Hi, sebelumnya perkenalkan nama saya Sophia. Disini saya akan menceritakan mengenai pengalaman saya ketika saya belajar bahasa Italia, di Perugia, Italia. Apakah kalian tau dimana Perugia? Perugia itu hanya sebuah kota kecil di Umbria dan terletak tidak jauh dari Roma dan Firenze. Dulu saya juga tidak tau dimana itu Perugia. Yang saya tau mengenai Italia ya hanya Pizza dan Pasta.
Ketika saya masih kuliah di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia jurusan Sastra Prancis, mahasiswa diperbolehkan mengambil kelas bahasa lain selain bahasa mata kuliah yang diwajibkan jurusan seperti bahasa Spanyol, Portugis, Italia, Jerman, dan lainnya. Saat itu, saya sangat tertarik mempelajari bahasa Italia dengan alasan bahwa bahasa Italia tidak akan jauh beda dengan bahasa Prancis. Alasan lain adalah karena dosen pengajar bahasa Italia adalah native speaker dan katanya dia baik sekali memberi nilai. Ada tiga tahapan kelas bahasa Italia yaitu kelas bahasa Italia dasar A, B, dan C. Semua kelas itu saya lewati dengan baik, sampai pada saat kelas Italia dasar C tahun 2013 sekitar bulan Maret, dosen bahasa Italia (Emilia Maglione, dosen kesayangan saya sampai saat ini) memberikan informasi mengenai sebuah beasiswa dari kementrian Italia untuk belajar bahasa Italia di Italia selama tiga bulan tepatnya di Università per Stranieri Perugia yang dalam bahasa Inggris mungkin di sebutnya University for Foreigners. Programnya seperti program short-course yang periode nya dibagi dari bulan Januari – Maret, April-Juni, dan Juli-Agustus. Tentu saya merasa tertantang untuk mengikutinya, dalam hati saya penasaran untuk mencobanya karena dari dulu, saya ingin sekali dapat beasiswa belajar sekolah di luar negeri maklum orangtua saya tidak mampu menyekolahkan saya sampai ke luar negeri jadi jalan satu-satunya adalah melalui beasiswa.
Akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti beasiswa tersebut. Program beasiswa ini bekerja sama dengan lembaga bahasa Italia di Jakarta yang dikenal dengan nama Istituto Italiano di Cultura (IIC) yang terletak di daerah Menteng. Para pengajar disana juga baik-baik sekali, mereka mengadakan pertemuan bagi para peserta yang ingin mendaftar beasiswa tersebut tetapi tidak mengerti cara mengisi data online melalui website yang diberikan, ya seperti guideline. Pada website tersebut, saya diminta untuk mengisi data diri kita dan alasan kita mengikuti beasiswa itu, bisa dalam bahasa Inggris maupun bahasa Italia. Lalu selanjutnya mereka akan menyeleksi data diri kita. Alhamdulilah saya lulus ke tahap selanjutnya yaitu tahap menulis (tata bahasa Italia dan mendengar) dan wawancara (dalam bahasa Italia). Semua tes tersebut diadakan di IIC. Tahap yang paling menegangkan ya pada saat wawancara. Kita diwawancara oleh salah satu pengajar IIC, orang kedutaan besar Italia, dan staf dari Uni-Italia. Proses wawancaranya sangat cepat, saya diminta memperkenalkan diri saya, apa yang sedang saya lakukan sekarang, apa yang saya suka dari Italia, alasan saya mengikuti program ini, dan apa yang saya akan lakukan jika saya diterima. Tentu semua saya jelaskan dalam bahasa Italia yang terbata-bata.
Sebulan kemudian setelah interview tersebut (bulan Juli 2013 kalau saya tidak lupa), mereka mengirimkan email bahwa saya diterima. Bahagia yang tidak terkira! Ada sekitar enam orang yang diterima dan saat itu saya harus mengambil waktu keberangkatan periode Juli-September 2014 karena saya masih ada beberapa mata kuliah yang saya harus selesaikan.
Beasiswa tersebut bukan beasiswa penuh, pemerintah memberikan uang tiap bulannya sekitar 630 euro dan dari uang tersebutlah saya membayar biaya sekolah bahasanya dan biaya sewa apartemen. Dan biaya tiket pesawat Jakarta-Italia pulang pergi ditanggung oleh saya sendiri. Tentu tidaklah murah. Hampir saya batalkan untuk mengambil beasiswa tersebut tetapi saya berpikir mengenai pengalaman hidup saya yang nantinya akan saya dapatkan disana akan lebih berguna dan berharga untuk saya dibandingkan uang yang saya harus keluarkan saat itu.
28 Juni 2014, Jam 17.45 WIB adalah jadwal keberangkatan saya menuju Italia dari Jakarta. Takut? Tentu. Sesampainya di bandara Roma, Italia, saya harus naik bis ke Perugia sekitar 4 jam. Ada dua cara untuk ke Perugia dari Roma, bisa naik kereta atau bis. Saya memutuskan naik bis atas saran dari salah orang Indonesia yang sudah sampai di Perugia atau calon housemate saya.
30 Juni 2014, Pagi hari saya harus mengikuti Placement Test yang akan menentukan kelas bahasa Italia level berapa yang cocok untuk saya. Tesnya ternyata susah! Di ruang ujian tersebut ada banyak pelajar dari negara lain seperti Korea, Taiwan, Jepang, Rusia, Armenia, Kazakstan, India, Brazil, Portugal dll. Oh iya, letak kampus saya, city center, dan apartemen saya tidak jauh semuanya walking distance. Saya lulus dalam level B1 yang berarti Intermediate 1. Kelas diadakan di gedung yang berbeda dan diadakan tiap hari senin-jumat. Dalam satu kelas ada sekitar 15 orang. Sebagian dari mereka berasal dari negara yang sama, hanya satu atau dua orang saja yang tidak memiliki teman dari negara yang sama seperti saya ya jadi harus terpaksa berbicara bahasa Italia terus.
Di Perugia setiap musim panas selalu ada sebuah acara besar yaitu Umbria Jazz, banyak pecinta jazz di Eropa datang jauh-jauh untuk menghadiri acara tersebut. Kehidupan disana menyenangkan, bersih, nyaman, dan tidak berisik, orang-orangnya pun ramah-ramah. Disana juga ada satu keluarga Indonesia yang sudah lama menetap di Perugia, keluarga tersebut sangat terkenal oleh semua pelajar Indonesia yang sekolah di Perugia. Mungkin karena mereka sangat baik dan ramah ya. Hampir tiap malam saya pergi mengunjungi mereka naik mini metro, bukan metro mini loh. Mini metro adalah alat transportasi umum yang ada di Perugia, hanya ada di Perugia loh. Kalau kangen masakan Indonesia, saya selalu pergi ke rumah mereka. Terima kasih Mba Nanni, Mas Joko, dan Mas Rudi.
Saya juga aktif mengikuti paduan suara yang ada di kampus tersebut. Nama paduan suaranya Il Voci Dal Mondo. Bersama ini, saya konser dua kali. Selama di Perugia, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati Italia. Saya juga beberapa kali melakukan trip ke sebuah pantai dekat Ancona di Italia.Di dekat kampus ada travel agent murah untuk para pelajar yang ingin pergi berkeliling Italia, tertariklah saya untuk mengikuti tur Napoli-Pompei-dan Capri dengan harga 150 euro saja sudah termasuk hotel dan makan sekali.
Banyak juga hal-hal yang saya alami di Perugia, mungkin tidak cukup untuk diceritakan dalam satu artikel. Dari yang membahagiakan hingga kejadian-kejadian yang membuat saya belajar banyak. Contohnya, ketika ternyata surat beasiswa saya salah tanggal kedatangan, disurat tersebut saya harusnya datang pada periode bulan April-Juni tapi saya saat itu datang bulan Juli dan satu lagi adalah ketika pemilik apartemen malam-malam datang ke apartemen memarahi saya dan mengusir saya untuk keluar dari apartemen saat itu juga, dia hampir memanggil polisi loh. Pemilik apartemen tersebut orang Italia dan saat itu saya belum fasih berbahasa Italia, tapi saya cukup mengerti maksud dia, dia memberitahu saya bahwa orang Indonesia yang seharusnya menjadi housemate saya sudah menunggak pembayaran uang sewa!
Bagaimanapun, semua pengalaman yang saya dapat di Italia sangat berharga. Tidak disangka, hal yang awalnya hanya mimpi, untuk menjadi Multilingualistic dapat membawa saya ke bersekolah di Italia, hingga saat ini saya dapat mengililingi dunia karena pekerjaan saya, menjadi flight attendant sebuah maskapai besar yang sejak kecil selalu saya impikan.
photo credit: Author’s collections
edited by Deandra Madeena Moerdaning