Menghadapi Ancaman Bom di Kampus

0
1632

Kuliah di Amerika memang selalu penuh dengan kejutan. Awal bulan ini, saya dikejutkan dengan adanya ancaman bom di kampus saya, The College of Wooster, Ohio. Pada blog post bulan ini, saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman saya dan teman-teman di kampus menghadapi ancaman bom tersebut.

Awal dari rentetan ancaman bom ini terjadi pada hari Senin tanggal 7 Desember 2015 dini hari. Sekitar pukul dua pagi, saya menerima email dan sms dari sistem informasis gawat darurat kampus bahwa telah di temukan ancaman bom di perpustakaan di kampus. Kabarnya, ancaman bom berupa surat / memo tulisan tangan yang ditemukan di salah satu kamar mandi perpustakaan. Murid-murid yang masih berada di perpustakaan sampai larut telah dievakuasi ke asrama masing-masing dan petugas sekuriti kampus dibantu kepolisian lokal Wooster memulai pencarian di perpustakaan kampus. Tidak hanya murid-murid yang menerima pemberitahuan ini, tapi juga emergency contact mereka. Di awal tahun ajaran, setiap murid diminta memasukan setidaknya satu kontak yang bisa dihubungi oleh kampus bila keadaan gawat darurat menimpa murid maupun kampus. Umumnya, murid memasukan nam, nomor telepon, dan alamat email orang tua mereka. Keadaan ini termasuk ancaman bom tersebut.

Terus terang, sms dan email tersebut tidak membangunkan saya maupun teman sekamar saya di malam hari itu. Saya baru membaca informasi tersebut di pagi hari ketika bangun jam 6 pagi. Agak beruntung bahwa saya dan teman sekamar tidak panik. Namun, banyak teman-teman saya yang lain yang sangat khawatir dan tidak bisa tidur sepanjang malam.

Di pagi hari itu juga, murid-murid dikabarkan bahwa pencarian barang mencurigakan masih berlanjut dan perpustaan tidak akan dibuka untuk hari itu. Mengingat hari itu merupakan tepat satu pekan sebelum mulainya pakan ujian akhir semester, para murid juga ditegaskan bahwa kelas dan ujian akhir akan berlangsung seperti dijadwalkan. Saya pun bersiap seperti biasa untuk kelas programming saya jam 10 pagi.

Sekitar pukul 9:30 pagi, melalui sosial media bebrapa murid meng-update status bahwa dua gedung akademik dievakuasi karena ditemukannya ancaman bom kedua. Ancaman bom ini juga merupakan memo bertulis tangan yang ditemukan di kamar mandi pria di salah satu gedung akademik yang berisi departemen matematika, fisika, dan ilmu komputer. Memonya tidak hanya mengimplikasi ancaman ke gedung tersebut, tapi juga gedung akademik terbesar yang juga merupakan ikon dari kampus saya, gedung Kauke. Beberapa menit sebelum pukul 10, akhirnya ada pemberitahuan resmi dari kampus melalui email bahwa semua semua kelas pada hari itu dibatalkan, dan semua murid dihimbau untuk mengikuti petunjuk dari pegawai asrama atau Residence Assistant ( RA) masing-masing.

Setelah ancaman bom kedua ini, reaksi dari para murid berbeda-beda. Ada yang sangat panik dan buru-buru “mengungsi” keluar dari kota Wooster. Ada murid-murid yang tinggal cukup dekat dari kampus (1-2 jam) bahkan pulang ke rumah masing-masing. Namun, meskipun ancaman bom ini harus ditanggapi dengan serius, kebanyakan murid menghadapinya dengan cukup santai, termasuk saya. Instruksi dari RA saya hanyalah untuk sebisa mungkin tidak mendekati gedung-gedung akademik. Saya sendiri hari itu memiliki dua kelas dan sekitar 6 jam bekerja di pekerjaan paruh waktu saya di kampus. Setelah semua itu dibatalkan, saya pun menggunakan waktu kosong ini untuk belajar di kamar asrama saya. Ada pula teman-teman saya yang membawa buku-buku mereka ke kedai kopi di luar kampus atau ke perpustakaan publik kota Wooster untuk mengerjakan tugas sekolah. Meskipun ada ancaman bom, kami semua tetap memiliki tanggung jawab akademik, apalagi sangat mendekati pekan ujian akhir semester. Meskipun banyak ada murid-murid yang sangat khawatir, ancaman bom ini malah memberi waktu lebih bagi sebagian besar dari kami yang beruntung untuk tidak terlalu terpengaruh dengan ancaman tersebut.

Menghadapi Ancaman Bom di Kampus
Halaman pertama The Wooster Voice, koran mingguan The College of Wooster, empat hari setelah ancaman bom

Untuk teman-teman yang panik, ancaman bom ini juga “berguna” bagi mereka karena mereka bisa rehat sejenak dari stress nya kegiatan akademis kampus. Untuk sehari penuh, mereka berkesempatan untuk menghirup udaha segar di luar kampus, melakukan aktivitas diluar kegiatan biasa mereka. Administrasi kampus pun memastikan kebutuhan semua murid terpenuhi di saat-saat darurat seperti ini. Meskipun semua aktivitas kampus dibatalkan, kantin kampus tetap dibuka sehingga para murid tidak kelaparan. Di asrama, administrasi kampus membagi-bagikan berbagai macam kue, teh, kopi, dan minuman coklat hangat untuk “de-stress.” Selain itu, therapis/counselor dari klinik kampus serta para pendeta antar-agama di kampus juga tersedia untuk para murid yang memerlukan.

Setelah ancaman bom yang kedua, tidak hanya sekuriti kampus dan kepolosian lokal Wooster yang melakukan pencarian di kampus, mereka juga dibantu oleh petugas kepolisian dari kota besar terdekat, yaitu Akron dan Cleveland, Ohio. Pencarian berlanjut, dan sore itu juga diumukan bahwa tidak ditemukan barang apapun yang mencurigakan. Banyak petugas kepolisian yang tetap berada di kampus untuk berjaga-jaga, namun kelas diselenggarakan seperti biasa keesokan harinya, dan investigasi pelaku masih berlangsung hingga sampai artikel ini diturunkan.

Meskipun ancaman bom bukan sesuatu yang saya harapkan terjadi selama saya berkuliah di Amerika, saya merasa cukup aman. Kampus menangani ancaman ini dengan sangat professional, informasi disebarkan tanpa menebar rasa panik yang berlebihan, petugas kepolisian pun juga membantu mengamankan situasi. Tidak kalah pentingnya adalah adanya teman-teman yang saling menghibur satu sama lain. Kejadian ini tentunya merupakan pengalaman yang akan terus saya ingat sampai tua nanti.

Foto: Koleksi pribadi penulis


BAGIKAN
Berita sebelumyaNano-Nano Jurusan Studi Ganda
Berita berikutnyaHijrah ke Negeri Tulip
Khairunnisa (Nisa) Usman is an Economics and Mathematics student at The College of Wooster in Wooster, Ohio, USA. She is a former benchwarmer of the college's women's basketball team and the ultimate frisbee team. Before her senior year of high school, she took a gap year to live in Arlington, VA as an AFS Foreign Exchange student. Her free time consists of many "The Office" episodes as well as Manchester United games.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here