Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membuat kesempatan belajar dan hidup di Amerika Serikat menjadi tak terlupakan. Perkuliahan yang menantang, readings yang bertumpuk-tumpuk, tugas individu atau kelompok yang datang bertubi-tubi, serta dirty laundry yang menggunung di musim ujian kadang memang sulit dihindari. Namun bukan berarti tak ada cara lain untuk menikmati dan mengumpulkan pengalaman menarik selama tinggal di Negeri Paman Sam.
This world is so much larger than a classroom. Here are some things that you might want to consider doing when you get a chance to live and study in the US.
Menghadiri konferensi dan seminar
Menghadiri konferensi dan seminar akan memperkaya perspektif terhadap sebuah isu, memperluas networking, dan menjadi kesempatan yang bagus untuk mendapatkan feedback dari kegiatan dan penelitian yang kita lakukan. Jika seminar dan konferensi berlangsung di luar kota, kita akan sekaligus memperoleh pengalaman mengunjungi tempat baru serta bertemu dengan kenalan baru juga.
Pada tahun kedua studi di Duke University, saya berkesempatan mempresentasikan dua poster di Duke Annual Conference on International Development. Poster pertama adalah hasil summer research selama magang di lembaga think tank, Brookings Institution. Poster itu menjelaskan tentang fenomena global middle class. Sementara poster kedua memperesentasikan tentang kegiatan Kemenkeu Mengajar yang saya inisiasi bersama dua teman di Kementerian Keuangan sebelum berangkat sekolah ke Amerika.
Saya merasa kesempatan mempresentasikan kedua poster di kampus itu sangat berharga. Saya bisa bertukar pikiran dengan para peserta yang datang ke acara konferensi tersebut. Sebagian dari mereka adalah mahasiswa, professor, dan peneliti dari luar kampus Duke. Feedback yang saya dapat menjadi alat penting untuk melihat apa yang saya kerjakan dan teliti dari perspektif orang lain dalam scope global. Feedback tersebut juga bermanfaat untuk menemukan kekurangan dari kegiatan dan penelitian kita. Dari situ, hal-hal yang kita kerjakan dapat semakin baik lagi di kemudian hari.
Kesempatan magang di Brookings Institution juga penting karena di lembaga tersebut banyak sekali event diskusi dan seminar yang menghadirkan peneliti, baik dari dalam maupun luar Brookings. Acara yang mereka selenggarakan kebanyakan terbuka untuk umum, termasuk untuk anak magang seperti saya pada waktu itu. Yang lebih menarik, kantor Brookings terletak di kawasan Dupont Circle di downtown Washington, DC. Di area tersebut juga terdapat beberapa kantor think tank lain dan juga headquarter lembaga internasional seperti World Bank dan IMF, termasuk kantor Kedutaan Besar Indonesia. Kantor-kantor itu juga banyak menyelenggarakan event diskusi dan seminar yang sangat menarik dan more importantly, bermanfaat.
Bergabung dengan organisasi kemahasiswaan
Mirip seperti di Indonesia, di kampus-kampus Amerika Serikat pada umumnya terdapat organisasi kemahasiswaan (club dan student council) atau semacam kegiatan ekstrakurikuler. Menurut saya, bergabung dalam organisasi dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan pengalaman yang menarik.
Kita akan tahu bagaimana berorganisasi di lingkup kampus dalam komunitas internasional. Saya bersyukur mendapatkan kepercayaan untuk berkontribusi dalam student council di tingkat jurusan dan universitas (Graduate and Professional Student Council atau yang disingkat GPSC). Berinteraksi dengan teman-teman dari latar belakang negara, budaya, pola pikir, dan pola kerja yang berbeda untuk mengelola organisasi yang sama menjadi pelajaran penting. Paling tidak, kita jadi belajar bagaimana setiap pengurus dapat memiliki perspektif dan approach yang berbeda dalam proses membuat keputusan untuk organisasi.
Di samping itu, dengan bergabung dalam organisasi kampus, kita juga akan terlibat dalam perencanaan dan evaluasi kebijakan-kebijakan yang menyangkut kehidupan mahasiswa, misalnya terkait dengan ketersediaan fasilitas kampus dan kurikulum. Yang tidak kalah penting, pengalaman berorganisasi juga melatih leadership dan kemampuan bersosialisasi.
Berinteraksi dengan masyarakat setempat
Pengalaman menyenangkan di luar ruang kelas juga bisa didapatkan dari interaksi dengan masyarakat setempat. Sebuah unit yang berafiliasi dengan kampus bernama International House memfasilitasi mahasiswa pendatang di Duke University untuk berinteraksi dengan local residents. Kegiatan ini sangat berguna untuk memberikan mahasiswa kesempatan meresapi kehidupan sosial di Amerika Serikat, misalnya bagaimana budaya di sebuah keluarga di sana. Salah satu program International House yang pernah saya ikuti bernama Supper Club.
Dalam kegiatan Supper Club, beberapa international students akan dipasangkan dengan sebuah local family. Mereka kemudian diwajibkan untuk bertemu minimal selama empat kali. Beberapa local family biasanya mengundang mahasiswa internasional dalam agenda makan malam di rumah mereka. Kesempatan lainnya adalah mengundang mahasiswa asing dalam perayaan Thanksgiving, tahun baru, atau piknik bersama. Di kota tempat saya tinggal, masyarakat setempat pada umumnya terbuka dan ramah terhadap mahasiswa pendatang. Beberapa mahasiswa internasional memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga setempat dari kegiatan Supper Club, bahkan hingga setelah mereka lulus dari kampus.
Solo traveling
Belajar dan hidup di luar negeri seperti di Amerika Serikat juga bisa membuka kesempatan untuk melakukan solo traveling. Melakukan perjalanan ke tempat-tembat baru pada saat libur kuliah bersama teman-teman tentu sangat seru. Namun mungkin tidak selalu mudah untuk menyamakan jadwal atau mempunyai tujuan tempat wisata yang sama. Atau mungkin memang kita sedang ingin melakukan perjalanan seorang diri. Pada saat itulah kesempatan solo traveling datang.
Saya merasa mendapatkan beberapa manfaat dengan melakukan solo traveling, terutama mengenal diri sendiri lebih baik. Pada saat melakukan perjalanan seorang diri, saya belajar untuk membaca peta, berani bertanya dan berkomunikasi dengan orang asing, menyusun itinerary dan mengatur waktu, mencari tempat makan dan tempat-tempat menarik di kota-kota tujuan yang kadang berdasarkan insting, menentukan sarana transportasi yang paling tepat dari satu tujuan ke tujuan lain, termasuk terus menjaga barang bawaan selama perjalanan.
Road trip
Melakukan road trip adalah hal yang sangat patut untuk dipertimbangkan ketika kita menempuh perkuliahan di Amerika Serikat. Kegiatan ini populer bagi mahasiswa karena relatif lebih murah (menyewa mobil seringkali lebih murah daripada naik pesawat) dan sangat asyik untuk dilakukan bersama teman-teman. Amerika Serikat memiliki banyak keindahan alam yang sangat unik. Di samping itu, kota-kota besar dan kecil juga seru banget untuk dijelajahi dengan road trip.
Dua pengalaman memorable dari perjalanan road trip bagi saya adalah ketika mengunjungi taman nasional Grand Canyon yang sangat indah dan menemukan sebuah kedai kopi di sebuah kota kecil bernama Savannah di negara bagian Georgia yang menyajikan kopi Sumatra.
Barangkali yang tidak banyak diketahui orang, termasuk saya pada awalnya, tentang kuliah di luar negeri adalah kerentanan mahasiswa internasional terhadap stress dan depresi. Setelah dua tahun studi di Amerika, saya jadi percaya bahwa refreshing (termasuk dengan solo traveling atau road trip) perlu dilakukan. Refreshing erat kaitannya dengan kesehatan mental. Di banyak kampus negara maju, mental health termasuk urusan yang sangat diperhatikan. Depresi dan stress mahasiswa adalah persoalan yang dianggap sangat serius. Karena itu, keseimbangan mental menjadi yang utama, terkadang bahkan dibandingkan dengan skor ujian. Meskipun perkuliahan yang dijalani intens, tak mungkin mahasiswa hanya belajar, belajar, dan belajar saja.
Dalam program orientasi yang saya jalani di awal perkuliahan, pihak kampus mengajak mahasiswa baru mengunjungi beberapa tempat menarik di dalam kota. Di samping itu, kami juga sempat menonton pertandingan tim baseball kebanggaan kota Durham, Durham Bulls. Bukan saja tiket ditanggung kampus, penjemputan bagi yang tidak punya mobil juga difasilitasi.
Selama tidak berlebihan, saya percaya ada banyak pelajaran juga yang didapatkan dari traveling di negara asing. Seperti kalimat bijak yang pernah disampaikan oleh Saint Augustine,” The world is a book and those who don’t travel read only one page.”