Tidak banyak pemburu beasiswa di tanah air yang mengetahui bahwa sejak 2015, telah dimulai kerjasama di bidang pendidikan yang dikhususkan bagi pelajar Indonesia untuk melanjutkan studi ke jenjang Strata Dua (S2) maupun Strata Tiga (S3) di Polandia melalui skema beasiswa Ignacy Łukasiewicz. Seperti apakah prospek ke depannya?
Beasiswa ini mengambil nama dari seorang industrialis dan penemu asal Polandia, satu di antara tokoh yang sangat berjasa di era-nya, yakni penemu dari lampu kerosin juga sebagai pionir industri minyak dan gas di dunia pada saat itu, sehingga tidak lah heran jika beasiswa ini lebih di khusus kan untuk calon mahasiswa yang akan melanjutkan studi di bidang sains dan teknologi karena sesuai dengan bidang yang digeluti oleh sang tokoh.
Sama seperti kebanyakan orang pada waktu itu, saya tidak mengetahui adanya kesempatan melanjutkan studi ke Polandia dan sampai akhirnya saya bisa mendapatkan beasiswa ini adalah murni karena faktor ketidaksengajaan. Awal Mei 2015, tidak terasa sudah empat bulan saya mengalami masa transisi dari mahasiswa tingkat Sarjana menjadi seorang pencari kerja sambil mencoba – coba peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Harga komoditas migas yang anjlok membuat saya yang notabene merupakan seorang lulusan teknik perminyakan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan migas swasta di Indonesia pada akhir 2014 pun akhirnya hilang begitu saja. Akhirnya setelah menganalisa keadaan saya pada waktu itu, saya putuskan untuk lebih fokus dalam pencarian untuk melanjutkan studi, sehingga waktu itu saya benar – benar mencurahkan segenap waktu dan usaha untuk persiapan dokumen-dokumen penting yang diperlukan untuk melanjutkan studi sembari mengasah kemampuan untuk menulis esai dan mengikuti seminar yang membahas tentang tips-tips mendapatkan beasiswa.
Singkat cerita, suatu siang di pertengahan bulan Mei, saya sedang berselancar di dunia maya dan mencoba berinisiatif mengunjungi beberapa beberapa website kedutaan di Eropa. Pikir saya, mungkin saja ada informasi tentang beasiswa di sana. Tidak disangka-sangka, ketika saya membuka website kedutaan Polandia, saya menemukan pengumuman adanya kesempatan melanjutkan studi ke Polandia, yaitu beasiswa Ignacy Łukasiewicz. Beasiswa ini memiliki skema yang berbeda antara program magister dan doktoral. Untuk magister, diwajibkan mengikuti persiapan bahasa Polandia selama satu tahun baru dilanjutkan dengan kuliah magister, sementara untuk jenjang doktoral, penerima langsung melakukan riset di universitas yang menjadi pilihan masing masing. Skema beasiswa ini memungkinkan pendaftar untuk bebas memilih universitas publik yang berada di bawah naungan kementrian pendidikan tinggi Polandia, jadi pendaftar hanya perlu melakukan sedikit riset tentang universitas tujuannya berdasarkan dari daftar universitas yang dikeluarkan oleh kementrian . Pengumuman mengenai pembukaan pendaftaran beasiswa dilakukan di antara bulan Mei dan Juni dan dalam setahun hanya ada satu kali masa pendaftaran. Ketika itu, batas akhir waktu pengiriman dokumen hanya tersisa lima hari lagi. Hampir saja saya menyerah untuk tidak mengirimkan aplikasi karena menurut saya lima hari tidaklah cukup untuk mempersiapkan semua persyaratan untuk keperluan seleksi beasiswa. Tetapi pada akhirnya, saya niatkan saja untuk mencoba mendaftar. Tekad untuk melanjutkan sekolah sudah bulat dan rezeki sudah ada yang mengatur, ucap saya waktu itu.
Pada saat pengisian berkas pendaftaran, saya memutuskan untuk mendaftar ke Akademia Górniczo-Hutnicza (AGH) University of Science and Technology, yaitu salah satu perguruan tinggi dan riset di bidang sains dan teknologi terbaik di Polandia yang dengan konsentrasi penjurusan teknik gas. Berbekal dari rekomendasi salah seorang teman dan juga riset kecil-kecilan mengenai kampus saya mantap memilih AGH sebagai tujuan studi lanjutan saya. Proses pengisian aplikasi dan juga pengurusan dokumen beasiswa berlangsung cukup lancar, dan tepat H-1 sebelum penutupan, saya mengirimkan berkas saya ke kedutaan Polandia. Perasaan saya lega sekali dan selanjutnya yang bisa saya lakukan hanya berdoa supaya saya bisa lolos seleksi beasiswa ini.
Pertengahan Agustus 2015, tibalah saat yang saya sudah saya nantikan selama dua bulan belakangan. Dengan harap-harap cemas, saya sering mengecek kotak masuk di email saya berharap segera mendapatkan pengumuman. Diterima atau tidak diterima tidak lah soal bagi saya, mengingat persiapan yang minim sekali dan terbatasnya akses tentang beasiswa ini pada waktu itu. Malam hari tepatnya jam 19.00, saya mendapatkan email dari kedutaan bahwa saya adalah salah satu penerima beasiswa Igancy Łukasiewicz tahap pertama. Seketika badan saya tergetar, seakan-akan tidak mempercayai apa yang baru saya baca. Rasanya tidak percaya bahwa dalam beberapa bulan ke depan saya akan menginjakkan kaki saya di benua Eropa. Berikutnya hari-hari saya diisi dengan persiapan keberangkatan dan juga pengurusan dokumen yang nantinya akan mendukung aktivitas studi saya di Polandia. Proses ini saya jalani dengan senang hati dan syukur alhamdulillah semuanya dilancarkan hingga keberangkatan saya ke Polandia.
Sesampainya saya di kota Kraków saya langsung jatuh cinta dengan kota ini yang menurut saya karakteristiknya sama seperti tempat tinggal saya di Yogyakarta; sama – sama kota pelajar dan kota wisata. Keramahan warganya, latar belakang kotanya, ditambah lagi dengan komunitas orang Indonesia serta pelajar indonesia di sini yang walaupun sedikit, tapi dekat antara satu dengan lainnya menjadikan saya betah dalam menjalani kehidupan baru saya di Kraków. Selain itu sistem transportasi yang baik dan kota yang bersih menjadikan kota ini sebagai salah satu kota favorit saya, selain kampung halaman saya tentunya Yogyakarta.
Seminggu sesampainya saya di Kraków, saya langsung memulai kegiatan belajar mengajar. Kebetulan karena saya mendaftar beasiswa S2, jadi saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kelas intensif bahasa Polandia yang diadakan oleh sekolah bahasa di bawah naungan Politechnika Krakowska. Porsi waktu sekolah bahasa ini adalah sebanyak 30 jam per minggunya dengan mata pelajaran yang terbagi menjadi tiga aspek yaitu gramatika, komunikasi dan membaca. Kelas biasanya dimulai pukul 8 pagi dan berakhir pada pukul 1 siang. Dalam satu kelas, jumlah peserta dibatasi hingga maksimal 10 murid. Saya sekelas dengan murid murid dari Vietnam, Kolombia, Brazil, Zimbabwe, dan Albania. Dengan kelas yang terbilang multikultural dan sangat berkesan, beragam karakter, mulai dari teman dari Albania dan Zimbabwe yang lebih terbuka dan tidak takut untuk adu argumentasi serta lebih suka menyampaikan kritik secara langsung. Teman dari Brazil dan Kolombia yang relatif santai serta teman dari Vietnam yang senang bercanda tapu pandai menjaga perasaan orang lain, diantara perbedaan karakter, budaya dan bahasa kami semua mempunyai tujuan yang sama yaitu lulus persiapan kursus bahasa dengan nilai yang memuaskan.
Dalam proses pembelajaran, banyak kendala utamanya komunikasi. Pernah suatu ketika seorang teman berkata kepada saya “idziemy na pole” yang secara terjemahan kata per kata adalah “ayo pergi ke ladang”. Tentunya saya kaget, untuk apa temen saya mengajak ke ladang, ketika saya tanyakan ke teman saya, tentu saja dia tertawa tebahak-bahak karena secara harafiah kalimat “idziemy na pole” adalah dialektika orang selatan polandia untuk mengajak sesorang keluar sekedar melepas penat. Permasalahan salah paham seperti contoh diatas sudah jamak saya temui, namun berkat dukungan dari guru bahasa dan lingkungan kelas yang suportif, kepercayaan diri mulai tumbuh dan dari yang tadinya waktu di Indonesia hanya pasif saja ketika di kelas, sekarang mulai berani untuk menyatakan pendapat dan adu argumentasi. Kultur pendidikan disini sedikit banyak mempengaruhi kepribadian saya menuju ke arah positif.
Tepat tanggal 21 Agustus 2016, empat musim telah saya lewati di negara ini. Bagaimanapun Polandia sudah menjadi rumah kedua bagi saya dan saya merasa sangat beruntung diberikan kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke Polandia. Setahun sudah saya habiskan waktu saya di Polandia masih ada dua tahun lagi yang akan saya habiskan untuk menuntut ilmu disini. Cukup sekian cerita pengalaman saya mendapatkan beasiswa dari pemerintahan Polandia, semoga bisa menginspirasi rekan-rekan yang mempunyai angan-angan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Masnya, ku mau tanya karena terheran2, apakah semudah itu mendapatkan beasiswa ke poland? Cuma satu tahap seleksi administrasi berkas aja udah kelar??? Kenapa bisa gitu??