Sandy Arief, mahasiswa program doktoral/PhD in Accounting and Corporate Governance di Macquarie University, Sydney, Australia, membagikan pengalaman-pengalaman penting yang dapat dipelajari oleh para pembaca Indonesia Mengglobal yang berencana untuk melanjutkan studi di jenjang doktoral/PhD. Selain itu, ia pun berbagi kisahnya dalam saling menguatkan antara mahasiswa PhD melalui program mentoring yang diselenggarakan oleh Macquarie University.
***
Melanjutkan studi di negara orang, baik di jenjang sarjana, master atau doktoral pasti tidaklah mudah. Namun demikian, ada sesuatu yang unik dengan kuliah di program doktoral. Saat ini saya sedang menempuh program doktoral di Macquarie University, Sydney, Australia dengan beasiswa penuh International Macquarie University Research Excellence Scholarship (iMQRES). Saya akan bercerita singkat tentang beasiswa ini yang mungkin dapat dijadikan alternatif bagi para pemburu beasiswa sebelum menceritakan lika liku program doktoral.
Beasiswa iMQRES merupakan beasiswa untuk program doktoral yang diberikan kepada mahasiswa dengan penelitian unggulan yang selaras dengan kerangka kerja penelitian strategis universitas. Universitas akan menyeleksi pendaftar dengan mendasarkan pada nilai akademis dari jenjang master sebelumnya, hasil penelitian terdahulu, atau pengalaman penelitian yang dimiliki oleh pendaftar. Beasiswa ini merupakan beasiswa utama untuk program penelitian dan sangat kompetitif karena pendaftarnya dari semua mahasiswa internasional yang tertarik untuk mendaftar dengan skema ini. Biaya kuliah, biaya hidup, dan biaya penelitian akan ditanggung sepenuhnya oleh universitas. Beasiswa ini tidak hanya ada di Macquarie University namun hampir semua universitas memiliki skema beasiswa seperti ini dengan nama beasiswa yang berbeda-beda. Silakan bagi yang tertarik dengan beasiswa ini, dapat mengunjungi laman di universitas yang dituju.
Sekarang saya akan berbagi pengalaman saya kuliah di program doktoral. Menurut saya, kuliah program doktoral sangat unik karena sebagian besar waktu kita gunakan untuk melakukan penelitian mandiri yang dipandu oleh para pembimbing. Di tempat saya belajar, tidak ada kuliah tatap muka sehingga 100% waktu kita gunakan untuk fokus dengan proyek penelitian kita masing-masing. Hal ini membuat banyak mahasiswa doktoral yang merasa terisolasi dengan dunia luar dan bahkan tidak sedikit yang merasa kesepian dan akhirnya depresi. Tentu saja saya tidak ingin mengalami hal tersebut.
Saya memutuskan untuk bergabung dengan program Higher Degree Research (HDR) Mentors di Macquarie University. HDR Mentors merupakan komunitas dukungan teman sebaya untuk mengurangi rasa isolasi, meningkatkan kualitas penelitian, kapasitas personal, meningkatkan rasa kebersamaan, dan pengalaman selama menempuh studi doktoral. Kegiatan yang dilakukan juga beragam dari pendampingan menulis teman sebaya, seminar manajemen stres, one-on-one consultation, dan lainnya. Saya mendaftar sebagai mentor di komunitas yang luar biasa ini. Untuk dapat menjadi mentor, kami diwajibkan untuk mengikuti pelatihan intensif dengan beragam materi dari para ahli dibidangnya. Materi yang diberikan antara lain tentang student wellbeing; peran, tanggung jawab, dan batasan antara mentor dan mentee; pemahaman lintas budaya, dan lain-lain.
Dari pengalaman saya menjadi mentor, ada beberapa hal yang ingin saya bagikan terkait dengan berbagai permasalahan yang sering dihadapi khususnya oleh mahasiswa doktoral, namun tidak menutup kemungkinan mahasiswa jenjang lainnya juga mengalami hal serupa.
1.Kesepian
Tidak sedikit mahasiswa yang sedang melakukan penelitian dilanda dengan kesepian. Melakukan proyek penelitian sendiri di laboratorium, menulis dan merevisi tesis tanpa henti, atau kangen dengan keluarga tercinta di Indonesia, menjadikan banyak mahasiswa yang merasa terisolasi dan berujung pada depresi. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengusir rasa kesepian. Diantaranya adalah dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh universitas, bergabung dengan beragam komunitas yang ada sesuai dengan minat dan ketertarikan kalian seperti klub fotografi, menari, lari, dan lain-lain. Hal ini dapat meningkatkan interaksi dan sosialisasi diri kita dengan dunia luar sehingga rasa kesepian akan berkurang.
2. Pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental
Banyaknya deadline seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak berolahraga. Tidak harus ke pusat kebugaran, berjalan atau bersepeda mengelilingi kampus dapat menjaga fisik dan mental kita. Olahraga yang rutin dapat menghasilkan hormon endorphin yang dapat mengurangi ketegangan dan membuat kita untuk lebih fokus dengan hal yang positif sehingga dapat mengusir rasa cemas dan kuatir yang berlebihan. Untuk dapat menjaga kesehatan fisik, Macquarie University mempunyai aplikasi kesehatan yang dapat diunduh oleh mahasiswa dan staf dari Android atau iOS. Aplikasi yang dikenal dengan nama Macquarie (MQ) Wellbeing ini dimaksudkan membantu mahasiswa dan staf agar mempunyai gaya hidup seimbang dan sehat dengan berbagai fitur olahraga, tips menjaga kebugaran, informasi kesehatan, pola gaya hidup sehat, dan sebagainya.
Di universitas tempat saya belajar, tersedia layanan konseling gratis untuk semua mahasiswa baik tingkat sarjana, master ataupun doktoral dengan nama Student Wellbeing. Saya yakin di universitas lainnya juga mempunyai layanan bantuan seperti ini. Saya sendiri belum pernah menggunakan layanan konseling pribadi tetapi saya pernah mengikuti lokakarya yang diselenggarakan oleh Student Wellbeing. Student Wellbeing merupakan layanan bantuan kepada mahasiswa yang terdiri dari beragam layanan seperti layanan kesehatan, konseling, advokasi, kesejahteraan mahasiswa, keagamaan, karir dan lainnya.
Tersedia para pakar di bidangnya masing-masing yang akan membantu mahasiswa yang sedang mengalami kendala atau masalah yang dihadapi. Tersedia psikolog yang profesional apabila mahasiswa mengalami masalah pribadi yang berdampak terhadap prestasi akademik. Apalagi di masa sulit seperti sekarang, dengan adanya COVID-19 tidak sedikit mahasiswa yang terdampak baik dari sisi penelitian maupun kuliah yang membutuhkan konseling. Layanan ini akan memberikan dukungan psikologis kepada mahasiswa yang membutuhkan sehingga diharapkan kesehatan mental mahasiswa dapat terjaga dengan baik. Contoh lainnya, apabila mahasiswa mengalami masalah yang berkaitan dengan hukum maka tersedia penasihat yang dapat membantu mahasiswa dalam mencarikan solusi terbaik.
3. It is okay to not be okay
Menjadi mahasiswa membutuhkan kerja keras dan dedikasi. Apalagi dalam masa sulit seperti ini. Pergantian kuliah tatap muka ke kuliah daring, penyesuaian cara kerja di rumah, pengambilan data bagi mahasiswa yang terganggu, dan lain-lainnya. Di masa pandemi sekarang ini atau di masa normal sekalipun ada kalanya kita merasa sedang tidak baik. Yang terpenting adalah tetap berkomunikasi dengan teman, keluarga, dosen atau pembimbing, serta membolehkan diri kita untuk mencari cara dalam menyesuaikan ritme bekerja atau belajar menuju kehidupan normal yang baru.
Jika di masa sekarang ini merasa produktivitasmu menurun, tidak masalah. Berikan diri kita waktu sejenak untuk mengumpulkan kembali energi untuk melangkah kedepan. Kalian tidak sendirian dalam menghadapi apa yang sedang kalian alami. Teman sekelas, professor, dan administrator juga merasakan kecemasan dan tekanan saat ini. Meskipun kita semua mengalami berbagai tekanan karena pandemi ini, tidak perlu bersikap angkuh atau terlalu kompetitif. Tunjukkan rasa kasih sayang kepada orang lain dengan menebarkan kebaikan kecil yang bisa membuat hari seseorang lebih baik.
Apabila rasa cemas dan depresi masih terus ada dan semakin memperburuk kesehatan fisik dan mental kalian, jangan ragu untuk menghubungi konselor atau psikolog yang disediakan oleh universitas untuk dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi sehingga pengalaman kuliah ini akan menjadi pengalaman yang penuh tantangan tetapi menyenangkan.
Melanjutkan studi lanjut khususnya program doktoral dibutuhkan persiapan tidak hanya fisik namun juga persiapan mental yang matang. Mengerjakan proyek penelitian mandiri dengan durasi waktu yang lama terkadang membuat mahasiswa merasa terisolasi dan bahkan tidak sedikit mengalami stres bahkan depresi. Mempunyai rencana belajar yang baik dan memperhatikan gaya hidup seimbang dan sehat merupakan salah satu cara agar tetap produktif dari beragam tekanan akademik yang dihadapi oleh mahasiswa doktoral.
Tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan teman ataupun menggunakan layanan bantuan yang disediakan oleh universitas apabila mempunyai masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri. Mereka akan sangat memahami dan berusaha untuk membantu menyelesaikan masalah yang ada dengan memberikan berbagai alternatif solusi. Perjalanan studi doktoral ini tentu tidak mudah namun saya yakin sepenuhnya bahwa perjalanan yang penuh tantangan ini akan sangat berharga untuk masa depan yang lebih baik. Sukses selalu untuk teman-teman semua.
***
Editor: Yogi Saputra Mahmud