Budi Setiawan Berkuliah S3 di Hongaria dengan Beasiswa di Tengah Pandemi

3
2581

Selain lanskap kota-kota yang cantik, Hongaria juga merupakan salah satu jujukan pendidikan tinggi yang favorit selain karena mutu pendidikannya yang terbilang berkualitas di kawasan Eropa Tengah, biaya hidup di Hongaria juga termasuk cukup murah bila dibanding dengan negara-negara lain di Eropa. Apalagi, Pemerintah Hongaria juga menawarkan beasiswa untuk mahasiswa S1 hingga S3 yang bernama Stipendium Hungaricum. Dalam artikel ini, Dini Putri Saraswati, Content Director Indonesia Mengglobal berkesempatan untuk berbincang dengan Budi Setiawan yang sedang berkuliah S3 di Hungarian University of Agricultural and Life Sciences, Budapest dengan beasiswa penuh dari Pemerintah Hongaria. 

 

Halo Budi! Sekarang sedang berkuliah di mana dan dan jurusan apa?

Hai! Saat ini saya sedang berkuliah di Fakultas Ekonomi di Hungarian University of Agricultural and Life Sciences di Budapest, Hongaria. Sebelum pergantian nama pada bulan Februari 2021 lalu, nama universitasnya adalah Szent István University.

Saya mendapat beasiswa penuh dari Pemerintah Hongaria melalui platform Stipendium Hungaricum Scholarship tahun 2020. Beasiswa ini meliputi biaya kuliah dan juga memberikan tunjangan bulanan serta asuransi kesehatan. Bagi penerima beasiswa jenjang doktoral, Pemerintah Hongaria melalui lembaga pengelola beasiswa Tempus Public Foundation (TPF) yang memberikan beasiswa selama empat tahun. Berdasarkan update terbaru, kuota penerima beasiswa mengalami peningkatan yang signifikan — dari 50 orang pada tahun 2019 menjadi 100 di tahun 2020. Semoga kuota ini akan terus bertambah, sehingga penerima beasiswa dari Indonesia ke Hongaria akan terus meningkat di masa depan.

 

Budi (baris kedua, kedua dari kanan) berfoto bersama PPI Hongaria - Sumber foto: Dok. B. Setiawan
Budi (baris kedua, kedua dari kanan) berfoto bersama PPI Hongaria – Sumber foto: Dok. B. Setiawan

 

Bagaimana cara mendapatkan beasiswa Stipendium Hungaricum?

Bagi teman-teman yang tertarik untuk mendapatkan beasiswa Stipendium Hungaricum bisa mendaftar melalui https://stipendiumhungaricum.hu/. Pendaftaran biasanya dibuka pada bulan September hingga November dan pengumuman hasil kelulusan sekitar bulan Juni atau Agustus. Jadi, secara total proses seleksi beasiswa memakan waktu sekitar 10 bulan.

Proses seleksi beasiswa ini melalui beberapa tahapan, antara lain seleksi administrasi, ujian secara daring (bagi beberapa universitas), dan wawancara. Jika pelamar dinyatakan lulus, maka harus melengkapi semua dokumen sebelum keberangkatan, termasuk visa. Biaya pengurusan visa gratis bagi seluruh penerima beasiswa. Proses keberangkatan biasanya dilakukan di akhir bulan Agustus atau awal September karena proses perkuliahan normalnya dilakukan di pertengahan bulan September.

Pada prosesnya, Stipendium Hungaricum melibatkan sending partner di setiap negara mitra. Sending partner di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sending partner berperan penting dalam memberikan rekomendasi ke TPF karena TPF hanya akan melanjutkan proses seleksi beasiswa bagi pelamar yang mendapat rekomendasi dari sending partner.

 

Untuk pelamar S3 apa ada persiapan khusus?

Menurut saya, ada beberapa hal penting yang harus disiapkan bagi pelamar beasiswa ini, khususnya bagi calon pelamar jenjang doktoral. Yang pertama, siapkan proposal penelitian secara baik karena berdasarkan pengalaman saat interview, sebagian besar diskusi saat wawancara berkaitan dengan proposal penelitian yang kita ajukan. Kemudian, yang kedua adalah unconditional Letter of Acceptance (LoA) dari supervisor atau universitas. Memiliki unconditional LoA secara tidak langsung sudah menandakan bahwa kita sudah diterima oleh pihak universitas dan hanya tinggal menunggu pendanaan atau beasiswa dari Stipendium Hungaricum. Yang ketiga adalah tingkatkan portofolio penelitian sesuai dengan bidang ilmu yang akan ditempuh selama studi doktoral. Pengalaman penelitian bisa menjadi salah satu variabel untuk mencerminkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah karena saat studi nanti, mahasiswa didorong untuk bisa menerbitkan artikel ilmiah. Publikasi ilmiah sendiri juga menjadi syarat kelulusan jenjang doktoral di beberapa universitas di Hongaria.

 

Wah menarik sekali ya! Nah, berhubung sekarang sedang pandemi, bagaimana sih pengalaman berkuliah di luar negeri selama pandemi?

Kuliah di luar negeri semasa pandemi memberikan tantangan tersendiri. Awalnya, kuliah daring terasa tidak nyaman karena minimnya interaksi langsung antara dosen dan mahasiswa. Sehingga, peluang diskusi menjadi terbatas. Selain itu, masalah teknis, seperti koneksi internet dan gangguan dari sistem platform yang digunakan untuk belajar daring sempat menjadi hambatan. Tetapi, seiring berjalannya waktu, semua pihak mulai belajar untuk berdamai dengan pola pembelajaran yang baru atau “new normal”. Malah, saat ini saya sudah menemukan ritme agar perkuliahan daring bisa memberikan manfaat yang optimal bagi semua pihak.

Di sisi lain, metode belajar daring juga memberikan berbagai manfaat, misalnya saya bisa mengikuti kuliah tamu secara daring yang dilakukan oleh tenaga pengajar dari universitas di negara lain. Selain itu, bagi mahasiswa jenjang doktoral yang membutuhkan partisipasi di konferensi internasional juga terbantu karena konferensi bisa dilakukan secara daring dengan biaya yang relatif lebih efisien.

 

Lalu, apa saja kendala yang dihadapi terutama ketika membawa keluarga?

Yang paling utama adalah tantangan saat mengurus perizinan. Ada beberapa dokumen tambahan yang harus dilengkapi agar bisa membawa keluarga ke Hongaria saat pandemi, seperti melampirkan hasil negatif tes polymerase chain reaction (PCR) Covid-19. Hasil tes yang negatif ini diperlukan saat kita akan melakukan penerbangan, baik untuk maskapai domestik di Indonesia, maupun penerbangan internasional dari Indonesia ke Hongaria.

Setibanya di Hongaria, keluarga juga diwajibkan untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Saat proses karantina tersebut, petugas akan melakukan kontrol, baik secara langsung atau tidak langsung (melalui telepon) untuk memastikan bahwa para pendatang tidak berpindah tempat selama masa karantina berlangsung.

Setelah proses karantina selesai, pihak keluarga bisa melakukan aktivitas di luar rumah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang sudah diatur sedemikian rupa oleh Pemerintah Hongaria, mulai dari memakai masker hingga aturan tentang pemberlakuan jam malam.

Sekarang, peraturannya sudah mulai dilonggarkan seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat Hongaria yang sudah melakukan vaksinasi. Update terakhir yang saya terima, lebih dari 45% masyarakat Hongaria sudah divaksin, termasuk beberapa warga internernasional yang tinggal di Hongaria juga sudah mendapatkan vaksin secara gratis.

 

Selama berkuliah di Hongaria, kegiatan apa saja yang paling menarik?

Tentunya banyak sekali kegiatan yang menarik, baik melalui jalur akademis dan non-akademis. Aktivitas akademis yang sangat menarik di sana adalah ketika kita bisa belajar dan berdiskusi dengan profesor terbaik di bidang yang kita pilih. Selain itu, kesempatan untuk membangun jejaring internasional relatif bisa didapatkan dengan mudah, baik melalui teman satu angkatan di kelas maupun dengan partisipasi pada konferensi internasional. Kegiatan menarik lainnya adalah ketika bisa melakukan kolaborasi penelitian dengan mahasiswa dari negara lain. Proses ini akan menghadirkan wawasan baru terkait cara kita melihat sebuah masalah dan merumuskan berbagai alternatif solusi dalam perspektif yang lebih luas dan global.

Untuk kegiatan non-akademis, menjalin silaturahmi dengan para pelajar Indonesia yang ada di Hongaria juga menjadi sangat penting. Oleh karena itu, saya terlibat sebagai pengurus di Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Hongaria. Selain itu, saya juga terlibat aktif sebagai salah satu tim penyusun laporan intelijen bisnis yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Kementerian Perdagangan di Hongaria, yaitu Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di Budapest. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait potensi pengembangan pasar produk-produk Indonesia ke Hongaria dengan harapan bisa berkontribusi terhadap peningkatan nilai ekspor Indonesia, khususnya ke Hongaria.

 

Budi (kiri) bersama tim ITPC Budapest - Sumber foto: Dok. B. Setiawan
Budi (kiri) bersama tim ITPC Budapest – Sumber foto: Dok. B. Setiawan

 

Adakah harapan untuk teman-teman yang ingin berkuliah di Hongaria?

Saya berharap semakin banyak orang Indonesia yang memiliki mimpi untuk kuliah di luar negeri. Hongaria adalah salah satu negara di Eropa yang memiliki kampus dengan kualitas di atas rata-rata dan yang terpenting, pemerintah Hongaria menawarkan beasiswa penuh untuk warga Indonesia yang ingin kuliah di negara tersebut.

 

***

Budi Setiawan adalah penerima beasiswa Stipendium Hungaricum untuk melanjutkan studi doktoralnya di Hungarian University of Agricultural and Life Sciences di Budapest, Hongaria. Pada tahun 2011, ia pernah bekerja di Nestlé Indonesia sebagai Head of Area. Ia memiliki berbagai pengalaman riset, salah satunya adalah mengikuti program Junior Lecturer Research Training Program in Banking and Finance di University of Limoges di Limoges, Prancis pada tahun 2019 dengan beasiswa penuh dari Erasmus+.

***

3 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Rihan ifebri Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here