Tinggal Bersama Keluarga Asli Inggris: Kejutan Budaya yang Menguntungkan

0
3683

Halo teman-teman IM! It’s Rizki here.

I want to share my experience living in the heart of Black Country of the United Kingdom to give you perspectives and some views about British family. I am lucky to have real experience living with British family. Thus, I always call it the Lucky Culture Shock.

Pertama, aku akan cerita kenapa awalnya bisa tinggal langsung dengan keluarga Inggris asli. Aku punya keinginan untuk mengalami langsung kultur negara tempat aku sekolah, dimanapun itu. Karena Tuhan menggariskan untuk sekolah lanjut ke Inggris, so British family is the best place to learn more about their cultures. Saking niatnya untuk bisa kaya pengalaman dengan resident asli, aku lama sekali browsing untuk pencarian housing disini, malah sebelum pengumuman beasiswa keluar. Aku itu tipe yang banyak maunya. Gak mau tinggal sama orang Indonesia juga. Gak mau ini, gak mau itu. Makanya dengan sadar diri jadi rajin nyari dari awal supaya gak ribut dan ribet pas harus nentuin pilihan.

Kenapa gak mau tinggal dengan orang Indonesia?

Bukan karena sombong atau gak mau kenal atau gimana tapi ini kesempatan untuk kenalan dan belajar kultur budaya lain. I want hands on experience on other cultures. This is once-in-a-lifetime opportunities, come on, come out from your comfort zones and stay amaze. Also this will be a good practice for my English. Everyday’s practice.

Tinggal di university accomodation/resident hall bukan pilihan. It is really pricey. Tapi di website accommodation dari uni ada pilihan lain kalo emang gak mau tinggal di student hall, namanya private accommodation dengan alamat website birminghamstudentpad.co.uk. Dimulailah pencarian di website itu dan aku waktu itu nyari yang pilihan Resident Landlord/House Family. Pas laman pilihan dibuka, pilihan kamar yang sekarang kutempati ada urutan kedua dari atas. Semua bills include (water, electricity, gas, internet), fully furnished dan foto-foto yang disediakan banyak (11 foto), beda sekali dengan advertisement lain yang hanya memberikan satu foto atau bahkan tanpa foto sama sekali. Karena tertarik dengan penawaran dan harganya, kubuka foto-foto yang disediakan. And I fall in love in the first sight.

Housing ini unik. Kalo yang lain biasanya adalah tipe en-suite (kamar mandi di dalam) dan sharing kitchen, yang ini kitchen yang ada di dalam kamar dan sharing bathroom. Kata orang, cari akomodasi itu kayak cari jodoh, harus enak di hati (dan di kantong). Selain itu, kalo jodoh harus liat dulu kan seperti apa jangan hanya percaya foto. Siapa tahu foto yang ada tidak sesuai dengan aslinya. Makanya aku minta tolong teman yang sudah datang duluan ke Birmie untuk viewing langsung.

Report yang aku terima dari temenku positif, katanya lingkungannya bagus dan tenang, 500 meter dari supermarket besar dan bus stop tapi ada satu kekurangannya, jauh sekali dari kampus. Kata temanku ini, dia butuh waktu 40 menit dari gerbang kampus sampe rumah ini. Kupikir aku ambil resiko ini, jauh sedikit gak papa, malah mungkin aku jadi belajar untuk kenal lingkungan sekitar dan tahu jalan.

Yang lebih membuat terharu dari pengumuman beasiswa adalah landlordku bertanya dan menawarkan untuk menjemputku di bandara atau stasiun kereta ketika aku sampai di Birmingham.

And they really came to pick me up at the airport, they even messaged me before I took off and prayed for a nice flight. Mereka berdua bahkan mau menggotong-gotong koperku yang besar-besar naik sampai ke kamar. Pertama kali masuk kamar, I got the surprised of my life. Semuanya udah lengkap. Semua dari bantal sampe alat masak, duvet sampe alat makan, bahkan beberapa udah disediain gantinya. Bahkan buah dan cemilan udah disiapin, katanya biar aku ada makanan sebelum belanja groceries.

Setelah itu mereka menerangkan soal aturan di dalam rumah. Lucunya mereka berdua punya aturan shoes off di dalam rumah. Sama seperti rumah-rumah di Indonesia, mereka mewajibkan semua yang masuk untuk copot sepatu dulu sebelum masuk. Selain itu, aku juga dikenalkan dengan Grandma yang tinggal disini. Jadi rumah ini adalah rumah kakeknya landlordku dan sudah jadi milik keluarga ini sejak 100 tahun yang lalu. Ibu dari landlordku (Paul) sudah berumur 94 tahun. Beliau masih sehat sekali dan aku masih paham yang beliau bicarakan. Tidak ada tanda-tanda pikun atau sebagainya. Hebat ya.

 

Selanjutnya aku mau cerita tentang kejadian-kejadian lucu dan unik seputar kehidupanku disini.

  • Trip to university and around

Satu hal yang aku sadari setelah tinggal beberapa jam di Birmie adalah penduduk asli disini baik hati. Baik yang dalam arti tanpa ada maksud tersembunyi. Bila ditanya tentang apapun, mereka akan jawab lengkap. Sama seperti Paul dan Jude (kedua landlord dan landladyku). Mereka mengajak aku keliling kota dan menunjukkan aku harus naik bus apa dan turun dimana untuk ke kampus. Bahkan sampai mobil kami mengikuti jalur bus nya. Ketika di kampus, mereka bahkan sampai mengantarkan berkeliling hingga sampai ke gedung yang akan jadi gedung penelitianku.

They are too nice for their own good, I tell you.

  •  Jemuran handuk? No, it’s a heater

Culture shock pertama adalah soal jemuran. Dasar anak dari desa, aku gak tau kalo rak metal yang ada di dalam kamar mandi adalah heater kamar mandi. Dengan santainya aku jemur handuk dan baju cucian disitu. Jude memberi tahu kalo itu tidak boleh karena itu heater dan besoknya Paul membelikan aku jemuran yang khusus untuk heater dan langsung di install di kamarku. Lucky culture shock.

Mereka itu dengan mudahnya menertawakan hal-hal atau kejadian lucu dan aneh. Gak ada yang dibuat pusing atau ribet. Life should be fun.

  •  Microwave goes Boom

Karena pada dasarnya aku jarang pake microwave, makanya ini bisa kejadian. Aku tahu kalo gak boleh ada logam yang dimasukkan ke dalam microwave. Kubaca manual yang ada untuk masak ayam dan kelihatannya mudah. Kesalahanku hanya karena aku gak membuka tutup mangkok pyrex itu. Setengah jalan masak aku tengok microwave dan boom, isinya luber kemana mana, gosong dan berantakan.

Panik sebentar aku panggil Jude dan Paul. Mereka hanya ketawa dan bilang “It’s okay darling, you just need to clean it. It can still function properly” Aku khawatir mereka marah. Mereka malah lebih khawatir aku gak ada makan malam karena ayamnya udah hangus. I am so sorry about that.

Satu yang kupelajari lagi, orang British itu fair. Jadi selama kamu buat kesalahan dan kamu mau tanggung jawab kesalahan itu, mereka fine fine aja. Apalagi kalo alatnya masih bisa berfungsi so all is good.

Rasanya seperti mendapat orang tua kedua disini. Berkah tersendiri untuk aku yang tinggal jauh dari kampus.

Pesanku untuk para scholarship hunter: jangan takut untuk mencari housing yang jauh dari kampus karena siapa tahu kalian menemukan keluarga kedua kalian disana.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here