Bidang ilmu sangatlah beragam. Selama memiliki ketertarikan dan motivasi kuat, kita dapat mengembangkan diri dalam berbagai bidang. Seperti Hendriyadi, yang memilih belajar Women, Society, and Development di Qatar. Melalui artikel ini, Cresti Fitriana, Columnist Indonesia Mengglobal, berkesempatan menceritakan pengalaman Hendriyadi menempuh studi lanjut di Doha, Qatar.
***
Siapa sangka, interaksi Hendriyadi Bahtiar Daeng Sila dan putranya melihat peta dunia membawa inspirasi tersendiri bagi Hendri untuk melanjutkan studi jenjang magister di Doha, Qatar.
Latar belakang dan ketertarikan Hendri di bidang kesetaraan gender serta rasa penasaran akan wilayah Timur Tengah membuatnya mencari kesempatan serta peluang belajar di Qatar. Hendri yang telah malang melintang bekerja di bidang pencegahan perkawinan anak di Bone, Sulawesi Selatan, memutuskan untuk menempuh studi Master’s Degree in Women, Society, and Development di Hamad Bin Khalifa University (HBKU) dengan dukungan dari Qatar Foundation.
Merasakan Pengalaman Unik Belajar di Timur Tengah
“Ketika saya sedang ekplorasi, saya menemukan kampus Hamad Bin Khalifa University (HBKU) yang menyediakan full scholarship yang langsung menarik perhatian saya. Kemudian, ketika saya eksplor secara spesifik di bidang humanities and social science, saya nemu jurusan women, society, and development. Wah, ini nih manarik banget dan sangat relevan dengan pekerjaan yang dijalani saat itu,” papar Hendri.
Menawarkan pendidikan kualitas dunia, Qatar telah banyak menarik perhatian mahasiswa internasional dari berbagai negara untuk mendapatkan kesempatan dan belajar di universitas terkemuka dengan pengajar dari berbagai latar belakang.
“Semakin saya eksplor, wah ini akan jadi kesempatan yang sangat unik. Dengan kurikulum kualitas global tapi setting Middle East, saya langsung kepikiran kalau saya tidak hanya akan mendapatkan exposure pendidikan berkualitas, tapi juga opportunity untuk eskplor budaya Timur Tengah. Jadi dengan satu kali jalan bisa dapat banyak,” ujar Hendri sambil tertawa.
Beradaptasi di Doha Selama Masa Pandemi
Hendri yang tiba di Qatar tahun lalu pada masa pandemi menceritakan bagaimana dukungan yang ditawarkan oleh kampus dalam hal menjaga kesehatan mental serta adanya program rekreasional. Hal itu membantunya untuk beradaptasi serta mengurasi rasa terisolasi berada jauh dari keluarga.
’Bersyukurnya saya itu, saya bisa travelling ke Qatar dari Indonesia pada masa pandemi walaupun penuh drama,’’ ujarnya sambil tertawa. ‘’Ini sudah dua semester saya belajar online dan saya lihat ini bukan hal yang mudah. Bukan hanya mahasiswa tapi juga dosen. Mental health issue itu sangat penting di masa pandemi ini. Bersyukurnya kampus membuka layanan dan awareness tentang mental health sudah dibangun dari awal. Jadi ketika teman – teman mulai merasakan anxiety, kita sudah diberikan layanan untuk konsultasi dengan tenaga kesehatan dan fully ditanggung oleh kampus,” ceritanya.
Selain memanfaatkan fasilitas kampus, Hendriyadi juga aktif dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Qatar. Menurut Hendri, keterlibatan dengan PPI serta dukungan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Doha sangat membantu untuk masa adaptasi serta mengurasi rasa homesick.
Laki – laki Belajar tentang isu Kesetaraan Gender: pentingnya keterlibatan laki – laki untuk mencapai kesetaraan gender
Hendriyadi telah bekerja selama delapan tahun sejak kelulusan di bangku kuliah S1. Keterlibatannya dalam berbagai kesempatan kerelawanan dan profesional di bidang pemberdayaan perempuan dan orang muda, telah membuka wawasannya tentang isu kesetaraan gender di Indonesia. Baginya, menjadi seorang laki – laki tidak membatasi Hendri untuk memperdalam pengetahuan di bidang tersebut.
“Disini memang seringkali saya mendapat pertanyaan. Tidak hanya dari teman Indonesia, tapi juga dari teman lintas kampus. Ketika ditanya saya belajar apa, saya bilang kalau saya mengambil jurusan Women, Society, and Development. Reaksi pertama mereka adalah wow! Mereka sering kaget kalau mendengar laki – laki belajar di jurusan ini. Seringkali itu jadi stereotype kalau jurusan ini adalah tempatnya perempuan,” cerita Hendri sambil tersenyum.
Namun, pertanyaan tersebut tidak pernah menciutkan semangat belajar Hendri. Baginya, keterlibatan laki – laki dalam bidang kesetaraan gender, sama pentingnya dengan partisipasi perempuan.
“Isu women empowerment itu bukan hanya perempuan yang perlu mempelajarinya. Justru dari saya banyak terlibat dan banyak berdiskusi dengan teman – teman di Lembaga Pemberdayaan Perempuan (LPP) Bone, saya melihat bahwa kalau semakin banyak laki – laki yang mengerti tentang isu kesetaraan gender, justru itu akan mempercepat untuk pembangunan di bidang ini,” kisah mantan relawan di Bone ini.