Esai Sebagai Senjata Untuk Menembus Sekolah Impian

12
8468

Bersekolah di luar negeri, baik itu undergrad maupun graduate studies, bagi banyak orang merupakan salah satu hal yang menjadi impian besar dalam hidup. Demikian pula dengan saya. Sebagai seorang Sarjana Hukum, melanjutkan pendidikan master di “top law school” merupakan salah satu impian saya, dan dengan rahmat Tuhan YME, saya akhirnya bisa mendapatkan “kursi” di Magister Hukum (Master of Laws) Harvard Law School.

 

“Apa sih rahasianya?”

Pertanyaan ini, sangat-sangat sering saya dapatkan saat seseorang mengetahui saya berhasil menembus “dua besar” sekolah hukum di dunia: Columbia Law School dan Harvard Law School. Baik pada saat saya memberikan pelatihan di almamater saya, Universitas Indonesia, pada saat seseorang menghubungi saya untuk berkonsultasi mengenai rencana melanjutkan pendidikan, maupun pada saat pembicaraan non-formal dengan seorang kawan, pertanyaan ini seringkali muncul. Jawaban yang saya lontarkan selalu sama: planning dan work hard on your essay.

Pada kesempatan ini, mengikuti permintaan dari rekan-rekan Indonesia Mengglobal, saya akan khusus membahas mengenai hal-hal seputar essay atau, dalam bahasa Indonesia, esai. Berdasarkan pengalaman saya pribadi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seseorang untuk dapat menghasilkan suatu esai yang berkualitas, yaitu:

Understand What Do They Expect

Untuk bisa menulis esai yang baik, anda harus mengerti apa yang sekolah impian anda harapkan dari seorang mahasiswa dan dengan demikian kualitas seperti apa yang bisa membuat seseorang diterima di sekolah tersebut. Sulit untuk menggeneralisir bahwa semua sekolah mengharapkan hal yang sama. Sekolah A mungkin mencari kualitas X dari seseorang, dan sekolah B mencari kualitas Y dari seseorang. Namun, ada juga sekolah C yang mungkin mencari kualitas X, Y dan Z dari seseorang. Esai adalah tempat anda meyakinkan sekolah impian anda bahwa anda memiliki kualitas yang dicari oleh sekolah tersebut dari seorang pelamar.

Bentuk esai yang diminta oleh sekolah A akan berbeda dengan esai yang diminta oleh sekolah B. Berdasarkan pengalaman saya, baik Harvard Law School maupun Columbia Law School meminta saya untuk menulis esai mengenai diri saya namun Harvard Law School juga meminta saya untuk menulis esai yang memberikan jawaban mengenai suatu permasalahan hukum di Indonesia. Secara garis besar, suatu sekolah biasanya menilai kualitas seseorang dari latar belakang pekerjaan, perspektif pribadi atas suatu permasalahan, cara berpikir untuk memecahkan masalah, dan/atau penghargaan-penghargaan yang pernah didapatkan dan karenanya hal-hal ini seyogyanya dapat terlihat dalam esai anda.

Sebelum saya menulis esai saya untuk Harvard Law School, saya mencoba meneliti para alumni Harvard Law School dari Indonesia. Kualitas apa yang mereka punya? Benang merah apa yang bisa saya tarik dari seluruh kualitas yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut? Hasil penelitian saya ini saya gunakan sebagai refleksi: apakah saya memiliki kualitas-kualitas tersebut? Bagaimana cara menampilkan kualitas-kualitas ini dengan cara terbaik dalam esai saya, dengan mempertimbangkan adanya pembatasan maksimum kata (maximum word requirements)?

Jika anda ingin memasukkan aplikasi di suatu sekolah hukum, misalnya, anda harus bisa meyakinkan sekolah tersebut bahwa anda akan dapat mengikuti seluruh pelajaran yang diwajibkan atau ditawarkan oleh mereka. Caranya? Dengan menjelaskan apa yang telah anda pelajari di sekolah anda terdahulu atau pengalaman kerja apa yang anda miliki sehingga anda yakin bahwa pelajaran-pelajaran tersebut koheren dengan apa yang telah atau akan anda kerjakan. Permisalannya, jika saya memasukkan esai yang saya buat untuk Harvard Law School kepada Massachusetts Institute of Technology (MIT) Sloan School of Management, kemungkinan esai saya tidak ada “harganya”. Jika saya ingin membuat gelar Sarjana Hukum saya ada “harganya” bagi MIT Sloan, misalnya, saya harus bisa membuktikan dalam esai saya bahwa meskipun gelar S.H. saya tidak berhubungan dengan pelajaran-pelajaran untuk mendapatkan gelar MBA, saya memiliki bisnis di luar pekerjaan saya sebagai konsultan hukum dan bisnis itu membuat saya terlatih untuk berurusan dengan persoalan bisnis, statistik maupun manajemen.

Jadi, sebelum anda memulai menulis esai anda, lakukanlah penelitian untuk mengetahui kualitas seperti apa yang diinginkan oleh sekolah impian anda.

Your Essay Is Your “Bazooka”

Esai anda adalah senjata (“bazooka”) anda. Mengapa? Karena menurut hemat saya, esai merupakan salah satu dokumen terpenting yang akan menentukan diterima atau tidaknya anda di sekolah impian anda.

Meskipun dokumen-dokumen lainnya seperti transkrip (GPA), IELTS/TOEFL, GRE atau GMAT juga tak kalah penting untuk beberapa jurusan namun dokumen-dokumen ini tidak unik. Setiap orang yang juga melamar ke sekolah impian anda tentu memilikikualitas nilai yang hampir sama dengan anda, terlebih jika sekolah tersebut mematok nilai minimum, baik itu untuk GPA, IELTS/TOEFL, GRE atau GMAT. Namun, hanya esai-lah yang merupakan dokumen dengan sifat personalized dimana anda bisa menceritakan siapa anda, apa prestasi anda, apa yang telah dan akan anda kerjakan selama hidup anda, apa mimpi anda, apa tujuan anda melanjutkan pendidikan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, esai adalah tempat anda untuk memperkenalkan diri anda dan sekaligus meyakinkan tim evaluator bahwa anda “mampu”. Karena sifat dan fungsi esai yang demikian, isi esai anda hampir tidak mungkin ditiru oleh orang lain karena setiap pengalaman hidup manusia yang dituangkan dalam suatu esai pasti berbeda-beda.

Dokumen lain yang tak kalah penting merupakan surat rekomendasi. Namun, surat rekomendasi merupakan dokumen yang seyogyanya dituliskan oleh seorang referee untuk anda, dan karenanya bukan merupakan tulisan anda pribadi. Dokumen-dokumen lain yang anda persiapkan (GPA, IELTS/TOEFL, GRE atau GMAT, serta surat rekomendasi) memiliki sifat “pendukung” bagi esai anda, yaitu untuk menunjukkan bahwa apa yang tertulis dalam esai anda sesuai dengan kenyataan. Secara tersirat, esai juga memperlihatkan kemampuan tata bahasa serta menulis anda. Jadi, bisa dikatakan esai anda merupakan senjata utama anda untuk meyakinkan tim evaluator agar memberikan “kursi” di sekolah impian anda kepada anda, dan bukan kepada pesaing anda.

 

Requirements Mean REQUIREMENTS

Suatu sekolah seringkali memberikan persyaratan penulisan esai. Persyaratan ini dapat berupa marjin, paragraf atau spasi, serta batas maksimum kata. Mengenai hal ini, hanya satu saran saya: I-KU-TI. IKUTI!

Sangat disayangkan bahwa kebanyakan calon mahasiswa dari Indonesia mempercayai bahwa persyaratan ini tidak mutlak. Padahal, di luar negeri, terutama di Amerika Serikat dan Inggris, persyaratan berarti PERSYARATAN, yaitu mutlak harus diikuti, termasuk persyaratan mengenai penulisan esai. Terlebih, jika ada disclaimer dari sekolah tujuan anda yang menyatakan bahwa tim evaluator tidak akan menerima esai yang tidak memenuhi persyaratan.

Namun, saya tidak bisa mengatakan bahwa tim evaluator tidak mungkin lunak mengenai hal ini. Berdasarkan pengalaman rekan-rekan saya, di beberapa sekolah persyaratan ini tidak mutlak. Namun, menurut saya resiko yang harus anda tanggung karena tidak memenuhi persyaratan terlalu besar dan akan lebih aman bagi seorang pelamar untuk memenuhi persyaratan yang ada. Jangan sampai esai yang sudah anda persiapkan jauh-jauh hari menjadi gagal hanya karena anda tidak memenuhi persyaratan.

Silly Mistakes Are Unforgivable Mistakes

Kesalahan konyol adalah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Kesalahan seperti apakah yang konyol? Dalam dunia “per-esai-an”, jawabannya adalah grammar mistakes atau kesalahan pemakaian grammar dalam Bahasa Inggris (atau bahasa lainnya di tempat anda berencana melanjutkan pendidikan anda). Kesalahan konyol lainnya adalah “typo” atau kesalahan dalam penulisan.

Sebagai orang Indonesia yang bahasa ibu-nya adalah Bahasa Indonesia, tentu menulis tanpa cela dalam Bahasa Inggris atau bahasa lainnya merupakan suatu hal yang cukup menantang dan karenanya tidak jarang kita membuat kesalahan. Namun, jika kesalahan ini tidak dibetulkan dan ditemukan dalam esai yang telah dikirimkan kepada sekolah impian anda, hal ini menjadi tidak bisa dimaafkan karena kesalahan tersebut mencerminkan bahwa anda ceroboh, tidak teliti dan tidak memiliki tata bahasa yang baik. Karenanya, sebelum anda mengirimkan esai anda, cobalah membacanya berulang-ulang. Mintalah saudara, kakak, adik, ayah, ibu, atau kerabat yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris (atau bahasa lain) yang baik untuk mengevaluasi tulisan anda. Hal ini akan membuat anda terhindar dari melakukan kesalahan konyol berupa grammar mistakes ataupun typo.

Esai merupakan cerminan siapa anda. Bayangkan, secarik kertas itulah yang memiliki “wewenang” untuk memperkenalkan siapa anda sekaligus meyakinkan pembaca (tim evaluator) bahwa anda adalah kandidat terbaik untuk mendapatkan “kursi” di sekolah impian anda. Karenanya, esai anda seyogyanya bisa berbentuk singkat, padat dan tepat sasaran. Tulislah esai anda dari jauh-jauh hari agar anda bisa memiliki waktu yang panjang untuk memikirkan dan menyempurnakannya. Jika anda bersungguh-sungguh mempersiapkan esai anda, percayalah, sekolah manapun bisa anda tembus.

Akhir kata, izinkan saya mengemukakan bahwa sebagai seseorang yang hanya pernah bersekolah di Indonesia sebelum saya menjadi mahasiswa di Harvard, saya tahu betul bagaimana sulitnya menulis esai. Karenanya, jika anda merasa bahwa anda membutuhkan bantuan untuk berkonsultasi mengenai impian anda untuk bersekolah di “top schools” dan jika anda merasa bahwa saya bisa berguna bagi anda untuk membantu anda mengejar impian anda bersekolah di luar negeri, mohon jangan ragu untuk menghubungi saya melalui e-mail di shinta.nurfauzia@gmail.com.  Sebelum saya diterima di Harvard, saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya akan membantu pemuda-pemudi bangsa yang juga memiliki impian yang sama dengan saya untuk bersekolah di luar negeri, dengan memberikan saran, tips dan trik, ataupun berbagi pengalaman dengan siapapun yang membutuhkan. Permintaan saya hanya satu. Jika kelakanda sukses, lakukanlah hal yang sama. Bantulah pemuda-pemudi lainnya agar semakin banyak manusia Indonesia yang mengenyam pendidikan terbaik di dunia dan kemudian kembali pulang untuk membangun bangsa.

 

12 KOMENTAR

  1. Dear Kak Shinta,

    Terima kasih untuk tulisan yang lebih membuka wawasannya. Tertarik dengan meriset para alumni sekolah tersebut lebih dulu sebelum buat esai, untuk mencari kualitas yang dapat ditawarkan.
    Terkait email yang diberikan, boleh kiranya saat saya sudah menyelesaikan esai sekolah. Kak Shinta mau menjadi salah satu correctornya. Salam hangat, Rabia.

  2. Nadia, Chibi, Siti, Bernike dan Christa, terima kasih atas atensinya. Untuk Rabia, silahkan kirimkan esai final kamu kepada saya. Saya akan coba memberikan masukan jika memang dibutuhkan.

    Untuk teman-teman yang sudah mengirimkan e-mail kepada saya, terima kasih banyak karena sudah me-reach out saya. Saya senang sekali mengetahui begitu banyak pemuda Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan. Mohon maaf jika saya belum sempat membalas semuanya namun saya akan coba membalasnya satu persatu.

    Semangat terus ya! 🙂

  3. Terima Kasih atas informasi yang mencerahkan… Saya sedang memulai untuk menulis essai.. Jika tidak keberatan, bolehkan saya meminta bantuan agar essainya kakak cek dan diminta masukannya? Mohon maaf merepotkan

  4. Sangat terkesan dengan keterbukaan dan kepedulianmu bagi kami para pemimpi sepertimu kak. Cerita pengalaman yang dituang sangat menguatkan dan menginspirasi dengan kesungguhan. Thanks a lot, dan segera akan ngirim email ke kamu.

  5. Hi Shinta,

    Terima kasih sekali atas sharingnya, karena ini semakin memacu saya untuk kembali bersekolah melanjutkan pendidikan magister di sekolah impian saya. Kata orang impian itu harus ditulis tangan dan detail. Maka dari itulah, saya kembali diingatkan oleh orangtua dan sharing spt ini bahwa hidup saya mulai kering dan butuh disiram lagi dengan memperkaya diri akan pengetahuan.
    Boleh sharingnya Shinta, terkait saat melakukan penelitian ke sekolah yang diinginkan melalui alumni sekolah tsb, apakah hanya berbekal googling? Atau ada situs yang dapat membantu proses
    penelitian tsb?
    Terima kasih Shinta.

  6. Mbak shibta kalau untuk program J.D menurut anda akan lebih sulit atau lebih mudah? Perlu atau tidak? Karena saya ingin ber praktek di US

Tinggalkan Balasan ke Alfredo Ginting Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here