Dapat Beasiswa Penuh ke Korea Selatan, Bagaimana Peruntukannya?

0
7684
Uang kartal di Korea Selatan terdiri atas denominasi KRW 50 ribu, 10 ribu, 5 ribu, dan seribu. Meski demikian penggunaan uang tunai sudah semakin ditinggalkan dengan amat umumnya transaksi elektronik dalam kehidupan sehari-hari. (Sumber: 90 days in Seoul)

Artikel terakhir dari seri “Nomor Perkenalan Kuliah di Korea Selatan” oleh kolumnis Indonesia Mengglobal, Alvin Qobulsyah, akan mengupas lebih detil komponen beasiswa untuk studi lanjut di Korea Selatan dan peruntukannya. Ayuk kita periksa apa-apa saja!

***

Pada artikel terakhir dari serial “Nomor Perkenalan Kuliah di Korea Selatan” ini, saya akan berbagi sedikit tips finansial untuk kelak bertahan hidup di Korea Selatan. Tips ini berdasarkan pengalaman pribadi selama tinggal dan studi di ibu kota Seoul, yang merupakan kota dengan biaya hidup tertinggi di Korea Selatan.

Selain itu, artikel ini juga didasarkan dari riset berbagai tulisan narablog mahasiswa lainnya yang juga sempat menulis artikel serupa di jagat maya.

Artikel ini akan diawali dengan perkenalan amat singkat dari 2 (dua) beasiswa yang menyediakan fasilitas beasiswa penuh untuk studi di Korea Selatan, yakni beasiswa Global Korea Scholarship (GKS, dahulu bernama Korea Government Scholarship Programs atau KGSP) dari Pemerintah Korea Selatan; serta beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Pemerintah Indonesia.

Besaran beasiswa dari kedua lembaga ini akan diambil menjadi besaran median ambang hidup layak di Korea Selatan. Tentu ini berdasarkan pada asumsi bahwa GKS dan LPDP tentunya telah menghitung sebelumnya berapa besar beasiswa yang layak bagi para awardee-nya, untuk bertahan hidup dan fokus studi di Korea Selatan.

Bagi yang berangkat dengan biaya mandiri (self-funding) atau hanya mendapatkan beasiswa sebagian (partial scholarship), hitungan ini semoga dapat memberikan gambaran berapa banyak dana yang harus disiapkan sebelum akhirnya memutuskan berangkat melanjutkan studi di negeri K-Pop.

Usai mengulik besaran beasiswa penuh yang dapat diterima dari GKS dan LPDP, artikel ini kemudian akan mencoba membagi bagaimana peruntukannya untuk kelak hidup di Korea Selatan.

Beasiswa Global Korea Scholarship ini adalah salah satu bentuk diplomasi publik terbaru yang dicanangkan Pemerintah Korea Selatan. Perubahan nama dari KGSP ke GKS ini adalah salah satu implementasinya. (Source: Republic of Korea’s MOFA)
Beasiswa Global Korea Scholarship ini adalah salah satu bentuk diplomasi publik terbaru yang dicanangkan Pemerintah Korea Selatan. Perubahan nama dari KGSP ke GKS ini adalah salah satu implementasinya. (Sumber: Republic of Korea’s MOFA)

Beasiswa Global Korea Scholarship (GKS)

Setiap tahunnya, Pemerintah Korea Selatan mengundang ribuan mahasiswa dari seluruh dunia untuk melanjutkan studinya di negeri ginseng. Pada tahun 2020, GKS menargetkan akan mengakomodasi 1.276 mahasiswa asing dari 153 negara untuk berkuliah pada ragam jenjang pendidikan di Korea Selatan.

Pilihan kampusnya terbagi dua, yakni Kategori A yakni kampus-kampus dengan keketatan saringan tertinggi dan cukup terkonsentrasi di ibu kota Seoul. Kemudian ada Kategori B dengan pilihan kampus lebih banyak dan lebih tersebar di seluruh penjuru wilayah Korea Selatan.

Beasiswa GKS ini terbilang amat lengkap mulai dari tiket pulang dan pergi, dana kedatangan (settlement allowance), tunjangan bulanan (monthly allowance), tunjangan riset (research allowance), program pendidikan Bahasa Korea, asuransi bulanan, tunjangan tugas akhir, hingga tunjangan pascawisuda.

Adapun nilai besaran tunjangan bulanan yang menjadi fokus artikel ini adalah sebesar KRW 1.000.000  (sekitar IDR 12.000.000, dengan kurs KRW 1= IDR 12).

Ini adalah besaran bagi awardee yang berada di Korea Selatan untuk mengejar gelar (Degree Program). Adapun untuk program riset (Research Program) atau pertukaran mahasiswa (Exchange Program), nilai tunjangan bulanan ini berbeda lagi besarannya.

Informasi lengkap terkait beasiswa GKS pada tahun 2020 dapat dikunjungi di laman ini.

LPDP kini tak lagi mengakomodasi seluruh kampus yang ada di Korea Selatan, beberapa pertimbangan semisal reputasi dan kerjasama pendidikan menjadi alasannya (Source: LPDP RI)
LPDP kini tak lagi mengakomodasi seluruh kampus yang ada di Korea Selatan, beberapa pertimbangan semisal reputasi dan kerja sama pendidikan menjadi alasannya. (Sumber: LPDP RI)

Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)

Mulai memberikan ragam beasiswa sejak 2013, kini LPDP menjadi primadona bagi pemuda-pemudi Indonesia yang ingin melanjutkan studi di dalam dan luar negeri. Korea Selatan juga menjadi salah satu negara tujuan studi bagi para calon awardee-nya, meski kini tak semua program studi dan universitas di Korea Selatan dapat diakomodasi oleh LPDP.

Berikut adalah daftar kampus di Korea Selatan yang dapat diakomodasi oleh LPDP berdasarkan booklet informasi tahun 2019. Tidak semua program studi di kampus terkait dapat didaftarkan. Daftar lengkapnya silakan klik di sini:

  • Hanyang University (Engineering – Electrical and Electronic, Engineering – Mechanical, Aeronautical and Manufacturing, Materials Science)
  • Korea University (Accounting and Finance, Social Policy and Administration, Engineering – Mechanical, Aeronautical and Manufacturing)
  • Yonsei University (Hospitality and Leisure Management, Social Policy and Administration)

Beasiswa yang disediakan LPDP untuk menempuh pendidikan di Korea Selatan juga terbilang lengkap, mulai dari dana pendaftaran, dana aplikasi visa, tunjangan bulanan, dana bantuan penelitian/disertasi, dana bantuan seminar internasional, dana keadaan darurat, dan lainnya.

Adapun besaran tunjangan bulanan yang menjadi fokus artikel ini adalah sebesar KRW 1.035.000 (sekitar IDR 12.420.000, dengan kurs KRW 1= IDR 12). Adapun tunjangan bulanan dari LPDP ini, akan diberikan setiap tiga bulan sekali secara akumulatif.

Informasi lengkap seputar komponen pembiayaan beasiswa LPDP dapat dilihat di laman ini.

Dokumentasi saya pribadi bersama teman-teman satu mata kuliah di SNU GSIS. Saya sendiri bukan awardee LPDP dan GKS, berbahagialah teman-teman yang mendapatkannya. Bisa tebak saya yang mana? (Source: Pribadi)
Dokumentasi saya pribadi bersama teman-teman satu mata kuliah di SNU GSIS. Saya sendiri bukan awardee LPDP dan GKS, berbahagialah teman-teman yang mendapatkannya. Bisa tebak saya yang mana? (Sumber: Pribadi)

Pertanyaannya apakah ada beasiswa penuh lainnya yang memberikan tunjangan bulanan lebih besar dari kedua program di atas? Jawabannya, tentu ada. Ini dapat berupa beasiswa yang disediakan dari pihak kampus (ini pernah saya angkat sebelumnya dalam artikel Melanjutkan Studi di Seoul National University via Beasiswa Kampus) ataupun beasiswa dari lembaga lain semisal yayasan atau perusahaan swasta.

Sepanjang informasi dan pengalaman yang saya miliki, nilai beasiswa yang besar ini berkisar antara KRW 1,2 juta hingga KRW 1,5 juta won setiap bulannya. Ada juga yang lebih besar dari ini tergantung jenjang pendidikan misalnya.

Tapi dalam artikel ini, untuk membantu memudahkan perhitungan saya kembali akan menggunakan nilai tunjangan bulanan yang diberikan GKS dan LPDP, yakni sekitar KRW 1 juta. Lalu apakah nilai ini cukup untuk bertahan di Korea Selatan, khususnya Seoul dalam artikel ini? Berikut adalah komponen biaya hidup sehari-hari untuk kelak studi dan tinggal di Korea Selatan.

1. Akomodasi

Pos pengeluaran untuk tempat tinggal atau akomodasi boleh jadi salah satu komponen terbesar peruntukan beasiswa di Korea Selatan. Tempat tinggal ini dapat dibagi menjadi dua, yakni akomodasi di lingkungan kampus atau asrama (in-campus dormitory) atau akomodasi di luar kampus (off-campus housing).

Lalu mana yang lebih baik untuk jadi preferensi? Ini tergantung beberapa variabel diantaranya: jarak dari kampus, lingkungan strategis lokasi, dan fasilitas esensialnya.

Asrama kampus tentu paling banyak diminati, sehingga biasanya harus selalu mengantre apalagi harganya terbilang paling murah; di kampus saya SNU misalnya ada kamar asrama seharga KRW 210.000. Secara umum rentang harga asrama kampus adalah antara KRW 200 ribu-400 ribu.

Akomodasi berbagi (sharing room) pasti lebih murah dibanding kamar pribadi yang hanya diisi seorang mahasiswa. Begitu pun dengan kelengkapan lainnya semisal dapur atau kamar mandi; kamar dengan kamar mandi bersama atau dapur bersama pasti lebih murah.

Apabila tidak mendapatkan kesempatan tinggal di asrama kampus, mencari flat studio di luar menjadi pilihan selanjutnya. Ini pilihan yang lebih mahal meski fasilitasnya cenderung lebih baik.

Harga sewa bulanannya berkisar antara KRW 400 ribu sampai tak terbatas. Ini belum termasuk biaya listrik, gas, dan air yang terpisah dari biaya sewa bulanannya. Anggap saja ini seperti menyewa kamar apartemen di Indonesia.

Pertimbangan lainnya untuk akomodasi ini adalah keharusan menyimpan uang deposit cukup besar di awal menyewa. Uang jaminan yang akan cair di akhir kontrak ini bisa berkisar antara KRW 1 juta-3 juta.

Di samping dua pilihan di atas ada yang unik juga di Korea Selatan, yakni akomodasi bernama goshiwon. Bagi saya pribadi, goshiwon ini laksana pondok kos-kosan di kampus-kampus Indonesia.

Goshiwon ini biasanya berada di lantai-lantai atas gedung komersial (kadang disebut sebagai officetel) atau rumah yang memang didesain memiliki banyak kamar-kamar kecil. Harga sewa bulanannya antara KRW 300 ribu hingga KRW 600 ribu.

Fasilitasnya sendiri memang tampak layaknya kamar kos di Indonesia, semakin lengkap fasilitas, semakin mahal harganya. Semisal pilihan kamar mandi pribadi di dalam atau kamar mandi bersama, dapur pribadi atau dapur bersama.

Depositnya sendiri tidak semahal flat studio, pun biaya listrik, air, dan lainnya biasanya sudah termasuk di biaya sewa bulanannya.

Untuk artikel kita coba ambil median anggaran akomodasi ini sekitar KRW 400 ribu ya.

Contoh kamar goshiwon di Seoul, masih banyak yang lebih mewah atau menyedihkan dari ini. Percayalah, petualangan mencari goshiwon akan menjadi kenangan tersendiri. Jangan lupa minta bantuan orang lokal atau orang Indonesia yang telah tiba lebih dulu. (Source: Goshiwon Story)
Contoh kamar goshiwon di Seoul, masih banyak yang lebih mewah atau menyedihkan dari ini. Percayalah, petualangan mencari goshiwon akan menjadi kenangan tersendiri. Jangan lupa minta bantuan orang lokal atau orang Indonesia yang telah tiba lebih dulu. (Sumber: Goshiwon Story)

2. Makan Sehari-Hari

Bagi yang masih lajang, makan di kantin kampus tentu dapat menjadi pilihan utama. Apalagi bagi yang tinggal di asrama kampus, kantin menyediakan lengkap menyediakan sarapan, makan siang, dan makan malam. Harganya sendiri berkisar antara KRW 2.000-KRW 4.000 sekali makan.

Di kampus saya Seoul National University, bahkan sekali dalam sehari ada menu seharga KRW 1.000! Semakin “mewah” semisal menu daging/sea food semakin mahal harganya.

Bagi yang ingin memasak sendiri karena memiliki dietary khusus semisal panduan agama atau klinis (semisal alergi), bahan makanan di Korea sendiri terbilang tidak begitu mahal.

Bagi yang sudah berkeluarga belanja mingguan bisa jadi pilihan. Saya pribadi dan keluarga (dua orang) menghabiskan anggaran sekitar KRW 200 ribu sebulan untuk belanja bahan makanan. Ini tentu di luar anggaran untuk makan di luar.

Bagi yang bosan makan di kantin kampus dan memasak sendiri, jangan khawatir untuk pilihan makan di luar. Waralaba restoran cepat saji (fastfood) biasanya menyediakan menu lengkap (set) mulai dari KRW 5.000.

Untuk restoran-restoran bukan fine dining lainnya (semisal restoran masakan Korea) biasanya menunya berkisar antara KRW 5.000-KRW 20.000. Jadi masih amat terjangkau.

Bagi saya, tantangan yang dapat membuat anggaran jebol adalah kultur kafe di Korea Selatan.

Selain di kediaman dan perpustakaan, kafe selalu menjadi pilihan utama untuk belajar atau menghabiskan waktu. Dan di setiap kunjungan pasti kita memesan secangkir minuman, bukan?

“Latte factor” di Korea memang menantang. Harga minumannya sendiri antara KRW 2.000 dari Americano paling sederhana sampai KRW 6.000 untuk menu yang lebih fancy.

Lalu silakan hitung apabila tiap hari nongkrong di kafe, atau bahkan sehari dua kali ngendon di kafe karena suntuk di kamar.

Untuk anggaran makan sehari-hari ini, kita coba siapkan KRW 300.000 ya.

Tatkala rindu makanan Indonesia, memasak sendiri adalah pilihan terbaik. Di Seoul sendiri terdapat beberapa restoran khas Indonesia, tapi harganya tentu menantang. (Source: Pribadi)
Tatkala rindu makanan Indonesia, memasak sendiri adalah pilihan terbaik. Di Seoul sendiri terdapat beberapa restoran khas Indonesia, tapi harganya tentu menantang. (Sumber: Pribadi)

3. Transportasi

Transportasi publik di Korea Selatan bagi saya levelnya kelas dunia, setidaknya apabila dibandingkan dengan London dan Tokyo yang sudah pernah saya kunjungi sebelumnya.

Pertama sistemnya yang sederhana, karena menggunakan sistem pembayaran tunggal bernama T-Money yang bisa digunakan di seluruh moda dari bus, subway, taksi, hingga kereta ekspres dan bus antarkota. Jaringan Metro Seoul misalnya, juga sudah terhubung ke kota lain semisal Incheon dan Suwon.

Saat sudah dapat memiliki rekening Bank Korea Selatan, kartu debitnya juga sudah otomatis berfungsi sebagai T-Money dan biaya transportasi nanti akan diakumulasi pada tanggal jatuh tempo. Sehingga tak perlu mengisi ulang sebagaimana kartu uang elektronik.

Sistem ini jauh lebih sederhana dibanding semisal di Jepang, yang layanan transportasinya dikelola beberapa perusahaan, sehingga berbeda pula sistem transaksi di beberapa rutenya.

Kedua, tarifnya yang terbilang murah hanya sekitar KRW 1.000-KRW 1.250 sekali jalan, dan hanya akan dikenakan tambahan tarif apabila kita sudah menempuh jarak tertentu. Tarif argo awal naik taksi kurang lebih KRW 2.650.

Tak ada perbedaan tarif di wilayah jangkauan metro semisal sistem ring di Tube-nya London. Semua progresi tarif transportasinya flat hanya tinggal tergantung seberapa jauh kita bermoda.

Bagi yang tinggal di asrama kampus, biaya transportasi ini bahkan dapat ditekan sebesar mungkin, karena perjalanan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau sepeda kampus.

Untuk anggaran transportasi ini bisa kita anggarkan KRW 100.000, terutama bagi yang malas berjalan kaki. Hahaha.

Ini adalah peta interkoneksi subway Seoul Metro terdiri dari belasan jalur di dalam kota hingga ke kota lain via kereta ekspres atau KTX. Jangan lupa untuk gunakan Naver Map atau Kakao Map di Korea Selatan. Google Maps tak berdaya dengan provider peta lokal Korea. (Source: Seoul Metro)
Ini adalah peta interkoneksi subway Seoul Metro yang terdiri dari belasan jalur di dalam kota hingga ke kota lain via kereta ekspres atau KTX. Jangan lupa untuk gunakan Naver Map atau Kakao Map di Korea Selatan. Google Maps tak berdaya dengan provider peta lokal Korea. (Sumber: Seoul Metro)

4. Komunikasi

Pertama yang harus dicatat, jaringan wi-fi di Korea Selatan adalah salah satu yang terluas dan tercepat di dunia. Tapi apakah kita perlu memiliki nomor lokal? Tentunya perlu karena nanti dibutuhkan saat akan mengurus hal-hal administrasi semisal imigrasi atau membuat rekening bank.

Tapi apakah perlu berlangganan kuota internet? Ini lagi-lagi sesuai kebutuhan. Apabila kegiatan hanya terpusat di kampus, anggaran ini dapat dikesampingkan.

Tapi apabila banyak kegiatan di luar kampus dan amat mobile kegiatannya, berlangganan kuota internet dapat diperhitungkan.

Saya pribadi berlangganan kuota internet senilai 10 GB seharga KRW 33.000. Masih ada nilai langganan yang lebih murah dan mahal dari ini, mulai dari 5 GB hingga unlimited.

Kenyamanan berlangganan kuota ini adalah di beberapa tempat tertentu para provider layanan internet juga menyediakan wifi gratis semisal di dalam kereta subway.

Bagi yang tidak berlangganan kuota juga masih bisa mengandalkan layanan wi-fi publik yang disediakan pemerintah sebagaimana yang diinisiasi Pemerintah Kota Seoul, meski kecepatannya tidak memanjakan layaknya wi-fi yang disediakan oleh provider.

Anggaran komunikasi ini kita coba taruh di KRW 50.000.

5. Rekreasi dan Lain-Lain.

Ini adalah anggaran biasanya yang amat menentukan aliran kas di akhir perhitungan, karena tak kalah krusial dengan kebutuhan esensial lainnya.

Berhubung anggaran kafe sudah kita hitung di anggaran makan sehari-hari, rekreasi di sini adalah kegiatan hiburan insidental yang kita lakukan saat semata-mata telah suntuk dengan keseharian.

Misalnya saja rekreasi bioskop atau karaoke yang kini di tengah pandemi sedang dirindukan. Karcis bioskop dimulai dari KRW 8.000, tapi kadang ada juga harga tiket diskon semisal di jam tayang paling pagi.

Beberapa tempat karaoke menggunakan mesin, jadi jumlah lagu yang dapat diputar sesuai jumlah nominal, semisal KRW 500 untuk satu lagu. Ada juga tempat yang menggunakan jam sewa layaknya di Indonesia.

Bagi yang ingin hiburan gratis, jangan khawatir dengan berjibunnya jumlah taman di Korea Selatan. Ya, piknik di ruang terbuka adalah salah satu pilihan terbaik di Korea.

Bagi yang senang berolahraga, banyak sekali fasilitas olahraga publik yang dapat digunakan. Mulai dari  gym publik di taman hingga lapangan basket terbuka.

Anggaran hiburan dan lain-lain ini kita ambil di KRW 150.000. Jangan lupa menabung juga untuk liburan jauh saat libur semester tiba.

 Sebelum pandemi melanda, kumpul keluarga besar mahasiswa Indonesia di SNU biasanya jadi salah menu utama rekreasi di setiap semester. Ditunggu ya kalau mau lanjut studi di SNU. (Source: Pribadi)

Sebelum pandemi melanda, kumpul keluarga besar mahasiswa Indonesia di SNU biasanya jadi salah menu utama rekreasi di setiap semester. Ditunggu ya kalau mau lanjut studi di SNU. (Sumber: Pribadi)

Lima pos di atas sudah menghabiskan seluruh anggaran beasiswa sebesar KRW 1 juta. Selamat teman-teman! Tapi jangan alpa, hitungan di atas benar-benar masih amat brutto.

Semisal bagi yang tidak mendapatkan beasiswa GKS atau LPDP, maka harus menyediakan anggaran untuk asuransi.

Asuransi yang wajib adalah BPJS-nya Korea Selatan, bernama NHIS (National Health Insurance Schemes), nilainya kurang lebih KRW 60-70 ribu. Ini harus didaftarkan setelah enam bulan mulai tinggal dan studi di Korea Selatan.

Selain itu, bagi yang membawa keluarga anggaran ini tentunya baik ditambah hingga setidaknya 50%. Terlebih apabila ada rencana menyekolahkan anak di Korea, setidaknya di tempat penitipan anak. Anggaran untuk ini sedianya telah disiapkan pula sebelumnya.

Juga hitungan di atas adalah berdasarkan pengalaman saya di Seoul yang merupakan kota termahal di Korea Selatan. Berkuliah di kota lain bisa dihitung dapat lebih ringan 10-20%. Tapi lagi-lagi tentunya bagaimana gaya hidup kita selama tinggal di kota tersebut.

Lalu ingin menabung? Berarti dari lima pos di atas harus ada opportunity cost yang harus dipikirkan ulang.

Semisal merelakan diri tinggal di asrama dengan roommate, dengan risiko gaya hidup yang berbeda. Merelakan diri tidak memiliki kamar mandi pribadi. Merelakan diri selalu aktif mencari menu termurah di kantin kampus dan belajar memasak makanan sederhana.

Merelakan diri tidak berlangganan kuota internet, semua konten diunduh terlebih dahulu di kampus. Pamungkasnya, merelakan diri amat pandai membuat diri bahagia, atau pura-pura bahagia, atau bahagia tanpa keluar biaya.

Selamat menyiapkan diri bagi yang ingin melanjutkan studi di Korea Selatan. Artikel ini hanya salah satu perspektif kiat hidup dan studi di Korea Selatan, jangan lupa selalu aktif mencari tulisan atau konten serupa dari berbagai cara dan media.

Untuk diskusi dan pertanyaan saya dapat dikontak via email di qobulsyah.1989@gmail.com atau akun Instagram @Qobulsyah.

Selain itu, saya tengah merintis podcast bernama “Lost in Seoul”, yang mengisahkan cerita-cerita warga asing baik diaspora Indonesia ataupun negara lainnya tentang bagaimana kisah bertahan hidup di Seoul dan Korea Selatan.

Podcast ini dapat disimak via beberapa saluran semisal Spotify ataupun Google Podcast.

Sampai jumpa lagi! 안녕!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here