Belajar Menjadi Penerjemah di Monash University Australia

15
10722

Saat ini saya tercatat sebagai seorang mahasiswa Master of Interpreting and Translation Studies (Magister Kajian Penjurubahasaan dan Penerjemahan) di Monash University Australia, khusus jurusan penerjemahan. Ada jurusan khusus penerjemahan (translation-only stream), ada juga jurusan penerjemahan dan penjurubahasaan (translation and interpreting stream). Saya mengambil jurusan khusus penerjemahan karena saya ingin fokus ke penerjemahan saja.

Lama program ini adalah 1,5 tahun. Program ini tercatat sebagai salah satu program yang terakreditasi oleh NAATI (National Accreditation Authority for Translators and Interpreters) yang mengatur pemberian akreditasi untuk penerjemah dan juru bahasa di Australia. Ini berarti bahwa saya akan menjadi penerjemah terakreditasi/tersumpah yang diakui di Australia setelah menyelesaikan program ini dan berhak mempunyai cap penerjemah saya sendiri. Di program ini, saya juga diharapkan menyelesaikan praktikum di berbagai perusahaan agensi penerjemah di Australia sebagai bekal kerja nantinya.

Perlu diketahui bahwa di universitas-universitas di Australia, seperti Monash University, biasanya pemberian akreditasi dari program magister hanya untuk satu arah (misalnya bahasa Inggris ke bahasa Indonesia) tergantung yang mana merupakan bahasa ibu anda. Biasanya tes akan dilakukan dari bahasa B (bahasa kedua) ke bahasa ibu (bahasa A). Dosen saya berkata ini dikarenakan para ahli berpendapat bahwa seorang penerjemah paling baik bekerja jika mereka menerjemahkan ke bahasa ibu mereka. Jika anda ingin mengikuti tes penerjemahan dari arah sebaliknya (dari bahasa ibu ke bahasa kedua misalnya), anda dapat mendaftar langsung ke situs NAATI (www.naati.com.au).

Sebenarnya Australia merupakan negara yang cocok jika anda mempertimbangkan untuk belajar penerjemahan karena universitas-universitas di Australia menawarkan penerjemahan ke dan dari Bahasa Indonesia. Lain halnya dengan universitas-universitas di Inggris dan Amerika Serikat yang jarang menawarkan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah negara tetangga Australia. Di sekolah-sekolah SD sampai SMA pun, orang Australia juga mendapat pelajaran Bahasa Indonesia.

Di program penerjemahan Monash University, mata kuliah-mata kuliah saya di antaranya adalah:

1.    Introduction to Translation and Interpreting Theories (Pengantar Teori Penerjemahan dan Penjurubahasaan) di mana saya belajar teori-teori di balik penerjemahan yang tampaknya berlangsung otomatis dan memakai insting (seperti misalnya kata ini terdengar lebih enak daripada kata satunya) tetapi sebenarnya ada prosesnya itu dan penting bagi penerjemah untuk menyadari proses itu agar dapat menjelaskan pilihan-pilihan yang kita lakukan sebagai penerjemah kepada klien dan editor jika ditanya.

2.    Applied Translation (Penerjemahan Terapan) dan Translation for Special Purposes (Penerjemahan untuk Tujuan Khusus) di mana saya belajar tentang berbagai jenis penerjemahan: teks hukum, teks medis, teks iklan, teks pariwisata serta belajar menggunakan CAT tools seperti SDL Trados serta konsep-konsep seperti TM (Translation Memory), MT (Machine Translation), dan PE (Post-Editing).

3.    Major Project di mana saya diharuskan menerjemahkan teks dengan jumlah huruf sekitar 12,000 kata, dilengkapi dengan kata pengantar kritis dengan harapan saya dapat mengaplikasikan ilmu yang telah saya terima untuk menyelesaikan proyek terjemahan yang cukup besar ini. Saya memilih untuk menerjemahkan satu cerpen dari pengarang Australia bernama Nam Le yang menulis cerita tentang bagaimana keadaan di sebuah kapal pengungsi ke Australia. (Jika teman-teman ada yang punya kenalan penerbit yang berminat menerbitkan karya terjemahan seperti ini, mohon hubungi saya).

Biasanya di setiap mata kuliah, ada ceramah (lecture) dan lokakarya (workshop). Ceramah diikuti seluruh siswa dari semua bahasa, biasanya berupa presentasi dalam bahasa Inggris. Lokakarya biasanya dalam satu bahasa, misalnya ada lokakarya khusus siswa penerjemah dalam bahasa Perancis, lokakarya khusus siswa penerjemah dalam bahasa Indonesia, dsb. Lokakarya spesifik sifatnya, tergantung bahasa yang digunakan dalam menerjemahkan. Dosen khusus terjemahan bahasa Indonesia ada 2: yaitu Paul Thomas, ketua kajian Bahasa Indonesia di Monash University dan Harry Aveling, dosen yang telah menerjemahkan karya penulis Indonesia: Pramoedya Ananta Toer dan Dewi Lestari. Saya beruntung bertemu dengan keduanya di Monash University.

Hidup di Melbourne sendiri cukup menyenangkan. Melbourne merupakan kota sastra dunia yang ditetapkan UNESCO dan banyak komunitas sastra dan menulis yang aktif. Dii Monash University sendiri ada grup penulis mahasiswa yang cukup aktif. Festival sastra juga banyak yang berlangsung di kota ini seperti Melbourne Writers Festival dan Emerging Writers Festival.

Kuliah di Monash University juga membuka peluang-peluang yang tidak terduga. Di Emerging Writers Festival 2015 lalu, saya bersama beberapa penerjemah dari Monash University (saya bahasa Indonesia, yang lainnya bahasa Spanyol, Cina, Italia, dan Jepang) ikut serta tampil di acara Translation Nation. Satu cerpen karya Liam Pieper, seorang penulis Australia, diterjemahkan ke beberapa bahasa lalu dibacakan di panggung Emerging Writers Festival. Sungguh merupakan pengalaman yang berkesan bagi saya! Kemudian para penonton menanyakan tentang hambatan-hambatan yang kami hadapi saat menerjemahkan. Teman saya di universitas yang sama, yang menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris bahkan ditawari kesempatan menerjemahkan novel Indonesia yang mengantarnya jalan-jalan ke Frankfurt Book Fair 2015 di mana Indonesia menjadi tamu kehormatan tahun 2015.

Itulah sekilas pengalaman saya menjadi mahasiswi jurusan penerjemahan di Monash University. Saat ini saya ada di semester kedua saya. Jika anda berminat atau ingin bertanya-tanya lebih lanjut tentang program ini, bisa menghubungi saya di surel saya: cecilia.liando@gmail.com. Saya akan dengan senang hati membalasnya. Sampai bertemu di Melbourne!

Photo:download.net.pl-mobile, used under Creative Commons License.


BAGIKAN
Berita sebelumyaKiat Sukses Untuk Mendapatkan Kerja Magang Impian
Berita berikutnyaProgram Magister Bidang Biostatistika di Boston University: Wawancara dengan Emelly Rusli
Cecilia Liando is currently pursuing her Master Degree in Interpreting and Translation Studies (Translation-Only Stream) at Monash University (Melbourne, Australia). Prior to that, she studied Bachelor of English Education at Universitas Pelita Harapan (Lippo Village, Indonesia), worked as a teacher and freelance translator then spent one year in Peking University (Beijing, China) to learn Mandarin Chinese language. She also completed a Postgraduate Diploma in Editing and Communications at the University of Melbourne (Melbourne, Australia). In her spare time, she knits and makes jewelries.

15 KOMENTAR

  1. Saya sangat tertarik untuk belajar lebih lanjut mengenai translation dan saat ini saya adalah mahasiswa tingkat akhir yg menulis skripsi mengenai testing the translation products. Apakah kira2 ada beasiswa untuk melanjutkan studi saya ke Monash University?

  2. Hi, Cecilia Liando.
    Saya Jenna dan sedang berencana untuk melanjutkan study saya dengan mengambil bidang Translation di universitas di Australia. Thank you very much for the information you shared, by the way.
    Saya dengar, ANU juga merupakan salah satu Uni terbaik di Australia dalam bidang translation.
    Is that true? If it is, what’s the difference with Monash?

    Thank you in advance.
    I’ll be waiting for your reply.

    • Hai Jenna,

      Saya dulu tidak berpikir tentang ANU karena saya tahu program translation di ANU tidak terakreditasi NAATI. Tautan: https://www.naati.com.au/media/1299/list_of_approved_australian_courses.pdf.

      NAATI itu badan satu-satunya yang mengatur tentang translation dan interpreting di Australia. Translator di Australia harus punya nomor izin NAATI, kalau tidak tidak akan terpakai di Australia karena hampir semua translation agency hanya memakai NAATI certified translator.

      Jika ingin gelarnya saja, tidak masalah belajar di ANU. Di Monash, setiap midterm test and final test itu seperti mock test NAATI, jadi kita benar-benar sudah dilatih. Di semester kedua atau ketiga, kita ikut tes NAATI yang sekaligus juga final test suatu unit di kampus Monash.

      Bisa dilihat dan dibandingkan juga spesialisasi bahasa ANU dan Monash serta unit-unit mereka.

      Di ANU, banyak bahasa sehingga terkesan tidak fokus. Selain itu juga rasanya unit hanya sedikit yang translation saja. Ini menurut saya yah.

      Saran saya, coba bandingkan program keduanya dari unit-unit yang diajarkan.

      Salam,
      Cecilia

  3. Halo mbak, wahh pernah belajar mandarin juga ya di China, sama mbak kayak saya, tapi saya di Nanchang University selama satu semester, oh ya mbak saya mau tanya, kalau saya mengambil jurusan English-Chinese Translation utk jurusan S2 saya kelak, saya bingung pilihan kerja nya nanti apa aja yaa? Hehe, siapa tau mbak bisa bantu jawab nihh 😀 makasih mbakkk 🙂

    • Halo Brenda,

      Mohon maaf, saya baru baca. Kalau jurusan English-Chinese translation pilihan kerjanya kira-kira: translator, interpreter, project manager di translation agency, lecturer atau kalau agak melenceng bahkan teacher. Good luck yah!

      Salam,
      Cecilia

  4. Salam kenal Cecilia, terima kasih atas info diatas. Saya tertarik utk mengikuti program magister penerjemahan Inggris Indonesia di Monash University ini. Berapa ya biaya kuliah dan biaya hidup selama 1.5 tahun itu. Terima kasih sebelumya.

    Salam, Avi

Tinggalkan Balasan ke Jenna Rasby Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here