Belajar Toxicology di 3 Negara Eropa: Kisah Zulfatun Mengenyam Studi Master melalui Program Erasmus ECT+

0
1192
Zulfatun Naimah berfoto di Biarritz, France tempatnya menghabiskan semester terakhirnya di program ECT+. Source: Personal documentation

Toxicology merupakan sebuah cabang ilmu yang masih terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal, toxicology memiliki peran yang signifikan, terutama pada kehidupan manusia modern, dimana kemajuan industri telah membawa dampak buruk pada lingkungan, berupa limbah yang membahayakan kehidupan makhluk hidup.

Artikel ini menceritakan perjalanan Zulfatun Naimah mempelajari Toxicology, melalui program master EMJMD (Erasmus Mundus Joint Masters Degrees) yang memberinya kesempatan untuk belajar di tiga negara di Eropa.

***

Ketertarikan di Dunia biologi sejak sekolah dasar.

Perjalanan Zulfatun Naimah, atau lebih akrab disapa Zuzu, dalam mengejar passionnya di dunia toxicology dimulai sejak ia masih sangat belia, yaitu ketika ia duduk di bangku sekolah dasar. Ketertarikannya pada pelajaran IPA khususnya biologi terus berkembang sejak momen itu, hingga akhirnya membawa Zuzu mengenyam pendidikan S1 Biologi di Universitas Sumatera Utara dengan spesifikasi di bidang mikrobiologi, selaras dengan penelitian yang dilakukannya sejak masa SMA.

Fokus karir di Research and Development jadi motivasi menimba ilmu

Belajar Toxicology di 3 Negara Eropa: Kisah Zulfatun Mengenyam Studi Master melalui Program Erasmus ECT+
Picture was taken during practical activity about the in-vitro toxicity assays course in UPV/EHU. Source: Personal documentation

Keinginan Zuzu untuk fokus berkarir di bidang penelitian (Research and development) dan rasa ingin tahunya yang besar akan ilmu biologi atau lebih spesifik ke lingkungan sangat luas membuat Zuzu memutuskan melanjutkan studi magister setelah lulus S1. Selain itu, prinsip yang ditanamkan akan pentingnya pendidikan dan support pernuh dari orang tua menambahkan motivasi Zuzu dalam mengenyam pendidikan lanjut.

Tidak kasat mata namun berdampak besar.

Minat Zuzu pada ilmu toxicology didasari akan besarnya peran mikroorganisme dalam menanggulani masalah lingkungan seperti limbah industri yang mengandung senyawa-senyawa kimia yang sangat berbahaya bagi aquatic organisms, merusak ekosistem laut, soil contamination, sehingga masuk ke dalam rantai makanan dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Gagal Beasiswa berkali-kali tidak menyurutkan mimpi mengejar studi

Selama masa studi sarjananya, Zuzu menyibukkan dirinya dengan berbagai aktifitas yang mengembangkan skillnya di dunia penelitian dan pendidikan, seperti menjadi asisten di laboratorium mikrobiologi,  tutor, guru, dan bergabung dalam berbagai proyek penelitian dengan topik bioremediasi atau bioakumulasi senyawa organik.

Setelah siap dengan segala persiapan pendidikan lanjut, Zuzu mulai mendaftar beasiswa ke luar negeri pada awal tahun 2019 dan mengalami berkali-kali kegagalan dalam aplikasi beasiswa baik dari beasiswa pemerintah Indonesia, Australia, Inggris, EMJMD dan lainnya. Hingga akhirnya pada tahun 2020, program EMJMD baru bernama Environmental Contamination and Toxicology (ECT+) hadir dan seakan menjadi jawaban atas pencarian master study yang sesuai dengan passion Zuzu.

Modul Komplit Belajar dari A-Z toxicology di 3 Negara Eropa

Belajar Toxicology di 3 Negara Eropa: Kisah Zulfatun Mengenyam Studi Master melalui Program Erasmus ECT+
Picture was taken during the basque culture workshop at UPV/EHU attending by my program ECT+ and another erasmus program. Source: Personal documentation

Environmental Contamination and Toxicology (ECT+) merupakan program salah satu program master EMJMD (Erasmus Mundus Joint Masters Degrees), dimana program Master of Science ini telah disusun oleh enam universitas terkemuka di bidang ekotoksikologi dan kimia lingkungan dari empat Negara Eropa, yaitu (Norwegian University of Science and Technology (NTNU, Norway), University of Porto (UPO, Portugal), University of Pau et des Pays de l’Adour (UPPA, France), University of Bordeaux (UBx, France), University of Liège (ULiège, Belgium) and University of the Basque Country (EHU, Spain). Di program master ini, setiap siswa belajar setidaknya di 3 universitas di setidaknya 2 negara Eropa yang berbeda dan mengunjungi lokasi tambahan seperti Stareso (Semester 1 di ULiège) atau Svalbard (Semester 2 di NTNU), atau Associates, selama magang penelitian yang ditawarkan secara individual di musim panas setelah Semester 2.

Modul studi yang sangat bervariasi meliputi kimia, kimia analisis, biologi, hingga environmental ethics dan professional practice/internship membuat Zuzu sangat tertarik akan program studi ini. Tidak hanya mengasah laboratory skills melalui internship, berbagai mata kuliah ecotoxicology, in-vitro toxicity test, risk assessments, water quality and monitoring network dan European legislations juga termasuk di program ini.

Penelitian tidak terbatas tentang microbiology

Belajar Toxicology di 3 Negara Eropa: Kisah Zulfatun Mengenyam Studi Master melalui Program Erasmus ECT+
Picture was taken during Master-thesis internship at UPPA, France. Source: Personal documentation

Research topic dalam bidang ecotoxicology tidak hanya terbatas tentang microbiology, namun sangat luas beberapa diantaranya adalah mengenai animal modelling dalam chemicals/contaminants risk assessment, in vitro toxicity test yang bertujuan dalam mengurangi animal testing, soil and sediment contamination, dan lainnya. Bagi Zuzu pribadi, ketertarikannya akan dunia mikrobiologi lingkungan dari sejak masa kuliah sarjananya, membuat Zuzu memutuskan untuk memilih project penelitian mengenai biodegradasi sebagai topik master thesisnya, yang saat ini sedang dilakukannya dengan judul “The Study of Isolated Bacteria from Sediment in Biodegradation of Priority and Emerging Micropollutants” within the MICROPOLIT project, IPREM laboratory, Université de Pau et des Pays de l’Adour (UPPA).

———–

Artikel ini ditulis oleh Ivone Marselina Nugraha, columnist IM Europe & UK, hasil wawancara dengan Zulfatun Naimah, S.Si. dengan profil:

Zulfatun Naimah, S.Si. merupakan Sarjana Sains jurusan Biologi, Universitas Sumatera Utara (USU) lulusan 2017 dan sedang menjalani semester terakhir study Master of Science di program EMJMD Environmental Contamination and Toxicology (ECT+). Sebelum menempuh studi magisternya, Zulfatun Naimah sempat menyibukan dirinya sebagai Research Asistant dan Laboratory Assistant di laboratorium mikrobiologi Universitas Sumatera Utara, serta sebagai pengajar dan tenaga administrasi.

———–

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here