Tentang Seleksi Beasiswa LPDP

1
7076
Kelompok kami meraih juara apresiasi seni yang ditampilkan pada saat penutupan PK. Kami menampilkan Tari Kecak dan Lagu Janger (Don Dap Dape) yang berasal dari Bali.

LPDP, sebuah kesempatan yang sekarang sedang dinikmati dan dicari oleh banyak orang. Terhitung sudah sampai batch ke-40 LPDP menelurkan awardee-nya. Sekarang beasiswa LPDP menjadi pilihan terdepan untuk para pemburu beasiswa. Mungkin sudah banyak yang mengulas tentang pendaftaran LPDP dan proses seleksinya. Tapi tidak lengkap rasanya kalau tidak berbagi tulisan ini melalui Indonesia Mengglobal.

Beberapa teman yang mulai mencoba apply LPDP mengontak saya dan bertanya bagaimanakah proses seleksinya, terutama untuk seleksi wawancara, yang katanya menentukan sekali untuk kelulusan. Saya rangkumkan sedikit di sini pengalaman saya saat mengikuti seleksi LPDP sampai lulus. Saya adalah awardee LPDP batch 12 yang  seleksinya diadakan pada awal 2014. Sekarang angkatan PK LPDP sudah mencapai 40, sudah lebih dari tiga kali lipat dari angkatan saya. Pastinya dalam setahun ini banyak sekali sistem LPDP yang berkembang. Saya dengar, proses seleksinya semakin ketat, program PK (Pelatihan Kepemimpinan)-nya pun semakin kreatif, dan tentunya LPDP sendiri semakin terorganisir sistem administrasinya. Saya hanya menceritakan sejauh yang saya alami saja, sambil berbagi pengalaman.

Jadi begini, seleksi LPDP dibagi menjadi 3 tahap: 1. Seleksi dokumen, 2. Interview dan LGD (leaderless group discussion), dan 3. Pelatihan Kepemimpinan (PK)

1. Seleksi dokumen

Persyaratan lengkapnya bisa lihat di website LPDP: http://www.lpdp.kemenkeu.go.id/en/scholarship/master-and-doctoral-scholarships/ lengkapi semua persyaratan, submit dokumen online, jangan lupa juga siapkan semua dokumen (baik asli dan fotokopi), untuk persiapan wawancara kemudian (pede nih kalau diterima). Sejauh yang saya tahu, jika semua persyaratan lengkap harusnya sih bisa lolos seleksi ini dengan mudah.

2. Interview dan LGD

Ketika interview, bawa semua dokumen yang diperlukan, jangan sampai ada yang ketinggalan karena akan diperiksa di tempat. Waktu giliran saya interview ada 3 pewawancara: 2 dosen dan 1 psikolog. Pertanyaannya seputar:

  • Sudah ada LoA? Ini penting, karena dapat meyakinkan mereka kalau kamu sudah pasti kuliah. Atau kalau belum punya LoA, setidaknya kamu bisa menunjukkan kalau kamu sedang dalam proses untuk mendaftar universitas dan nampaknya akan mendapat respon positif.
  • Sudah ada TOEFL/IELTS? Penting juga karena banyak yang gugur karena tidak punya persyaratan ini.
  • Kenapa mau S2?
  • Kenapa pilih negara itu untuk S2? Kenapa tidak di dalam negeri saja?
  • Kenapa pilih jurusan itu?
  • Mau apa setelah lulus kuliah? pertanyaan ini berhubungan dengan kontribusi kamu terhadap Indonesia
  • Yakin akan pulang ke Indonesia setelah lulus?
  • Bagaimana dengan pekerjaan yang ditinggalkan di Indonesia? Sudah ada izin? (kalau masih terikat kerja pastikan ada izin belajar dari kantor). Kalau resign, nanti ditanya kenapa resign, bagaimana nanti kalau pulang tidak punya pekerjaan? dan seterusnya.
  • Bagaimana dengan keluarga (jika sudah berkeluarga)? Keluarga dibawa atau ditinggal? Hati-hati dengan pertanyaan yang menohok dan mencecar, pastikan kamu teguh pendirian dan sungguh-sungguh. Ketika saya ditanya soal anak dan ibu, tumpahlah sudah ini air mata, cengeng memang saya, tapi saya berusaha untuk tidak berlarut dan terus menjawab pertanyaan dengan mantap.
  • Bagaimana rencana 5 tahun ke depan?
  • Apa background s1/s2? apa berhubungan dengan kuliah yang akan ditempuh nanti?
  • Background kerja berhubungan tidak?
  • Dulu research S1 tentang apa?
  • Sudah ada rencana research nanti?
  • Bagaimana bisa menyesuaikan diri dengen lingkungan jika tinggal di luar negeri?
  • Pertanyaan lainnya akan terkait dengan esai yang kita tulis. Misalnya bagaimana dengan kegiatan sosial kamu? Peran kamu di masyarakat? kontribusi dll.

Wawancara yang berlangsung sekitar 25 menit tidak akan terasa. Kita seperti ditembaki peluru dari sana sini, belum lagi dengan pertanyaan yang membuat kita ragu, sedih, tersinggung, sensitif, dan lainnya. Betul-betul campur aduk.

Tips menghadapi interviewer yang saya bisa saya simpulkan:

  • Ucapkan salam
  • Tetap tenang dan berkepala dingin
  • Sopan dan menjaga sikap
  • Senyum, walaupun penguji memberikan pertanyaan yang menohok.
  • Jujur dan apa adanya, tidak usah berlebihan menjawab dan oversell diri sendiri
  • Tidak usah merasa (sok) pintar atau menggurui
  • Tetap rendah hati
  • Yang pasti harus pede dan mantap! Kalau pilihan kita kuliah itu adalah dari hati dan kita bisa melakukannya, kenapa harus ragu dengan pertanyaan yang mencecar?
  • Jika penguji memberikan saran dan masukan, atau pendapat, terima saja dulu, meskipun (menurut kita) tidak sesuai dengan pandangan kita. Tidak usah menyela omongan mereka. Kalau kita sudah diberi kesempatan untuk menjawab/membela diri baru bicara, tentunya dengan tetap berkepala dingin

LGD – Di sini kita akan dipertemukan dalam kelompok, kira-kira sekitar 7-8 orang. Kita akan diberi kasus dan harus memecahkannya bersama-sama. Kasusnya biasanya seputar isu-isu nasional seperti pendidikan, kemasyarakatan, atau kasus yang ada di negeri ini. Nantinya penguji hanya akan melihat saja jalannya diskusi seperti apa. Kelompok kitalah yang akan menjalankan proses diskusi ini. Setelah penguji memberikan kertas kepada masing-masing orang, kita diberi waktu untuk membaca dan berpikir, kemudian selanjutnya terserah kelompok. Ada faktor keberuntungan dalam mendapatkan teman diskusi seperti apa. Ada yang berusaha ingin menonjol, ada yang diam saja, ada yang ngotot, dan ada juga yang bijak. Pastikan kita bukan jadi orang yang menyebalkan di grup.

Waktu itu di grup saya ada yang menawarkan diri untuk menjadi moderator, lalu dia menawarkan siapa yang ingin menjadi notulen. Saya saat itu ikut saja menjadi anggota biasa. Bukan berarti yang menjadi moderator dan notulen adalah yang paling penting perannya di sini. Semua orang bisa saja mengambil peran penting. Nanti saat waktu sudah mau habis, kelompok sebaiknya sudah mencapai pada kesimpulan dan solusi kasus.

Tips dalam LGD yang bisa saya bagi:

  • Berusaha menghargai teman sekelompok dengan memanggil mereka dengan sapaan atau nama. Misal: “Saya setuju dengan penjelasan Mbak A, dan akan menambahkan..”
  • Jangan ngotot atau memaksakan pendapat
  • Tetap berkepala dingin dan tenang
  • Jangan juga diam terus dan hanya mengangguk setuju pada setiap pendapat. Paling tidak kita sempat mengemukakan pendapat atau berbicara, sekitar 3-5 kali, tentunya dengan isi yang berbobot.
  • Memberikan kesempatan kepada teman kelompok untuk mengungkapkan pendapatnya: “Mungkin Mas B punya pendapat lain?”
  • Tidak memotong perkataan orang lain. Tunggu sampai orang tersebut selesai bicara baru menanggapi.
  • Sopan dalam berbicara, semangat boleh, berapi-api boleh, tapi jangan sampai keluar kata-kata yang tidak sopan
  • Jangan bertele-tele, nanti orang juga bosan mendengar omongan kita. Kalau merasa sudah terlalu banyak ngomong jangan lupa kasih kesempatan untuk yang lain juga
  • Jika pembicaran sudah mulai ngalor ngidul menjauhi topik, usahakan untuk membawa teman-teman kembali pada pokok permasalahan
  • Kritis

3. Pelatihan Kepemimpinan (PK)

Nah ini dia bagian yang paling menarik dan menantang dari keseluruhan rangkaian seleksi LPDP. Saya tidak bisa cerita bagaimana keseluruhan PK ini dilaksanakan karena akan berbeda untuk tiap batch. Tiap angkatan akan unik dan punya cerita masing-masing. Kalau menurut Koordinator PK, “PK adalah ngangenin tapi ga pengen diulang”. Setelah mengalaminya, bener juga sih, haha.. Cukuplah PK sekali seumur hidup. Dan kalau menurut saya, tim penggodok dan pelaksana PK sukses di batch PK 12 ini (setidaknya untuk saya). Entah sekarang seperti apa rangkaian PK yang disusun oleh panitia. Sepertinya lebih seru dan menantang.

Saran saya untuk persiapan dan selama PK ini:

  • Lakukan semua tugas dengan sungguh-sungguh dan jujur, sesuai dengan instruksi. Walaupun awal-awal dirasa ‘apa deh ini tugas kok gak jelas banget’. Tapiii.. disitulah niat kita diuji.
  • INTEGRITAS INTEGRITAS INTEGRITAS. Kalo tidak tahu apa definisinya silahkan googling
  • Kalau salah ya mengaku salah, kalau benar ya Alhamdulillah
  • Membaur dengan semua teman-teman PK
  • MANFAATKAN BETUL semua MATERI dari pembicara yang datang, bagus semua isinya, tidak akan menyesal deh. Walaupun ngantuk dan lelah, tetep siap untuk mendengarkan materi. Kalo perlu pakai balsem di mata biar tidak mengantuk, hehe.
  • Kalau ada kesempatan bertanya, tanya!
  • Saat kita merasa sudah di ujung tanduk dan merasa tidak mampu, itu salah! itu cuma pikiran negatif kita. BISA BISA, PASTI BISA menyelesaikan semuanya
Tentang Seleksi Beasiswa LPDP
Ini dia kelompok saya di PK batch 12. Nama kelompok kami Tanggung Jawab dan kami memang bertanggungjawab untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara (tsaah)
Tentang Seleksi Beasiswa LPDP
Kelompok kami meraih juara apresiasi seni yang ditampilkan pada saat penutupan PK. Kami menampilkan Tari Kecak dan Lagu Janger (Don Dap Dape) yang berasal dari Bali.

Naaaah.. selesai juga. Mungkin itu yang bisa saya bagi. Jangan lupa terus berdoa kepada Allah untuk diberikan yang terbaik. Apapun yang terjadi, toh kita sudah melakukan yang terbaik, hanya bisa pasrah. Saat kita pasrah justru Allah akan memberikan jalannya.

Semoga bermanfaat dan tetap SEMANGAT!


BAGIKAN
Berita sebelumyaEssay on Chevening Scholarships – Part 2: Networking, Engagement, Influence, and Leadership
Berita berikutnyaReformulasi Arti Kata ‘Patriotisme’
Monika Pury Oktora, or Monik, was born in Padang, but spent her childhood in Bandung. Raised by amazing mother and father, she graduated from Institut Teknologi Bandung (ITB) in 2010, majoring Clinical and Community Pharmacy. A year later she took professional education of pharmacist still in ITB. Following her graduation, she worked as a book editor (medical and pharmacy books) in a publishing company in Jakarta, then she continued work in Center of Poison Information, National Agency of Drug and Food Control (NADFC), Jakarta. Lastly, she worked as pharmacist in private health clinic in Bandung. During her work years, she still had a passion to pursue her education overseas. Finally, in 2014 she received master degree at MSc. Medical Pharmaceutical Science, University of Groningen (RuG), with LPDP scholarship grant. Monika loves reading books, novels, comics, and has a dream to build a little warm library in her home later. She also likes blog-walking, travelling, and trying new recipe. She enjoys baking cakes with her daughter. She lives in Groningen with her little family, that’s the best thing that happen. Her favorite wisdom words is: “Innallaha ma’ashabiriin” (Allah is with those who are patient)

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here