Bulan Desember ini, saya mewawancarai teman saya, Siti Farida, yang akrab disebut Ida. Ida adalah mahasiswi S2 jurusan Finance di The University of Melbourne yang akan lulus sekitar pertengahan bulan Desember tahun ini. Ia juga merupakan Student Ambassador CPA (Certified Practicing Accountants) dan salah satu penerima Australia Awards Scholarship (AAS). Berikut bincang-bincang kami:
1. Ida adalah seorang mahasiswi the University of Melbourne sekaligus penerima beasiswa Australia Awards yang tadinya memilih jurusan Master of Accounting lalu pindah ke jurusan Master of Finance. Bisa ceritakan sedikit mengapa awalnya memilih jurusan accounting dan akhirnya pindah ke finance? Dan latar belakang S1 Ida apa?
Ketika sedang S1 di Universitas Indonesia, sebenarnya saya ada pengalaman pindah jurusan. Tadinya saya mengambil jurusan Ilmu Ekonomi tetapi karena pada saat itu saya berpikir bahwa Ilmu Ekonomi terlalu abstrak, jadi akhirnya saya pindah ke jurusan Akuntansi walaupun saat itu saya harus ikut UMB UI (Ujian Masuk Bersama Universitas Indonesia) lagi. Di Akuntansi saya cukup enjoy dan membutuhkan 3,5 tahun untuk lulus sarjana. Ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di the University of Melbourne, saya memilih untuk mengambil jurusan Master of Accounting. Salah satu pertimbangan saya memilih jurusan tersebut adalah karena ingin memperdalam belajar Akuntansi. Akan tetapi saat sudah masuk kuliahnya, hampir semua mata kuliah Akuntansi terlihat mirip seperti yang sudah dipelajari di S1.
Di akhir semester satu saya mengajukan perpindahan jurusan dan mendapat persetujuan dari universitas untuk berpindah ke Master of Finance. Menurut saya, finance memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding accounting. Akan tetapi, saya merasa tertantang untuk memperdalam finance karena pada dasarnya ilmunya lebih luas dan lebih menarik.
2. Mengapa memilih ke Australia, bukan S2 di Indonesia saja atau negara-negara lain?
Alasan pertama karena Australia merupakan negara yang bahasa resminya bahasa Inggris. Saya ingin memperdalam bahasa Inggris saya sehingga lebih lancar lagi. Kedua, peringkat universitas di Australia lebih bagus daripada peringkat universitas di Indonesia. Alasan ketiga adalah karena saya mendapat beasiswa dari Pemerintah Australia.
3. Apakah pekerjaan impian Ida? Bagaimana peluang kerja dari jurusan finance?
Sejauh ini, pekerjaan impian saya adalah bekerja di perusahaan konsultasi manajemen (management consulting), terutama yang berhubungan dengan finance. Alasannya adalah karena bekerja di management consulting dapat meningkatkan keterampilan-keterampilan saya. Saya dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat di universitas serta meningkatkan soft skills seperti misalnya terampil bekerja sama di dalam tim dan terampil presentasi.
Pekerjaan impian banyak lulusan finance adalah menjadi investment banker dan management consultant. Itu yang paling favorit. Kedua, bekerja di pasar saham (equity market) seperti menjadi analis atau broker. Ketiga, bekerja di mutual fund, menjadi fund manager, dan lain-lain.
4. Ketika pertama pindah ke Melbourne apakah Ida merasakan culture shock atau gegar budaya?
Sedikit karena budaya Australia (khususnya Melbourne) cukup beda dari Indonesia:
a) Lingkungan belajar: orang di sini semangat belajarnya tinggi-tinggi. Dari minggu-minggu awal semua sudah mulai belajar keras. Di Indonesia, dulu biasanya saya belajar dua minggu sebelum ujian sudah bisa. Ini dikarenakan load belajar tinggi jadi memang harus dicicil. Dulu saya pertama-tama kaget, setelah itu jadi biasa.
b) Hidup sehari-hari: Saya dituntut mandiri di sini, misalnya di supermarket ada alat untuk scan dan self-checkout, isi bensin juga ada alat sendiri, cuci baju sendiri, fotokopi dengan alat fotokopi sendiri, tidak ada yang melayani di sini. Tetapi sekarang sudah biasa bagi saya untuk mandiri.
5. Apa saja kegiatan di Melbourne selain kuliah yang sekarang rutin dilakukan?
Yang pasti setiap hari saya akan olahraga, entah di gym atau di luar ruangan karena berolahraga dapat menghilangkan stres dan membuat produktivitas meningkat. Selain itu, saya berpandangan bahwa orang harus seimbang antara kerja dan hidup. Saya juga bekerja paruh waktu sebagai casual finance tutor.
6. Bisa bagikan satu atau dua pengalaman paling mengesankan yang dialami Ida selama kuliah di Melbourne?
Pertama, saya diberi surat dari profesor, dosen mata kuliah Property Investments and Development in Finance, yang intinya professor saya berkesimpulan bahwa saya punya salah satu keterampilan yang cukup dalam bidang finance dan disarankan untuk memperdalam jurusan finance dengan mengambil S3 atau terjun ke industri dengan spesialisasi finance.
Kedua, di mata kuliah Strategic Management, ketika seluruh kelas dibagi dalam tim-tim dan harus ikut simulasi menjalankan bisnis/perusahaan. Simulasi dibagi menjadi enam ronde, masing-masing tim harus mengambil keputusan di berbagai departemen yang terbagi menjadi R&D, production, finance, marketing, dan human resource. Simulasi ini sangat melelahkan karena satu ronde simulasi biasanya memerlukan waktu 3-4 jam untuk mengambil keputusan. Tapi kerja keras kami akhirnya berbuah, kami mendapat juara satu dengan skor sempurna.
7. Mata kuliah apa yang paling berkesan bagi Ida dari dua tahun ini?
Corporate Financial Policy karena di sini saya mendapatkan inspirasi untuk pindah jurusan. Ini adalah mata kuliah yang sangat sangat menarik dimana di mata kuliah ini dijelaskan contoh aplikasi nyata dari teori finance di dalam suatu perusahaan. Mata kuliah ini menjadi titik balik di mana saya memilih untuk pindah ke jurusan finance. Mata kuliah ini membuka wawasan baru bagi saya dan membuat saya ingin memperdalam finance lebih baik lagi.
8. Ida adalah salah satu peraih Australia Awards Scholarship yang akan lulus Desember 2015 ini. Bisa ceritakan bagaimana pengalamannya meraih beasiswa ini? Apakah susah? Bagaimana proses seleksinya?
Beasiswa Australia Awards lebih banyak ditujukan untuk PNS (Pegawai Negeri Sipil). Di jaman saya seleksi, hanya ada kuota 1/3 untuk non-PNS, sedangkan kuota 2/3 adalah untuk PNS jadi cukup sulit juga.
Nilai tambah saya ada di IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang bisa dibilang cukup memadai. Nilai IPK yang cukup memadai tersebut menjadi suatu nilai lebih bagi saya karena pengalaman kerja saya yang terbilang belum banyak pada saat itu. Selain itu, nilai tambah lain ada di kegiatan saya yang memberi kontribusi untuk membangun Indonesia di bidang pendidikan sebagai asisten dosen untuk mata kuliah akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
Harus diperhatikan bahwa Australia Awards ini dulu dinamakan ADS (Australia Development Scholarship) yang bertujuan untuk memberi beasiswa ke orang-orang yang mempunyai visi untuk berperan dalam proses development di Indonesia. Untuk menambah nilai di seleksi AAS, saya juga berinisiatif menulis dan mengajukan sebuah proposal riset ke pihak beasiswa Australia Awards. Proposal riset tersebut sebenarnya bukan merupakan persyaratan wajib. Saya melampirkan proposal riset untuk membuktikan bahwa saya berkeinginan untuk memperdalam ilmu riset di Australia.
Seleksi beasiswa Australia Awards ada 2 tahap. Pertama, seleksi berkas: mulai dari tes bahasa Inggris, nilai IPK, dan lain lain. Kedua, tahap wawancara. Setelah dinyatakan lulus, setiap penerima beasiswa dilatih bahasa Inggrisnya lewat kelas EAP (English Academic Program). Setelah itu baru penerima beasiswa menentukan universitas yang ingin dituju, mendaftar ke universitas tersebut, lalu berangkat. Jadi sesudah dapat beasiswa, baru para penerima mendaftar ke universitas yang menjadi tujuan mereka.
9. Terakhir, apa saran atau pesan Ida kepada teman-teman yang ingin meraih beasiswa Australia Awards juga?
Saran pertama untuk kategori open/bukan PNS: sebisa mungkin raihlah nilai IPK yang tinggi. Kedua, coba cari celah bagaimana berkontribusi untuk negara Indonesia. Mahasiswa/i S1 bisa menjadi asisten dosen dan asisten riset atau coba untuk ikut organisasi yang sifatnya berkontribusi ke negara. Misalnya: membuat program pendidikan untuk mengajar anak jalanan. Selain itu, carilah pengalaman di bidang riset. Ikuti kompetisi esai atau paper sehingga itu juga menjadi nilai tambah. Pihak pemberi beasiswa ingin agar penerima beasiswa berkontribusi mengembangkan Indonesia. Tugas anda adalah mencari bagaimana caranya.
Bagi anda yang ingin mendapat beasiswa apapun, pelajari karakteristik dan misi/tujuan dari beasiswa tersebut.
Saya ingin berterima kasih pada Ida yang telah meluangkan waktunya untuk wawancara ini. Semoga pengalaman Ida dapat menginspirasi kita semua. Ida dapat dikontak melalui sfarida@student.unimelb.edu.au.
Foto: dokumentasi Siti Farida