“You can’t always get what you want,” kata sebuah lagu. Namun, tak mendapatkan apa yang kamu inginkan terkadang adalah sebuah berkah tersembunyi yang sesusungguhnya lebih baik daripada rencana awalmu. Kontributor kami, Syahrier, berbagi cerita tentang kegagalannya melanjutkan studi di Belanda, bagaimana ia menemukan kesempatan yang lebih baik di Hongaria, dan bagaimana kamu bisa mengikuti jejaknya!
Sejak memutuskan untuk berkuliah ke luar negeri, saya selalu ingin ke Belanda, tepatnya di Leiden University. Dari sejak kecil nenek saya, yang pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat, punya banya teman di Belanda serta bisa berbahasa Belanda, selalu bercerita dengan bersemangat mengenai Belanda, tentang kanal-kanal dan kincir anginnya yang indah.
Ibu saya juga sangat mengagumi Belanda, terutama Leiden. Selain karena pengaruh nenek, ibu juga kagum terhadap sosok Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pahlawan nasional yang sempat mengeyam pendidikan di Leiden, Belanda. Karena itulah ibu menamai saya Syahrier. Beliau berharap bahwa kelak saya juga dapat mengikuti jejak Sutan Sjahrir, bersekolah di Leiden dan tentunya suatu saat saya juga bisa memberikan kontribusi nyata untuk tanah air seperti yang dulu dilakukan oleh Sutan Sjahrir.
Karena itu, saya berusaha keras agar diterima di Leiden University dengan jurusan ICT in Business: mulai dari membaca persyaratan, menyiapkan surat rekomendasi dosen dan atasan, motivation letter, dan persyaratan IELTS. Kurang lebih sebulan pengumuman itu datang. Saya diterima di jurusan ICT in Business Leiden University. Senang, tentu saja, mimpi itu hampir menjadi nyata, tinggal selangkah lagi. Tetapi, biaya kuliah menjadi hambatan untuk pergi ke Leiden. Beasiswa adalah satu-satunya cara ketika itu karena biaya kuliah dan biaya hidup di Belanda yang sangat mahal. Saya pun mendaftar ke berbagai beasiswa. Pertama adalah LPDP, saya mengikuti tes batch 3 tahun 2015 dan hasilnya adalah gagal, kemudian saya mendaftar beasiswa StuNed 2 tahun berturut-turut 2015 dan 2016, hasilnya gagal, tetap tidak diterima. Sedih? Sudah pasti. Kecewa? Tentu saja.
Menyerah? big NO!
Semangat untuk berkuliah ke luar negeri masih membara, saya percaya bahwa Allah menyiapkan tempat terbaik, walaupun bukan di Leiden tentunya. Saya pun berusaha mencari beasiswa lainnya, seperti Chevening Scholarship, The Swedish Institute, Monbukagakusho, KGSP dan Stipendium Hungaricum.
Saya kembali lagi menyiapkan berkas-berkas sesuai dengan persyaratan yang diminta oleh pemberi beasiswa. Akhirnya setelah berusaha dan menemuai kegagalan-kegagalan lagi, kesuksesan itu datang: saya mendapatkan beasiswa Stipendium Hungaricum. Bukan Belanda, bukan di Leiden University, tapi di Hongaria, di Corvinus University of Budapest. Saya berhasil setelah percobaan ke-7.
Beasiswa Stipendium Hungaricum
Beasiswa yang saya dapatkan adalah beasiswa dari pemerintah Hongaria. Beasiswanya sendiri masih sangat baru, mulai dibuka tahun 2016 sehingga yang informasinya masih minim dan peminatnya juga masih sedikit. Beasiswa ini dibuka setahun sekali, sekitar bulan Desember atau Januari. Indonesia sendiri mendapat jatah yang lumayan banyak, 50 orang setiap tahunnya. Beasiswa yang disediakan mencakup beasiswa untuk program S2 dan S3, bentuknya adalah full scholarship yang artinya biaya kuliah gratis dan mendapatkan uang saku, tetapi beasiswa ini tidak menanggung biaya tiket pesawat, jadi kita sendiri yang harus membeli tiket pesawatnya.
Untuk persyaratan, hampir sama dengan beasiswa yang lain yaitu kemampuan bahasa, motivation letter, ijazah dan transkrip lalu ada juga tes kesehatan bebas HIV/AIDS dan Hepatitis A, B, dan C. Untuk informasi persyaratan lengkapnya bisa dilihat di tautan berikut: http://www.tka.hu/international-programmes/2966/stipendium-hungaricum/. Untuk beasiswa ini, kita tidak mendaftar secara terpisah ke universitas, jadi daftar beasiswa sekaligus memilih kampus yang ingin dituju.
Kita dapat memilih hingga 3 kampus, bisa jurusan yang sama atau sama sekali berbeda di kampus yang sama ataupun di kampus yang berbeda. Untuk seleksi, tahap pertama adalah seleksi dokumen lalu kemudian seleksi dengan universitas secara langsung. Di sini kita nantinya akan diuji melalui tes berupa wawancara dengan pihak universitas dan ada beberapa kampus yang mewajibkan untuk tes tertulis. Karena itu kita harus mempersiapkan diri dengan baik jika ingin lolos beasiswa ini. Akhirnya setelah melalui seluruh proses mulai dari persiapan dokumen, tes kesehatan, wawancara, dan ujian. Alhamdulillah, saya dinyatakan lolos dan mendapatkan beasiswa Stipendium Hungaricum.
Here I am now: in Hungary!
Negara tempat para penemu dan penerima nobel yang terletak tepat di jantung Eropa, saya akan melanjutkan kuliah master. Tak pernah terpikirkan sedikit pun saya akan melanjutkan kuliah di Hongaria atau dalam bahasa setempat disebut Magyarország. Hongaria, khususnya kota Budapest, merupakan salah satu kota tercantik di Eropa. Saya sendiri tidak pernah bosan untuk berjalan-jalan menikmati keindahan Budapest. Transportasi di Budapest juga sangat baik, bahkan bisa dibilang salah satu yg terbaik di Eropa, kita akan dapat dengan mudah menjangkau seluruh kota, cukup dengan tiket harian seharga 1600 Forint (sekitar 90.000 Rupiah) kita sudah bisa menggunakan, Metro Line (Kereta bawah tanah), bus, trolley bus dan tentu saja Tram selama 24 jam penuh.
Di Budapest kamu akan dibawa melihat keindahan Buda Castle, Fisherman’s Bastion, Liberty Bridge, Széchenyi Brigde atau sering disebut Chain Bridge, Citadela, Szent Gellert dan tentu saja the most iconic building in Budapest, Parliament Building. Selain itu, jika bosan dengan pemandangan kota tua dan kastil kuno, bisa juga datang ke Normafa Park, taman di atas sebuah bukit. Di sana kamu bisa menikmati indahnya Budapest dari puncak bukit. Bagi yang ingin membeli oleh-oleh, bisa ke the Great Market Hall, di sini teman-teman bakal merasakan pengalaman yang hampir mirip seperti di Indonesia, pasar tradisional yang menjual suvenir, barang-barang kerajinan serta makanan khas Hongaria. Yang pasti, kamu tidak akan bosan menikmati kota yang terpisah oleh sungai Danube menjadi dua bagian, Buda dan Pest.
Perkuliahan di Hongaria juga sangat seru, para pengajar mayoritas sangat ekspresif dan suka bercerita tentang pengalaman mereka bahkan tentang keluarga. Bahasa Inggris mereka sangat bagus dan jelas, sehingga sangat mudah dimengerti. Satu lagi, para pengajar di Hongaria sangat menekankan penguasaan teori, jadi saat awal perkuliahan sempat kaget karena balik belajar tentang teori dasar, tapi bedanya di sini membahasnya dengan sangat detail sehingga kita benar-benar menguasai materinya dengan baik.
Saat ini, Hongaria tidak termasuk sebagai negara tujuan studi terpopuler di Eropa seperti Belanda, Jerman, Perancis, atau Italia, terutama untuk para pelajar Indonesia. Akan tetapi, Hongaria berkomitmen penuh untuk meperbaiki kualitas dan sistem pendidikan di dalam negeri serta meningkatkan akreditasi tiap universitas agar dapat menjadi salah pusat pendidikan terbaik di dunia. Dan salah satu strateginya adalah dengan gencar mempromosikan universitas di Hongaria serta memberikan beasiswa untuk mahasiswa asing. Karena itu, para pelajar di Indonesia dapat mempertimbangkan Hongaria menjadi salah satu tujuan untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Selamat berjuang dan sampai bertemu di Hongaria!