Sekilas Tentang the School of Oriental and African Studies (SOAS)

11
5976
Di depan gedung utama SOAS, University of London, kampus Russell Square.

Sebagai mahasiswa yang saat ini sedang berkuliah di School of Oriental and African Studies (SOAS), University of London, ada dua reaksi yang hampir selalu saya dapatkan ketika menjawab pertanyaan “kuliah di mana?”.

Yang pertama, “SOAS itu apa? Ada di mana?” dan yang kedua “Wah, keren ya kampusnya, anti-mainstream!”

Ya, bagi sebagian orang, keberadaan kampus yang satu ini memang tidak setenar kampus-kampus besar dunia seperti Harvard, Sorbonne, Oxford atau Cambridge. Saya akui, saya pun baru mendengar nama kampus ini ketika sedang mencari-cari jurusan yang cocok untuk kuliah S2 melalui mesin pencari online satu tahun yang lalu. Ketika mendengar namanya pun saya berpikir kampus ini hanya untuk orang-orang yang berminat untuk menjadi politisi atau ahli di kajian wilayah Asia dan Afrika. Ternyata saya salah. SOAS memang tergolong kampus kecil di London dengan jumlah mahasiswa sekitar 5,000 orang, namun ada lebih dari 350 kombinasi jurusan untuk sarjana dan 140 jurusan untuk pascasarjana dalam bidang ilmu sosial, seni, humaniora dan bahasa. Para lulusan SOAS pun bergelut di berbagai bidang profesi mulai dari diplomat, pengacara, jurnalis, ekonom, politisi, ahli bahasa dan lain sebagainya. Tapi yang membuat berbeda adalah, lulusan SOAS dibekali dengan wawasan yang lebih luas mengenai isu-isu regional dan kaitannya dengan tren global.

“We live in a world of shrinking borders and of economic and technological simultaneity. Yet it is also a world in which difference and regionalism present themselves acutely. It is a world that SOAS is distinctively positioned to analyse, understand and explain” – SOAS, University of London

Saya pun memantapkan hati memilih untuk melanjutkan studi pascasarjana di Pusat Studi Media (Centre of Media Studies), SOAS dengan harapan akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang isu media dan budaya di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Setelah menjalani perkuliahan selama 4 bulan, SOAS jauh melampaui harapan saya. Kuliah di SOAS sangat menantang, intens, dan tentunya, seru! Satu hal yang mungkin jarang ditemui di kampus lain adalah ketika sedang berbicara mengenai isu suatu negara jarang Anda dengar, ada orang dari negara tersebut duduk bersama Anda di kelas yang sama. Dan terkadang, saya pun menjadi orang itu. Jumlah mahasiswa Indonesia di SOAS terbilang sedikit, tetapi isu-isu di Indonesia sering sekali menjadi pembahasan yang menarik di berbagai seminar dan kuliah umum. Tak jarang di kelas saya diminta pendapat dan klarifikasi berbagai hal tentang Indonesia setiap kali diskusi kelas sedang membahas contoh kasus negara-negara di Asia Tenggara. Di SOAS, tak hanya teman-teman saya yang mayoritas mahasiswa internasional[1], dosen-dosen SOAS pun berasal dari berbagai pelosok dunia[2].

Hari-hari saya di SOAS tidak hanya diisi dengan kelas-kelas rutin. Setiap minggunya, selalu ada berbagai seminar, pameran seni, pemutaran film asing dan bedah buku di Brunei Gallery, SOAS. Kafetaria SOAS di malam hari juga sering mengadakan beragam acara musik dan tari tradisional dari berbagai negara. Mahasiswa SOAS juga sering diajak bekerja sama dengan beragam institusi seni di London dan saya pernah berhasil mendapatkan kesempatan menulis untuk salah satu majalah musik digital di London dan datang ke konser gratis untuk meliput! Kegiatan ekstrakulikuler di SOAS juga sangat beragam dan unik; mulai dari Circus Society hingga Indigenous People and Ethnic Minorities Awareness Society.

Selain itu, perpustakaan juga merupakan salah satu fasilitas yang paling dibanggakan SOAS. Betapa tidak, sepertinya semua buku yang saya cari ada di sini. Koleksi buku-buku Indonesia-nya pun juga sangat lengkap. Jangankan literatur akademik, dari novel Lupus karya Hilman Hariwijaya sampai Supernova karya Dewi Lestari terselip di lebih dari satu juta buku yang ada di perpustakaan SOAS!

Letak SOAS juga sangat strategis di zona 1 London. Jika sedang penat dengan perkuliahan dan butuh refreshing, hanya perlu 5 menit untuk berjalan kaki ke British Museum dan 10 menit ke pusat komersil Oxford Street London. Jika sedang ada kelas di kampus kedua SOAS di Vernon Square, setelahnya bisa langsung ke British Library dengan jalan kaki.

Selama studi di SOAS, saya pun mengetahui bahwa institusi ini berperan sangat besar dalam sejarah perang dunia. Setelah resmi didirikan pada 1916, SOAS adalah tempat pelatihan juru administrasi, pegawai kolonial dan mata-mata Inggris yang ditugaskan di daerah-daerah jajahannya. Dari sini, saya jadi tahu bahwa etnografi dan ilmu antropologi merupakan kunci sukses penjajahan Inggris di sebagian besar wilayah dunia selama ratusan tahun. Pernah mendengar kutipan “In order to beat your enemy, you must first know your enemy”?  Kira-kira seperti inilah prinsipnya. Inggris dulu sukses menguasai dunia karena mereka ‘mengenal’ lawan-lawannya dengan baik melalui etnografi dan antropologi. SOAS sampai saat ini pun terkenal dengan jurusan antropologi-nya yang menempati urutan ke-4 terbaik di Inggris dari segi produktivitas riset dan ke-8 terbaik dari segi pengajaran.

Tentu, sekarang SOAS diperuntukkan bagi hal yang berbeda, yakni perdamaian dunia. Studi di SOAS mendorong mahasiswanya untuk memahami, bertoleransi dan menjaga perbedaan di tengah-tengah memanasnya konflik global. Dalam konotasi yang positif, kuliah di SOAS memang anti-mainstream, karena kita akan terus didesak untuk tampil ‘beda’, melihat dunia dari berbagai perspektif dan berpikir out-of-the-box. Bagi Anda yang tertarik untuk melanjutkan studi di bidang humaniora dan ilmu sosial, saya sangat merekomendasikan SOAS karena multi-centred world perspectives-nya yang sangat relevan dengan tren global saat ini yang mengharuskan kita untuk menggali potensi regional dan lokal dengan maksimal dan bijaksana. Selain kagum dengan lingkungan akademik-nya, saya pun semakin bangga menjadi orang Indonesia selama kuliah di SOAS.

 

Bagi yang berminat untuk melanjutkan studi di sini, SOAS merupakan salah satu universitas yang tercantum dalam program beasiswa LPDP. Selengkapnya di sini.


[1] “38% mahasiswa SOAS datang dari luar Inggris. Secara keseluruhan, ada 160 negara terwakili di kelas-kelas yang diselenggarakan SOAS.

[2] “Kampus SOAS memiliki jumlah staf ahli terbesar di dunia di bidang studi Asia, Afrika dan Timur Tengah (www.soas.ac.uk)

 

Foto yang ditampilkan dalam tulisan ini adalah koleksi pribadi penulis.


BAGIKAN
Berita sebelumyaMany Roads Lead to Australia – Part 2
Berita berikutnyaThe Perseverance of A Life Lived Unapologetically: Navigating Your Post-Graduation Path
Najwa holds a bachelor degree (Hons) in English literature from Universitas Indonesia and has recently finished her master's degree (Hons) in critical media and cultural studies from SOAS, University of London with a Distinction. Before her educational pursuit in the UK, she once worked for a global cosmopolitan Muslim magazine, from which she develops profound interest in media and journalism. A keen observant and bookworm, Najwa enjoys carefully studying the capricious vagaries of everyday life in Indonesian society and aspires to immerse herself in the field of popular culture studies and new media. She is currently working as a project coordinator and academic English lecturer at FIB UI, as well as researcher on topics related to the global Islamic economy, especially on lifestyle and modest fashion industries.

11 KOMENTAR

  1. assalamualikum.
    wow yeay akhirnya saya menemukan juga mahasiswa dr indo yg belajar d soas dan menuliskan beberapa hal yg menarik tntang kuliah d soas..
    kebetulan saya juga sedang berniat untuk lanjut studi k soas tepatnya di jurusan bahasa dan sastra arab/ arabic literature
    agak menyimpang memang…belajar sastra arab di london.. dan itu memang anti mainstream..
    pertanyaan saya apakah jurusan yg akan saya ambil cukup popular d soas?
    bagaimana proses mba sampai dapat melanjutkan study master kesana?
    apa saya boleh minta emailnya untuk bertanya lebih jauh tentang study k soas?
    trimakasih

    • Halo mbak Viee Tha…
      Kebetulan saya mhs S2 Arabic Literature di SOAS periode 2016-2017. Karena ada satu dua hal, saya pindah ke Applied Linguistics.
      Kl mau ambil Arabic Literature, tepat bgt si kl ke SOAS. Kamu akan menemukan sesuatu yang sangat berbeda di jurusan ini. Dan uniknya, para guru besar mata kuliah Modern Arabic, Classical Arabic, hingga Comparative Literature berasal dari negara non-Arab! All of them are keen on Arabic!

  2. Salam Mas, saya tertarik dengan SOAS. Saya alumni Sastra Arab. Apakah di SOAS ada study ttg Semiotic? Thx for share.

  3. sharing tulisan yang menarik sekali..
    saya juga tertarik untuk melanjutkan kuliah s3 jurusan musik di SOAS
    bisa info gak mengenai jurusan philosophy of music di SOAS??..
    trimakasih…

  4. Halo, saya Ganies Oktaviana. Saya tertarik sekali untuk ambil Taught Programme Antropology (Master) di SOAS. Ada kenalan teman di SOAS yang kuliah di porgram tersebut? baik mahasiswa Indonesia atau bukan?. Untuk tulisannya, thanks banget ya. Ini email saya (ganiesoul@gmail.com), mohon bantuannya 🙂

Tinggalkan Balasan ke Ganies Oktaviana Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here