‘London Christmas’ dan Makna Natal bagi Rachel Siahaan

0
2049
Menikmati lampu Natal adalah salah satu aktivitas favorit Rachel ketika musim dingin

Bagaimana rasanya merayakan Natal di negara orang, sambil berjibaku dengan tugas kuliah, dan winter blues? Rachel Siahaan, yang menyelesaikan S1 di London, Inggris, menceritakan pengalaman Natalnya yang paling tidak terlupakan. Kisahnya ditulis oleh Kolumnis Indonesia Mengglobal, Rio Tuasikal. 

Ketika Rachel datang ke Inggris pada tahun 2019, dia tahu ini akan jadi Natal pertamanya di luar negeri serta jauh dari keluarga. Perempuan yang tumbuh besar di Bali itu datang ke London untuk menempuh studi BA Business Management with Finance di London South Bank University.

Screenshot 2021-12-13 at 19.36.19
Lampu hias bulu merak menjadi kekhasan Regent’s Street

Di London, suasana Natal sudah terasa sejak awal November. Deretan lampu hias raksasa sudah menghiasi beberapa kawasan belanja utama di London. Sebut saja di Oxford Street, Regent’s Street, dan Piccadily Circus. 

Sementara Christmas Market yang menjual makanan, cokelat panas, dan pernak pernik Natal juga bermunculan di banyak titik. London yang dingin pun jadi semarak dengan kehadiran pasar-pasar itu. 

“Desember 2019 itu belum Covid kan, itu super duper enak. Yang namanya living in a Christmas fairytale. Apalagi itu kali pertama buatku. Terus orang-orang pada pakai mantel. Jadi waktu itu aku merasa ‘wah kayak di film-film luar negeri’,” kisah Rachel. 

WhatsApp Image 2021-12-09 at 9.13.08 PM (1)
Rachel senang mengunjungi hiasan Natal bersama teman-teman

Rachel mengaku sempat risau karena merayakan Natal tanpa keluarga. Beruntung Rachel diajak seorang teman untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya sepanjang bulan Desember. 

“Jadi keluarganya dia itu nampung aku selama Natal, jadi aku nggak ngerasa sendiri. Dari mulai 3 Desember, tiap malam Minggu makan bareng-bareng, terus nyanyi-nyanyi, jadi suasana Natal banget itu kan,” kenang Rachel. 

Satu hal yang paling diingat olehnya, keluarga itu bahkan memberikan kado Natal bagi Rachel. 

Nggak nyangka. Padahal aku orang luar tapi tetap dapat kado. Seneng gitu. Sudah umur 20 tahun tapi senang kayak anak kecil,” ujarnya sambil tersenyum. 

WhatsApp Image 2021-12-09 at 9.10.48 PM (1)
Rachel menikmati suasana Natal dengan makan bersama teman-teman.

Natal itu pula Rachel menjadi sukarelawan di gereja. Dia membantu penyelenggaraan Christmas Carol di Wembley Arena yang dihadiri orang-orang dari berbagai negara. Pengalaman itu sangat berkesan karena Rachel untuk pertama kalinya bekerja bersama orang-orang Inggris dan dari berbagai negara. 

“Waktu itu aku pertama kali interaksi dekat sama orang British. Telingaku belum menangkap apa yang mereka katakan, masih yang pelafalan Harry Potter gitu hahahaha. Jadi itu kesempatan pertama kali engage sama orang-orang dari Inggris,” jelasnya. 

WhatsApp Image 2021-12-09 at 9.10.13 PM
Menjadi sukarelawan telah mempertemukan Rachel dengan orang-orang dari berbagai negara.

WhatsApp Image 2021-12-09 at 9.10.47 PM

Covid-19 Mengubah Semuanya

Namun itu semua berubah ketika Covid-19 datang. Beberapa hari sebelum Natal tahun 2020, varian delta teridentifikasi di Inggris, membuat London harus melewati musim dingin dengan lockdown.

Suasana Natal di Canary Wharf, London, saat lockdown pada Desember 2020.
Suasana Natal di Canary Wharf, London, saat lockdown pada Desember 2020.

London ibarat kota mati. Tidak ada Christmas Market di London tahun itu. Lampu hias memang dipasang di kawasan perbelanjaan London, namun hampir semua toko tutup.

“Aku ingat banget waktu itu sepi sesepi-sepinya. Walaupun orang-orang pada keluar belanja, nggak seramai 2019 gitu,” kisah Rachel. 

Tantangan yang dihadapi Rachel bukan hanya soal lockdown. Dia juga harus menyelesaikan tugas kuliah. 

Bulan Desember bertepatan dengan winter break bagi mahasiswa. Namun mahasiswa tetap punya tugas—seperti makalah, esai, atau proyek—yang biasanya harus dikirimkan pada awal Januari. Mahasiswa harus pintar-pintar membagi waktu antara liburan, menyelesaikan tugas, dan beristirahat. 

WhatsApp Image 2021-12-09 at 9.15.17 PM

“Waktu itu lagi tugas akhir semester 5. Aku ada tiga tugas, masing-masing 3000 kata, jadi total ada 9000 kata. Sudah kayak ngerjain tugas akhir,” ujarnya. 

Bersamaan dengan itu, teman Rachel dan keluarganya juga pulang ke Vietnam, negara asal mereka. Melihat suasana memburuk, Rachel memutuskan pulang ke Indonesia sementara waktu. 

“Karena aku sudah merasakan winter blues. Sudah ada tekanan. Apalagi temanku sudah balik, jadi bener-bener cuma aku sendiri. Jadi aku balik ke Indonesia saja,” katanya. 

Di Bali, Rachel bisa merayakan Natal bersama keluarganya dan menyelesaikan semua tugas tepat waktu. Dia juga berhasil mengatasi winter blues, perubahan mood yang diakibatkan berkurangnya durasi siang hari ketika musim dingin. 

WhatsApp Image 2021-12-09 at 9.10.46 PM
Rachel menetap di Bali selama 4 bulan, dua bulan lebih lama dari rencana awal

Namun ketika dia akan kembali ke London pada bulan Februari, ada perkembangan baru terkait Covid-19. Dia pun terpaksa melanjutkan kuliah dari tanah air, dengan perbedaan waktu hingga 7 jam. 

“Jadi di rumah tuh aku bangun jam 12 siang. Aku kelas jam 3 sore sampai jam 10 malem. Sehabis itu aku ada tugas kelompok sampai jam 3 pagi. Terus aku ngerjain esai sampai jam 6 pagi baru aku tidur,” jelasnya. 

Pada bulan Maret, dia bahkan harus menjalani dua ujian secara online.

Makna Natal bagi Rachel

Kerja keras selama kuliah itu terbayarkan ketika Rachel lulus pada 2021 dengan predikat first-class honours, setara cum laude di Indonesia. Rachel kini memulai karirnya di London di bidang administrasi perhotelan.

Suasana kota London pada Natal 2021 pun sudah mulai pulih. Seiring dengan melonggarnya lockdown, orang-orang sudah bisa kembali ke pusat kota dan menikmati lampu-lampu Natal. 

Christmas Market juga kembali bermunculan. 

WhatsApp Image 2021-12-09 at 9.13.06 PM
Carnaby adalah salah satu tujuan utama wisata Natal di London

Tahun ini, Rachel menyempatkan berkunjung ke kota Glasgow dan kota Bath untuk menikmati suasana Natal di sana. 

“Natalnya lebih terasa karena dinginnya,” ujarnya lalu tertawa.

Ada satu hal yang membuat Rachel terkesima: menyaksikan orang antusias berbelanja. 

“Tapi bukan belanja untuk mereka sendiri. Mereka belanja kado untuk orang lain, mereka memikirkan orang lain”. 

“Teman aku bisa menghabiskan lebih dari 150 Poundsterling (setara 3 juta Rupiah) untuk orang yang membutuhkan. Teman aku beli selimut, kaus kaki, dan syal, untuk dibagi-bagikan ke orang yang tinggal di jalanan,” paparnya. 

WhatsApp Image 2021-12-09 at 9.13.08 PM
Pohon Natal berbagai bentuk menghiasi sudut sudut kota London sepanjang musim dingin.

Menghabiskan tiga tahun di London, dengan pengalaman Natal yang berbeda-beda, Rachel kini memaknai Natal dengan cara baru.

“Natal bukan cuma hanya untuk orang Kristen, tapi mereka merayakan Natal sebagai hari keluarga,” pungkasnya. 

Keluarga dan semangat berbagi, dua hal itulah yang takkan pernah Rachel lupakan.***

Rachel Siahaan menamatkan BA Business Management with Finance dari London South Bank University pada tahun 2021. Saat ini dia memulai karir di London dalam bidang administrasi perhotelan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here