Mempertahankan Titik Equilibrium Selama Studi Pascasarjana di Inggris

0
2230

Maintaining your equilibrium whilst being a Postgraduate student is an important goal and not an impossible feat! Undertaking Postgraduate study can be quite stressful and intense, especially if you aim not only for academic excellence but also to expand your organizational experience and social life all at the same time. That said, having a lot on your plate does not mean always equal a loss of balance if you just have the right recipe. Janu Muhammad is the current President of Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Birmingham and M.Sc. Research in Geography student, and this is a story of how he manages to maintain his equilibrium in the midst of challenges.

 

Bulan Juli 2016 menjadi momentum awal keputusan saya untuk melanjutkan studi di Universitas Birmingham, Inggris. Setelah meminta doa restu orang tua, saya semakin yakin untuk memulai studi Pascasarjana pada usia 23 tahun. Selagi masih muda dan belum berkeluarga, saya merasa masih ada waktu yang cukup longgar untuk kuliah dan berkarya. Langkah selanjutnya, saya pun memproses student visa pada bulan Agustus 2016 dan alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar.

Tepat sehari setelah Idul Adha, saya berangkat menuju Birmingham dengan diantar keluarga. Pada 14 September 2016 saya tiba di Birmingam airport dan sejak saat itu saya sadar bahwa ini adalah kesempatan baik untuk menimba ilmu di negeri rantauan. Akan ada hal-hal baru yang saya alami, dan tentunya akan ada berbagai tantangan di depan mata, mulai dari kuliah yang hanya berdurasi satu tahun, adaptasi terhadap budaya setempat, dan lain sebagainya. Bagi saya, perlu sebuah komitmen dan disiplin waktu terhadap setiap detik yang akan saya jalani disini. Saya percaya, bahwa dengan manajemen waktu yang baik maka setiap aktivitas yang teragendakan akan berjalan dengan baik pula. Untuk itu, sejak awal saya telah menyusun strategi bagaimana menyeimbangkan hidup selama menjadi pelajar internasional disini. Saya menyusun skala prioritas untuk: akademik atau kuliah di kelas, organisasi, keluarga, karya (riset dan kepenulisan), serta kebutuhan pribadi seperti liburan.

Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman bagaimana selama tujuh bulan ini saya mengatur waktu agar hidup tetap seimbang secara lahir maupun batin (spiritual).

Kuliah selama dua semester di jurusan MSc Research in Human Geography mengharuskan saya untuk mempelajari hal-hal baru terkait geografi manusia, salah satu cabang ilmu di geografi. Karena background S1 saya dulu adalah pendidikan geografi, hanya beberapa mata kuliah yang beririsan dengan jurusan saya ini seperti geografi desa dan kota, metode penelitian geografi, serta geografi pembangunan. Saya benar-benar belajar dari nol melalui buku-buku Bahasa Inggris dan jurnal yang dulu sama sekali jarang saya lakukan. Study abroad menuntut saya untuk lebih mandiri dan kritis terhadap suatu topik permasalahan. Jika tidak, maka hanya menjadi seorang penonton di kelas. Saya pun sempat mengalami culture shock ini di bulan pertama, namun lambat laun saya akhirnya dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Perlu membiasakan diri untuk membaca, memahami, dan mengkritisi tulisan di jurnal agar dapat menyelesaikan esai atau tugas dengan baik. Ini yang menjadi tantangan saya sejak awal kuliah dengan teman-teman yang semuanya adalah British.

Lalu bagaimana dengan aktivitas saya di luar kegiatan akademik? Beberapa kali ketika saya melayani komunitas Karung Goni Learning Center telah dibantu oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di berbagai negara. Untuk itu, saya tergerak agar turut serta berperan aktif di Perhimpunan Pelajar dan Masyarakat Indonesia Birmingham (PPI-MIB). Setelah melalui proses demokrasi pada bulan Oktober 2016, saya didaulat untuk menjadi ketua selama satu tahun ke depan. Tentu, tantangan semakin bertambah. Ada harapan dan kepercayaan dari sekitar 300 warga Indonesia di Birmingham ke saya. Saya pun mengajak rekan-rekan lain untuk bergabung di PPI-MIB, berkarya bersama merawat senyum Indonesia dari tanah rantauan. Bersinergi di PPI-MIB memberikan saya pelajaran tentang bagaimana saya dapat memposisikan diri sebagai seorang connector, penghubung titik-titik potensial dari pelajar maupun masyarakat Indonesia di Birmingham. Saya belajar tentang banyak hal, tentang bagaimana saya dapat memberikan pelayanan, bagaimana saya dapat hadir di beberapa kelompok dengan background pendidikan yang berbeda atau dengan masyarakat yang multicultural. Saya percaya bahwa ada kesamaan dari kami, yakni nasionalisme dan rasa cinta untuk Indonesia yang tiada henti. Strategi yang saya lakukan adalah dengan membuat jadwal harian tentang kegiatan kuliah dan PPI-MIB yang harus saya pastikan tidak akan berbenturan.

PPI-MIB Rapat

Berada jauh dari daerah asal saya Yogyakarta tidak menghalangi saya untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga di rumah. Keluarga adalah yang utama, yang memberikan semangat ketika saya mengalami rasa penat saat kuliah. Saya adalah kakak dari seorang adik perempuan yang kini ia sedang duduk di kelas X SMA Negeri 9 Yogyakarta. Melalui beberapa aplikasi di handphone, saya tetap berusaha terhubung dengan keluarga, menanyakan kabar serta aktivitas sehari-hari orang tua di pasar Sleman. Sebelum saya berangkat ke UK, saya biasanya mengantar adik ke sekolah dan membantu jualan di pasar. Sekarang, saya percaya adik dapat lebih mandiri dan menjadi remaja putri terdidik yang semangat dan berbakti kepada orangtua.

Untuk mencapai sebuah keseimbangan hidup selama studi di luar negeri, tentu memerlukan konsistensi dalam setiap hal, baik secara fisik maupun batiniah (spiritual). Di Birmingham sendiri, saya dapat dengan mudah menemukan makanan halal di sekitar kampus atau kalau ingin membeli daging ayam halal biasanya ke Coventry Road. Mengkonsumsi makanan bergizi kaya serat dan protein adalah rutinitas yang saya lakukan. Apa yang menjadi kunci lainnya? Selain memenuhi kebutuhan tubuh dengan serat, saya juga mulai rutin untuk pergi ke Munrow Sports Center untuk fitness serta olahraga squash dengan teman-teman. Biasanya juga, minimal 1 bulan sekali, saya ikut futsal serta bergabung di setiap kompetisi futsal bersama tim PPI-MIB. Agar tampil prima, melakukan morning exercise di rumah juga perlu dilakukan atau juga bisa jogging pada sore hari. Saya juga mengimbanginya dengan tidur yang cukup selama pukul 23.00 sampai sekitar pukul 04.00 waktu UK.

Futsal PPI-MIB

Sebagai seorang Muslim, saya juga berusaha untuk menjalankan ibadah wajib dan sunnah menjadi prioritas utama. Biasanya, untuk sholat jamaah saya lakukan di Masjid Jalalabad yang jaraknya hanya sekitar 200 meter dari rumah. Pada akhir pekan, biasanya saya mengikuti pengajian Birmingham dan mengajar TPA untuk adik-adik. Kadang-kadang saya juga menyempatkan ke Masjid Green Lane untuk mengikuti pengajian bersama para brothers dari negara lain. Akivitas-aktivitas seperti ini yang membuat batin saya tetap terjaga. Meskipun hidup di negara minoritas muslim, ibadah harus tetap dijaga. Kebutuhan spiritual seperti ini juga sangat penting agar terhindar dari gejolak kuliah.

Aktivitas Kajian di Birmingham

Selain beberapa aktivitas di atas, saya juga memiliki aktivitas lain untuk berkarya dan mengisi waktu liburan. Mulai awal tahun 2017, saya tergabung di beberapa asosiasi geograf sebagai peneliti muda, yaitu International Geographical Union, Royal Geographical Society dan Regional Studies Association. Karya berupa paper pernah saya presentasikan di kongres geografi dunia di India dengan dukungan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), bulan Maret 2017 dan masih ada beberapa konferensi yang akan saya ikuti tahun 2017 ini. Tujuannya adalah agar tetap berkarya untuk Indonesia melalui penelitian. Tentunya, sesekali saya juga menikmati liburan winter dan spring untuk mengunjungi beberapa kota di Inggris. Edinburgh adalah destinasi paling mengesankan selama saya disini.

Last but not least, menyeimbangkan hidup selama studi di Inggris bukan sesuatu hal yang tidak mungkin, justru merupakan sebuah hal yang harus kita usahakan capai agar semua berjalan dengan lancar. Untuk bisa melakukan itu, hanya dua kuncinya: komitmen dan kecermatan dalam mengatur waktu.

 

Photos provided by author. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here