Sepuluh tahun yang lalu, Timor Timur melepaskan diri dari Indonesia. Mereka yang memilih bergabung dengan Indonesia terpaksa menjadi pengungsi di masa krisis tesebut. Hidup di masa krisis dan harus memulai hidup baru di tempat baru tidaklah mudah. Namun, tantangan ini bukan berarti mimpi besar harus dikorbankan. Kontributor kami, Sherly, membuktikan itu. Eks-pengungsi Timor Timur ini kini tengah menjalani studi post-doktoratnya di Eropa. Pelangi sehabis perang, ia mengilustrasikan perjalanannya. Simak potongan pertama kisah Sherly di bawah ini.
Baca bagian pertama kisah Sherly di sini.
Perjalanan Sherly berlanjut setelah lulus S1 di Kupang. April 2011, Sherly kembali harus merantau, kali ini ke Jakarta untuk melanjutkan studi. Namun, nasib berkata lain. Sherly ternyata diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, di program Geo-Information for Spatial Planning and Disaster Risk Management, Fakultas Geografi, dengan Beasiswa Unggulan DIKTI. Dua tahun kemudian, Sherly lulus dengan tekad bulat untuk terus melanjutkan studinya lagi.
Pada akhir 2013, dengan persiapan matang, proposal penelitian disertasi, surat rekomendasi, dan dokumen lainnya, Sherly menghubungi beberapa profesor di universitas di Jerman, antara lain Freie Universität Berlin dan Friedrich Schiller Universität Jena.
Mei 2014, Letter of Acceptance (LOA) dari profesor Human Geography di Friedrich Schiller Universität Jena terbit. Tak hanya itu, ia juga lolos untuk beasiswa Australian Development Awards (ADS) di Charles Darwin University, Australia; serta diterima topik disertasinya oleh Geography Department University of Birbeck, London dengan full beasiswa.
Saat itu pula, jurnal riset Sherly diterima untuk dipresentasikan diKesempatan ini bertepatan dengan diterimanya research journalnya untuk di presentasikan di Risk, Policy and Vulnerability (RPV) di International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA) di Laxenburg, Austria. Karena kesempatan ini, Sherly pun memutuskan untuk fokus di upayanya melanjutkan studi di Friedrich Schiller Universität Jena.
Pada September 2014, Sherly akhirnya mendengar bahwa Beasiswa Jerman menerima aplikasinya, dan sebulan kemudian berangkatlah Sherly ke Frankfurt. Tak langsung kuliah, Sherly harus menjalani kursus intensif Bahasa Jerman di Bonn selama enam bulan. Akhirnya, di awal April 2105, sampailah Sherly ke Jena, kota dimana ia mneyelesaikan studi doktoralnya.
Pada September 2017, studi Sherly selesai. Ia menuntaskan perjalanan doktoralnya di Febuari 2018 dengan siding. Hanya butuh 2,5 tahun bagi Sherly untuk mendapatkan gelar PhD dan Cum Laude – sesuatu yang sngat jarang terjadi di Jerman.
Saat ini, Sherly sedang menyelesaikan Postdoctorate (PD) nya di Institute for Geography and Rgeional Sciences, Karl-Franzens-Universität Graz, Austria dengan Awards, Österreischer Austauschdienst (OeAD) Austria.
Pelangi sehabis perang itu benar adanya. Kamu hanya butuh berusaha lebih dan terus percaya.