Hiroshima University Study Abroad (HUSA) Student Exchange Program

Tepat setelah lulus kuliah, tidak seperti teman-teman lainnya yang langsung bekerja, Arma memutuskan untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke Jepang. Yuk simak seperti apa program HUSA yang diikuti Arma selama satu tahun!

0
4086

Kombinasi antara deg-degan dan bersemangat adalah perasaan umum bagi pelajar yang akan berangkat ke luar negeri. Hanya saja saya tidak sempat merasakan itu sebelum berangkat. Saat itu, saya menjalani sidang S1 tepat empat hari sebelum keberangkatan saya ke Jepang. Waktu berjalan super kilat seperti dipercepat setelah sidang dan tiba-tiba saya sudah menginjakkan kaki di Hiroshima Airport untuk mengikuti program Hiroshima University Study Abroad (HUSA). Ketika itulah kombinasi perasaan deg-degan dan bersemangat muncul. Perjalanan saya di sebuah kota kecil bernama Saijo pun dimulai.

Kuliah Aneka Budaya
HUSA adalah program pertukaran pelajar yang merupakan kerja sama antara Hiroshima University dengan universitas rekanan. Bagi yang mendaftar ke program ini dapat juga mendaftar beasiswa JASSO yang diajukan sekaligus saat mendaftar melalui universitas asal. Untuk informasi lebih lanjut mengenai HUSA dapat dilihat di sini (https://www.hiroshima-u.ac.jp/en/husa).

Program HUSA ditujukan bagi mahasiswa yang memiliki minat terhadap kebudayaan dan masyarakat Jepang. Namun saya merasa bahwa saya tidak hanya belajar mengenai Jepang, tetapi juga tentang negara lainnya. Dalam perkuliahan, mahasiswa didorong untuk berbagi mengenai negara masing-masing. Sebagai contoh pada mata kuliah Japanese Culture and Education, ketika sedang berdiskusi tentang filial piety maka setiap mahasiswa juga diminta untuk menyampaikan apakah konsep yang sama juga ada di negaranya. Diskusi pun menjadi semakin kaya karena belajar tentang perbedaan dan persamaan berbagai budaya.

Kredit yang diperoleh selama mengikuti program HUSA dapat ditransfer ke kampus asal. Namun sayangnya mata kuliah yang ditawarkan oleh HUSA sebagian besar tidak paralel dengan jurusan saya di kampus asal. Hanya ada satu kuliah yang sesuai dengan latar belakang saya dari Teknik Lingkungan. Tapi justru luasnya pilihan materi kuliah yang membuat saya semakin tertarik. Kapan lagi saya bisa ikut kuliah tentang pendidikan dan ekonomi? Salah satu tugas kuliah saya adalah membuat kamus kecil bahasa gaul sebagai laporan akhir untuk kuliah Introduction to Phonetics and Phonology. Isi kamusnya? Kata-kata kekinian pada tahun 2013 seperti keleus dan masbuloh berikut definisi dan contoh penggunaannya dalam kalimat.

Program ini berlangsung dalam bahasa Inggris dan bahasa Jepang, sehingga yang tidak bisa berbahasa Jepang juga bisa mendaftar. Dalam silabus mata kuliah pun diberikan catatan dalam bahasa apa kuliah akan dilangsungkan. Saya sendiri tidak ada dasar bahasa Jepang ketika baru datang, bahkan sama sekali tidak bisa membaca hiragana dan katakana. Selain itu, semua peserta program HUSA diwajibkan untuk mengikuti kelas bahasa Jepang sesuai tingkat yang ditentukan melalui tes penempatan sebelum kuliah dimulai. Seringnya berinteraksi dengan penduduk lokal selama di Hiroshima sangat membantu saya untuk lebih mudah memahami bahasa Jepang yang saya pelajari di kelas.

Bersama teman seprogram di Miyajima
Bersama teman seprogram di Miyajima

Kehidupan Multikultural di Kota Kecil
Hiroshima University terdiri dari beberapa kampus dan tidak semuanya terletak di Kota Hiroshima. Mahasiswa yang berada dalam program HUSA akan belajar di Higashihiroshima Campus yang berada di Saijo, sekitar 30 menit dari Hiroshima dengan kereta. Bagi saya yang besar di (dekat) Jakarta, Saijo terasa kecil. Sebagian besar pemandangan yang saya lalui ketika bersepeda adalah perumahan dan sawah. Meskipun kota kecil, kehadiran Hiroshima University dengan lebih dari 1.400 mahasiswa internasional membuat kehidupan di Saijo sangat multikultural.

Sepanjang tahun, ada berbagai aktivitas yang dapat diikuti baik dari program HUSA maupun kantor internasional Hiroshima University. Setiap tahunnya, mahasiswa program HUSA akan diajak ke Yoshiura Autumn Festival di kota Kure. Ada juga acara yang diadakan oleh Hiroshima University seperti bus tour dan pumpkin carving. Pihak kampus sangat memfasilitasi interaksi antara mahasiswa Jepang dan mahasiswa internasional melalui berbagai kegiatan seperti international luncheon (makan siang bersama di student plaza) dan conversation partner (mahasiswa Jepang dipasangkan dengan mahasiswa internasional untuk latihan percakapan).

Kalaupun sedang tidak ada kegiatan dari kampus, terkadang sesama mahasiswa mengadakan acara sendiri. Seperti pada saat Thanksgiving, mahasiswa dari Amerika Serikat mengadakan potluck. Ada juga ketika teman saya dari Jerman membawa lebih dari 10 jenis keju dan mengadakan cheese party. Perhimpunan Pelajar Indonesia Hiroshima (PPIH) pun aktif mengadakan beragam acara dari diskusi, ski trip, hingga menari Saman di ASEAN Festival. Rasanya hampir tidak ada minggu yang kosong selama saya berada di Saijo.

Mahasiswa HUSA di Yoshiura Autumn Festival
Mahasiswa HUSA di Yoshiura Autumn Festival

Gap Year Setelah Kuliah
Di Amerika Serikat dikenal istilah gap year, yaitu satu tahun kosong setelah SMA yang digunakan untuk kegiatan lain (biasanya non-akademis) untuk mengeksplorasi diri sebelum memulai perkuliahan. Bagi saya kegiatan pertukaran pelajar selama setahun mirip dengan gap year. Tepat setelah selesai kuliah S1 dan sebelum memasuki “dunia nyata” saya berkesempatan memperkaya diri dengan pengetahuan dan pengalaman baru. Kuliah di Jepang memiliki gaya belajar yang berbeda dengan kuliah di Indonesia, ditambah saya juga bisa melihat kehidupan pelajar master dan doktoral di Jepang. Berada di lingkungan berbeda melatih saya untuk menjadi lebih mandiri dan mudah beradaptasi.

Setahun awalnya memang terdengar lama tapi setelah dijalani tidak akan terasa. Selama mengikuti program, saya merasakan mixed feelings. Ketika baru sampai di Jepang, rasanya bersemangat sekaligus gugup karena akan berjumpa dengan hal baru. Mendekati akhir program, rasanya sedih karena harus berpisah dengan kehidupan di Jepang tapi tidak sabar karena akan segera pulang. Namun bagaimanapun “ramuan” dari mixed feelings yang saya alami, semuanya jadi memori berharga.

Mengikuti pertukaran pelajar adalah sebuah pengalaman yang unik. Saya sangat merekomendasikan untuk mengikuti pertukaran pelajar selama masih kuliah. Program pertukaran pelajar sendiri sangat beragam dari negara tujuan, durasi, sampai jenis perkuliahannya. Tinggal pilih yang sesuai dengan minat, lalu jangan malas mencari informasi dan jangan ragu untuk segera mendaftar! Good luck!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here