Mencari universitas di luar negeri memang gampang-gampang susah. Mulai dari reputasi kampus, lingkungan yang mendukung, sampai biaya hidup, semua harus dipertimbangkan. Bagaimana jika kita kewalahan dalam proses pencarian dan pendaftaran? Kolumnis Indonesia Mengglobal Rio Tuasikal berbincang dengan Dhania yang telah menyelesaikan Master’s in International Business dari University of Leeds, UK.
***
Hi Dhania! Boleh ceritakan latar belakang dan perjalanan kamu?
Hi Rio! Namaku Dhania, usiaku 24 tahun. Waktu S1 di Malang, aku ambil jurusan management kelas internasional. Jadi memang kelas Internasional itu diharuskan untuk mengambil program antara double degree atau exchange. Saat itu aku ambil double degree ke luar negeri satu tahun di Australia, belajar marketing di University of Southern Queensland. Setelah programnya selesai, aku balik ke Indonesia dan menyusun skripsi. Setelah wisuda di dua tempat itu, waktu itu ayahku langsung mendorong untuk S2. Jangan ditunda-tunda mumpung masih muda, katanya.
Jadi aku dengar kata ayah dan sebenarnya aku juga ingin S2. Waktu lagi skripsi di Malang tuh aku sudah browsing universitas dan lihat-lihat jurusan yang aku mau. Aku sempat browsing universitas dan jurusan yang aku mau di UK, Australia, dan Belanda juga. But in the end of the day, I chose UK for my master’s. Di University of Leeds, aku ambil international business. Alhamdulillah sekarang sudah selesai. Desember 2020 aku wisuda di sana. Ini baru pulang ke Indonesia akhir Januari kemarin.
Antara pilihan Australia, Belanda dan United Kingdom, kenapa akhirnya pilih UK? Apa kriteria ketika kamu memilih?
Pertama itu jurusan ya, mana nih yang punya jurusan yang aku mau. Kedua, aku lihat ranking universitasnya. Sebenarnya kemarin sempat galau, dari kecil aku tuh inginnya di Sydney, di University of Sydney. Jurusannya juga ada. Tapi ayah bilang “kamu udah ke Australia, go for other chances, go to the UK.”
Selain itu, UK benar-benar spesial karena masternya itu 1 tahun. Sementara Australia kebanyakan 1,5 tahun sampai 2 tahun. Menurutku master semua sama aja, jadi kayaknya kalau push harder untuk 1 tahun, kenapa engga?
Selain itu aku ingin belajar budaya baru. Karena di Australia aku udah mengenal culture dan orang-orangnya seperti apa. Aku berpikir mungkin karena UK itu banyak orang ya, lebih diverse dari Australia, dalam arti yang pursue higher education itu banyak di UK. Akhirnya aku bertemu orang dari berbagai dunia, jadi aku belajar how to deal with people from different backgrounds, misalnya British, European, Chinese, Saudi Arabian, or American. Di Australia soalnya susah dapetin yang gitu. Itu yang membuatku bersyukur.
Terus gimana pengalaman kamu kuliah di UK? Apa nih yang paling berkesan?
First of all, in terms of education itself, universitas di luar negeri memang nggak diragukan untuk dapat ilmu, emang beda banget cara kita mengasah analisis dan lain-lain, dibantu untuk majunya benar-benar didorong banget. Dan itu menurut aku membuat aku maju sampai sekarang.
Dalam pengalaman itu, aku bisa ketemu dengan berbagai orang yang penting bagi aku kedepannya, baik itu internasional atau di Indonesia, untuk jalannya lebih kebuka. Selain itu pemahaman kita terhadap orang dari berbagai negara, yang itu nggak bisa didapetin kalau kita stay within our comfort zone in Indonesia.
Yang membuat aku bahagia banget, aku sadar akan hal-hal kecil seperti kemandirianku. Di Indonesia mungkin semua serba ada. Tapi di Inggris tuh aku belajar kalau mau jalan, berapa kilometer pun ditempuh, apa-apa sendiri, menjalani hari sendiri, masak sendiri, dan harus bisa mengatur kehidupan sehari untuk survive. Jadi sebenarnya tinggal di luar negeri itu mendorong kita lebih mandiri dan lebih bertanggungjawab dengan diri kita.
Terakhir itu lingkungannya sih. Aku belajar satu hal kalau kita mau mendorong sesuatu di kehidupan kita, lingkungannya harus mendukung juga. Aku merasa di UK banyak mahasiswa internasional yang mau belajar. Lingkungan di Inggris tuh enak banget membuat mahasiswa jadi nyaman ngejalanin hidup sehari-harinya, nggak pusing. Seimbang juga buat menikmati hidup, bisa refreshing ke alam atau ke kota besar seperti London. You can find everything in the UK.
Ngomong-ngomong proses pilih kampusnya gimana? Pusing nggak?
Jujur itu tuh pusing banget. Jadi aku konsultasi ke IDP. Jujur ya waktu aku nyari kampus untuk double degree aku sudah konsultasi ke IDP. Makanya untuk S2 aku datang lagi. Because I had no idea. Aku paham riset sendiri itu memang keharusan. Tapi di balik itu semua perlu tuntunan dari seseorang yang udah paham banget, which is education service. Karena aku ngga tahu kehidupan di sana seperti apa, biaya hidup seperti apa, uang yang harus dikeluarkan berapa banyak untuk tempat tinggal dan sebulannya berapa, itu education service yang tahu. Kalau ngga ada IDP jujur aku lost banget parah.
Apa saja manfaat yang kamu rasakan dari konsultasi?
Aku ingat banget mereka lebih tahu daftar jurusan spesifik sedunia, bahkan per negaranya. Misalnya untuk jurusan bisnis di mana. Itu yang membantu aku juga memutuskan. Kedua, soal biaya hidup pastinya. Mereka kasih tahu berapa, pegangan per bulan berapa, kalau ada emergency gitu berapa, sakit itu harus gimana fundingnya, insurance juga.
Mereka juga bener-bener kasih tahu culture-nya supaya kita ngga culture shock. Mereka kasih tahu cara kita orang-orang di Inggris hidup tuh seperti apa. Cara adaptasinya seperti apa. Jadi udah punya banyak pemahaman.
Itu ngasih kamu peace of mind ngga sih?
Banget. Terutama aku kan anxious gitu. Dulu aku waktu konsul tatap muka, kan belum covid jadi masih tatap muka. Waktu mendengarkan orang IDP nya tuh malah bikin tenang dan semangat. It’s not that bad it’s not that scary.
Ngomong-ngomong di Leeds sempat jalan ke mana saja? Kalau kota-kota lain di UK udah kemana?
Di Leeds itu nggak terlalu banyak yang bisa dikunjungi, tapi yang bikin aku bahagia itu nggak terlalu crowded kayak kota-kota besar. Jadi untuk belajar tuh nyaman banget. Aku kalau ngga ke pusat kota, ke taman, ke perpustakaan, sama paling foto ke tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi.
Kalau di sekitar Leeds, 30 menit ada York. Terus ada Manchaster, Liverpool. Terus aku pernah road trip sama teman-teman ke Whitbey. Terus kita hiking ke Lake District. London tentunya, Bicester, Cambridge, bahagia deh pokoknya. Terus di Skotlandia aku ke Edinburgh. Di setiap tempat aku menemukan sesuatu yang berbeda. Oh, orang di kota ini seperti ini, kehidupannya agak beda dan lain-lain. Aksen aksennya beda-beda juga.
Wah banyak ya yang sudah kamu kunjungi. Dengar-dengar kamu punya Youtube Channel yang mengupas pengalamanmu di UK ya? Boleh diceritain nggak?
Ya! Namanya DHN Twins, bareng kembaran aku. Sebenarnya udah pengen dimulai dari 2017 dari pas di Ausie, karena banyak banget temen dan followers aku di IG bilang ‘kak bikin vlog dong’. Cuma aku pikir itu nanti dulu deh kalau nggak sibuk kuliah.
Akhirnya selesai S1 dan S2, kayaknya this is the right time for me to share everything, for everything that I have been through gitu. Terus akhirnya ada yang nanya, S2 itu gimana, apa yang perlu dipersiapkan dan lain-lain, apa yang harus dipilih universitasnya. Aku mau menuntun juga gimana caranya mengatur keuangan mahasiswa di luar negeri dan lain-lain. Sebisa mungkin pengalaman aku share ke mereka supaya yang dulunya takut atau gimana, jadi lebih matang.
Wah seru banget ya pengalaman kamu. Apa nih tips kamu buat orang Indonesia yang ingin kuliah di luar negeri?
Pertama tentukan jurusan yang kita mau. Terus kita cari tahu nih universitas mana yang punya jurusan tersebut. Kita juga harus cari tahu reputasinya karena reputasi sekolah merefleksikan kualitasnya. Abis itu cek lingkungan, menurutku itu penting banget, the way the environment supports you to study itu matters a lot.
Terus pas mau daftar-daftarnya, kalau misalnya kalian ga yakin untuk melakukan itu semua sendiri, atau bingung kayak aku overwhelmed karena terlalu banyak informasi, aku pasti larinya ke IDP.
Pesan kamu buat yang ingin ke luar negeri tapi takut?
Kalau kita punya mimpi harus dikejar dulu, takut itu dikesampingkan. Go for your dreams. Takut itu nanti, yang penting usaha dan mencoba.
*Seluruh foto disediakan narasumber.
—
Dhania menyelesaikan S1 double degree di Universitas Brawijaya dan University of Southern Queensland, Australia. Pada 2020, Dhania menamatkan master’s in International Business dari University of Leeds, United Kingdom.