalaman saya pribadi serta cerita dari teman-teman UGM dan UNAIR, proses seleksi internal kami serupa. Pendaftar diwajibkan untuk melewati seleksi wawancara dan mengumpulkan sejumlah berkas umum, seperti CV, fotokopi kartu mahasiswa, fotokopi transcript dengan IP diatas 3.5, motivation letter, dan TOEFL (ITP/IBT/PBT) atau IELTS. Untuk TOEFL, Universitas Indonesia mewajibkan bahwa hanya mahasiswa dengan TOEFL diatas 550 yang lebih dipertimbangkan untuk mendapatkan kesempatan dinominasikan. Namun, entah kenapa animo untuk studi di luar negeri di kalangan mahasiswa Indonesia tidak terlalu tinggi sehingga terdapat pula beberapa kasus dimana mahasiswa dengan TOEFL 530-549 yang lolos pada seleksi internal ini. Meski begitu, harus tetap diimbangi dengan CV dan wawancara yang baik.

Ketika sudah lulus di tahap pertama, maka masuklah ke tahap kedua yakni seleksi yang sesungguhnya which is dari pihak Temasek Foundation dan universitas tujuan. Berdasarkan sharing dari international office advisor yang membimbing mahasiswa TF LeaRN NUS dan TF LeaRN NTU, beliau menyatakan bahwa proses aplikasi NUS jauh lebih rumit daripada NTU. Untuk NTU, mahasiswa yang sudah dinominasikan cukup mengisi dan mengirimkan berkas-berkas yang diperlukan secara online ke international office NTU.

Sedangkan untuk NUS, berkas harus dikirim secara online dan lewat pos, ke dua kantor NUS yang berbeda, yakni International Office dan Non-Graduating Student Office. Untuk NUS, pendaftar harus lolos seleksi di kedua kantor tersebut. Jika ia lolos hanya di salah satunya, maka sama saja pendaftar tidak lolos.

Berkas-berkas yang diminta antara lain: formulir aplikasi, 2 essai, 3 surat rekomendasi, fotokopi paspor, pas foto, dan dokumen-dokumen yang membuktikan keterlibatan kita dalam kepanitian/organisasi maupun achievement kita selama ini.

Menurut saya, proses ini adalah proses yang paling menjemukan, jadi dibutuhkan kesabaran serta ketekunan untuk merancang jawaban dan memastikan setiap persyaratan yang diminta telah lengkap. Perhatikan tenggat waktu, terutama untuk dokumen yang harus dikirim lewat pos. Jangan sampai teledor, karena pada saat akhirnya pengumuman keluar, dari 5 mahasiswa yang dinominasikan terdapat  1 mahasiswa yang tidak lolos hanya karena ia telat mengumpulkan 1 dokumen. Setelah lengkap, maka berkas siap dikirimkan. Pengumuman penerimaan disampaikan via e-mail 2 bulan kemudian yakni di akhir Mei. Hal ini cukup membuat deg-degan!

Setelah diterima, kita akan mendapatkan invitation letter yang harus kita serahkan ke international office masing-masing untuk mengurus administrasi internal agar kita mendapat status study overseas di kampus masing-masing. Oiya, penting untuk mengkonsultasikan mata kuliah apa saja yang kira-kira akan kita ambil dengan pihak home university jika kita ingin mentransfer mata kuliah tersebut ketika kembali ke Tanah Air. Umumnya, universitas di Indonesia sulit menerima transfer sks jika mata kuliah yang kita ambil saat study abroad tidak serupa dengan mata kuliah yang ada di home university. Untuk NUS, ada lebih dari 100 mata kuliah dari lebih dari 5 fakultas yang bias kita ambil. Jujur hal ini sempat membuat saya kagok karena begitu banyak mata kuliah menarik namun mahasiswa exchange hanya diperbolehkan mengambil maksimal 5 mata kuliah. Jadi pilihlah baik-baik! Tips saya, pilihlah yang bisa ditransfer atau yang menarik bagimu tetapi tidak ditawarkan di home university. Jika pada akhirnya kita tidak puas dengan mata kuliah yang kita ambil, kita memiliki waktu 2 minggu untuk trial dan 4 minggu untuk drop mata kuliah yang tidak kita suka. Keuntungannya untuk mahasiswa exchange, kita tidak memiliki kerugian finansial atau pengurangan poin kampus jika kita berganti mata kuliah, tidak seperti mahasiswa tetap yang akan dikenakan denda jika berganti-ganti mata kuliah. Maka manfaatkanlah kesempatan ini secara maksimal 🙂

Pada akhirnya, mencari beasiswa untuk study abroad mungkin dapat menjadi salah satu pilihan bagi mahasiswa Indonesia yang ingin merasakan rasanya kuliah di luar negeri namun belum mampu secara mental maupun finansial. Selain menambah wawasan akademis dan networking, study abroad juga dapat memberikan gambaran akan apa yang akan kita hadapi jika nantinya ingin meneruskan S2 di luar negeri  sehingga kita dapat mempersiapkan diri lebih dini.

Untuk memberi gambaran lebih jelas mengenai program TF LEaRN ini, sila simak video berikut (Credits to TF Scholars @ NUS AY2014/15)

1 KOMENTAR

  1. Hay ! Saya sangat tertarik dengan cerita anda. Perkenalkan saya mahasiswa semester 6 Universitas Sriwijaya di Indralaya, Palembang. Saya juga ingin merasakan bagaimana menjadi mahasiswa luar negeri. Bolehkah saya mendapatkan email anda saya juga ingin berbagi cerita 🙂

Tinggalkan Balasan ke Sarah Dewi Yuliani Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here