Tetap Bugar dan Sehat Saat Kuliah di Australia: Diari Seorang Mahasiswi Indonesia

1
2391

Saat kita kuliah di luar negeri, sangat penting bagi kita agar tetap sehat dan bugar. Mengapa? Karena jatuh sakit di luar negeri menyusahkan diri sendiri serta teman-teman kita yang juga sibuk dengan urusan mereka sendiri. Usahakan sebaik-baiknya agar kita tidak jatuh sakit di luar negeri, walaupun ada asuransi kesehatan. Apalagi dengan jatuh sakit, kita tidak bisa konsentrasi belajar. Hal ini tentu akan mengganggu studi kita. Di kolom kali ini saya ingin membagikan pengalaman saya sebagai seorang mahasiswi di Melbourne, Australia dari segi olahraga dan kesehatan.

           Saat ini saya sedang kuliah di Melbourne jurusan penerjemahan. Saat baru tiba di Melbourne, saya terkejut karena porsi makanan di Melbourne sangat besar, satu porsi makanan bisa dua kali makan. Banyak restoran siap saji di mana-mana, walaupun juga ada restoran yang khusus menyediakan makanan sehat seperti salad. Tetapi tetap saja porsinya jauh lebih besar dari yang biasa saya makan di Jakarta, Indonesia. Kalau tidak diatur, sepertinya saya bisa menjadi gemuk sekali di Melbourne. Jadi kiat supaya berat badan terjaga adalah membawa pulang makanan sisa dari makan siang untuk dimakan saat makan malam. Jadi, porsi yang dimakan sama seperti di Indonesia. Kalau tidak ingin makan makanan yang sama untuk siang dan malam, olahraga menjadi satu-satunya cara menjaga berat badan.

           Olahraga di Melbourne cukup mudah dilakukan, di taman-taman dan di jalan-jalan, orang bisa berjalan kaki atau lari tanpa hambatan serta gratis. Di Melbourne orang-orang juga banyak berjalan kaki karena tersedia jalur pejalan kaki yang tertata sangat baik. Saya bisa berjalan dari tempat saya tinggal di Melbourne Utara (5 perhentian  trem dari pusat kota) ke pusat kota lalu balik lagi. Banyak juga orang yang mengayuh sepeda di jalan-jalan, karena adanya jalur khusus. Ada layanan sewa sepeda di tempat-tempat tertentu juga.

Selain itu ada pusat kebugaran (gym) di dekat tempat saya tinggal jadi saya bisa tiap hari ke sana. Pusat kebugaran sudah buka dari jam 6 pagi, jadi saya rutin pagi-pagi datang ke sana, apalagi setelah menemukan teman berlatih di gym. Jadilah kami tiap hari sama-sama pergi berlatih. Maraton juga merupakan hal yang umum di Melbourne. Saat di Melbourne, saya yang tidak aktif dan malas bergerak tadinya menjadi senang jalan kaki dan ikut maraton 3 kali, salah satunya maraton sepanjang 15 kilometer.  Maraton paling terkenal di Melbourne adalah Melbourne Marathon.

Sayangnya saya ikut maraton 15 kilometer tersebut tanpa persiapan. Akibatnya, kaki saya sakit dan saya tidak dapat jalan dan lari di pusat kebugaran lagi. Setelah ke dokter ahli kaki (podiatrist) dan difoto dengan sinar X, baru ketahuan bahwa kaki saya retak dan harus memakai alat bantu jalan.

Sebelum mahasiswa/i asing dapat belajar di Australia, mereka harus membeli asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan saya dari Allianz dan bernama Overseas Student Health Care Cover (Asuransi Perawatan Kesehatan Siswa Luar Negeri). Kartu ini memungkinkan mahasiswa/i asing untuk diperiksa dokter umum (general practitioner – GP) gratis. Selain itu, jika membeli obat, biayanya dapat diganti sampai dengan jumlah tertentu (klaim obat kalau tidak salah sampai AUD 50 perbulan). Karena dokter ahli kaki tersebut ada di klinik privat, biaya sekali bertemu dokter ahli kaki ini sangat mahal, sekitar AUD 80. Tetapi yang paling mahal biayanya tetap dokter gigi. Jangan sekali-kali sakit gigi di Australia. Sekali perawatan gigi pasti biayanya berjuta-juta, bisa puluhan juta jika parah penyakit giginya. Seorang teman bahkan memilih kembali ke negaranya (Singapura) dari Australia karena giginya perlu perawatan saluran akar. Biaya tiket pulang pergi hampir sama dengan biaya perawatan saluran akar.

Yang mengesankan adalah saat saya jatuh sakit yaitu demam dan membutuhkan dokter, ada layanan dokter umum yang mengunjungi ke tempat tinggal saya, gratis 24 jam, bisa diakses di http://www.homedoctor.com.au/ dengan nomor telepon 137425. Ada layanan premium juga di mana dokter umum tersebut juga membawa obat yang kita butuhkan gratis. Secara umum, di Australia, kita harus mengunjungi dokter umum terlebih dahulu sebelum diberikan surat referensi (referral letter) untuk datang ke dokter spesialis. Surat referensi untuk ke dokter spesialis harus diperbaharui tiap tahun. Untungnya sampai sekarang saya tidak pernah harus masuk rumah sakit. Sekedar info, harga obat dan harga suplemen kesehatan di Australia termasuk lebih murah dari harga di Indonesia.

Itulah segelintir pengalaman saya menjaga kebugaran dan kesehatan saat belajar di Australia. Walaupun kesehatan dan kebugaran sering disepelekan, tetapi tanpanya, kita akan merasa sangat susah dan menderita. Karena itu, usahakan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran dimanapun kita berada, tetapi khususnya di luar negeri. Salam dari Melbourne!

Foto: dokumen pribadi penulis


BAGIKAN
Berita sebelumyaMengejar S2 Di Korea Di Bawah Naungan Beasiswa
Berita berikutnyaMengapa Kamu Harus Traveling Saat Kuliah di Luar Negeri
Cecilia Liando is currently pursuing her Master Degree in Interpreting and Translation Studies (Translation-Only Stream) at Monash University (Melbourne, Australia). Prior to that, she studied Bachelor of English Education at Universitas Pelita Harapan (Lippo Village, Indonesia), worked as a teacher and freelance translator then spent one year in Peking University (Beijing, China) to learn Mandarin Chinese language. She also completed a Postgraduate Diploma in Editing and Communications at the University of Melbourne (Melbourne, Australia). In her spare time, she knits and makes jewelries.

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Aristya Riska Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here