Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka

0
2501

Sri Lanka, negara kecil di Samudera Hindia yang terletak tidak jauh dari India. Tidak banyak orang yang memilih untuk berkuliah di Sri Lanka, akan tetapi Aini memilih untuk menempuh studi lanjutnya di negara yang terkenal dengan produksi tehnya. Aini merupakan mahasiswa Indonesia terakhir yang menerima beasiswa dari pemerintah Sri Lanka pada tahun 2017, Aini kuliah di Sri Lanka sejak tahun 2018 sampai tahun 2022 ini, ayo saksikan pengalamannya dari memilih Sri Lanka dan kehidupannya di Sri Lanka.

***

Halo Aini! Boleh perkenalkan diri?

Halo, namaku Aini. Aku lahir di Batang, Jawa Tengah, Indonesia. Aku lulus dari Universitas Gadjah Mada dengan gelar diploma dari bidang studi Bahasa Mandarin. Aku baru saja menyelesaikan pendidikan S1 ku dari Universitas Peradeniya Sri Lanka dengan jurusan Hukum tahun ini. Aku kuliah di Sri Lanka disponsori oleh beasiswa pemerintah Sri Lanka bernama Sri Lanka Presidential Scholarship for Foreign Students.

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Junior’s welcoming party Dept of Law, 2019. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Apakah boleh tahu bagaimana ceritanya bisa kuliah di Sri Lanka? Karena jarang mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Sri Lanka? Lalu dari bahasa mandarin bagaimana bisa tertarik ke hukum?

Awalnya dari pengalaman mengikuti youth event di Hong Kong selama kuliah di UGM, aku memiliki mimpi untuk kuliah ke luar negeri setelah lulus kuliah dari UGM. Aku mengikuti berbagai grup facebook yang berisi informasi seputar beasiswa dan event international (saat itu lebih banyak info yang di share di facebook karena instagram belum sepopuler sekarang). Saat masih kuliah di UGM, Aku sudah aktif mendaftar beasiswa luar negeri diantaranya beasiswa Jepang (hanya lolos tahap administrasi) dan beasiswa Brunei, tapi tidak lolos seleksi. Bahkan saat aku mulai bekerja di perusahaan, aku masih berusaha untuk mendaftar beasiswa luar negeri, beasiswa yang aku daftar saat itu adalah beasiswa dari pemerintah Sri Lanka. Sayangnya, selama 2 tahun mencoba (setiap tahun hanya dibuka satu kali pendaftaran), aku tidak lolos, namun pada pendaftaran yang ke-2 aku hampir memiliki kesempatan lolos, jadi aku berusaha mencoba sekali lagi. 

Selama 2 tahun itu, aku merasakan bekerja di 3 perusahaan berbeda dan selalu ditempatkan di departemen yang berhubungan dengan policy perusahaan dan dokumentasi karena posisiku kerjaku bukan sebagai penerjemah bahasa mandarin, jobdesk ku sama sekali tidak berhubungan dengan bahasa mandarin, bahkan posisi kerja di perusahaan terakhir, aku ditempatkan di satu divisi yang juga mengurus tentang hukum dan legal perusahaan. Sejak bekerja di satu divisi dengan teman-teman hukum, aku jadi terpikir untuk mengambil jurusan hukum pada pendaftaran beasiswa Sri Lanka berikutnya, walaupun sudah gagal berkali-kali, aku masih ingin mencoba sekali lagi. Pada pendaftaran beasiswa Sri Lanka yang ke-3 kali itu, aku baru menyadari, kayaknya aku salah strategi pada pendaftaran pertama dan kedua. Jadi tuh gini, pada pendaftaran yang pertama, aku apply untuk jurusan yang berkaitan dengan ekonomi, ternyata syarat dari universitas untuk jurusan tersebut adalah yang ijazah SMA nya (harus) dari program IPS sedangkan ijazah SMA ku dari program IPA. Begitu juga dengan pendaftaran kedua, aku coba untuk daftar sastra dan bahasa inggris yang syaratnya juga dari IPS, sehingga aku tidak lolos karena ijazahnya tidak sesuai, meskipun pada pendaftaran kedua itu, aku di email berkali-kali dari Ministry of Higher Education (MOHE) nya Sri Lanka, berasa di PHP gitu. Jadi pada percobaan ketiga, aku berusaha lebih teliti dengan persyaratan pemilihan jurusannya karena email-email dari MOHE pada pendaftaran kedua itu, aku sebenarnya dapat clue kalau dokumen pendukung ku yang lain tidak ada yang bermasalah. Bersyukurnya jurusan hukum bisa di apply dari jurusan IPA dan IPS, jadi saat pendaftaran ketiga (kucoba lagi ya), aku sengaja memilih jurusan hukum, kebetulan juga cukup sesuai dengan background pekerjaan yang aku lakukan. Selain itu, kenapa terus menerus coba Sri Lanka, karena persyaratan beasiswanya juga tidak susah, hanya kirim dokumen ke Embassy Sri Lanka yang di Jakarta, kemudian mereka akan mengirimkan ke MOHE Sri Lanka dan dokumen itu di-review oleh Universitas-Universitas di Sri Lanka, tidak ada ujian tes dan interview, kalau universitas mau mengambil dokumen applicant, applicant tersebut akan di email dari MOHE Sri Lanka (diberikan tawaran dengan batasan waktu apakah mau menerima universitas tersebut sepaket dengan beasiswa atau tidak) setelah itu, MOHE akan mengirimkan LOA. Pada pendaftaran ketiga akhirnya aku lolos dan aku pergi ke Sri Lanka untuk kuliah.

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Merayakan tahun baru Sri Lanka (Avurudu / Sinhala-Tamil new year, yang diperingati setiap tanggal 13-14 April). Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Wah, hebat juga perjuangannya. Ada suka duka tidak selama menempuh kuliah di Sri Lanka? Boleh cerita pengalamannya?

Terima kasih hehe, di setiap perjalanan pasti ada suka dukanya. Saat orangtua tahu aku mendaftar beasiswa Sri Lanka, orangtua dan keluarga pernah menentang, apalagi saat aku meminta ijin akan berangkat ke Sri Lanka. Tetapi, aku tidak peduli karena aku sudah menyiapkan semuanya. Sekarang aku bersyukur banget karena Tuhan mengabulkan harapanku dan juga menjagaku dengan sebaik-baik penjagaan-Nya selama aku di Sri Lanka. Selama masa pendaftaran beasiswa Sri Lanka, aku cukup sering tanya-tanya dengan salah satu penerima beasiswa Sri Lanka mengenai banyak hal, tapi aku sama sekali tidak ada kekhawatiran. Sebaliknya, dia juga pernah tanya ke aku, kenapa si aku masih kekeh daftar beasiswa Sri Lanka, karena dia tahu aku pernah gagal kan, entah kenapa jawabanku saat itu “aku merasa jatuh cinta  aja dengan Sri Lanka” padahal aku belum pernah ke sana dan tidak tahu Sri Lanka itu negara dan budayanya seperti apa hahaha, aku sendiri heran si kenapa dulu bisa kasih jawaban seperti itu. Tapi sekarang aku sudah tau, jawaban dari pernyataanku itu, aku sama sekali tidak menyesal dengan pilihan-pilihanku. 

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Musim semi di Kandy-Sri Lanka. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Waktu pertama kali datang ke Sri Lanka pada tahun 2018, aku merupakan satu-satunya perwakilan dari Indonesia. Sebenarnya, ada temanku juga yang mendaftar tetapi dia tidak lolos beasiswa ini dan sudah mendapatkan beasiswa dari negara lain, jadi hanya aku yang berangkat dari Indonesia. Saat datang ke Sri Lanka, PPI Sri Lanka jumlahnya hanya ada 6 orang dan 2 diantaranya sudah mau lulus. Oya, banyak biksu juga yang berkuliah di Sri Lanka. Mungkin teman-teman pernah dengar tentang beberapa peristiwa di Sri Lanka, tahun 2018 di Sri Lanka ada konflik antar suku dan tahun 2019 ada insiden pemboman, sejak kejadian itu, tidak ada mahasiswa internasional yang diberangkatkan ke Sri Lanka. Kemudian dilanjutkan dengan pandemi tahun 2020, sehingga pada saat study ku di Sri Lanka sudah selesai, aku menjadi mahasiswa yang tersisa di Sri Lanka. Aku juga tidak yakin beasiswanya masih dibuka atau tidak saat ini karena kondisi negara beberapa tahun belakangan ini tidak stabil, mungkin untuk saat ini aku adalah penerima beasiswa terakhir untuk program presidential scholarship ini.

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Wisuda S2 Biksu dari Indonesia, 2019. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Karena Sri Lanka dan Indonesia memiliki budaya yang berbeda, aku juga mengalami yang namanya culture shock, meskipun lebih ke academic shock nya. Academic time table di universitas ku itu ternyata flexible (bisa berubah-ubah kapan saja, menyesuaikan kondisi negara). Pertama kali aku kuliah, aku baru masuk dua hari kuliah, tiba-tiba kuliah diliburkan selama seminggu karena ada election. Awalnya senang ya, tapi pas sudah masuk kuliah lagi, tiba-tiba ada academic strike, dimana kasusnya staff di universitas belum dibayar gajinya oleh pemerintah, sehingga kuliah diliburkan sebulan bahkan lebih karena tidak ada yang mengurusi perihal apapun di kampus dan itu yang diliburkan tidak hanya universitas ku saja, tapi semua universitas negeri di seluruh Sri Lanka. Kapan masuknya kuliah lagi? Hanya Tuhan yang tahu hehe. Bayangkan, libur sebulan itu bukan waktu yang sebentar. Sebagai mahasiswa yang hidup dengan beasiswa dari pemerintah, aku khawatir banget kalau aku tidak bisa menyelesaikan kuliah tepat 4 tahun, nanti gimana beasiswa ku, apakah diperpanjang mengikuti jadwal kampus atau diberhentikan? Selain itu, aku juga takut kalau kuliahnya diperpendek dari 6 bulan menjadi 3-4 bulan karena kuliah di Sri Lanka itu normalnya saja sudah sangat padat apalagi kalau diperpendek persemesternya menjadi 3-4 bulan.  

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Zoom meeting PPI Sri Lanka, 2021. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Sistem pendidikan di Sri Lanka menganut British education sistem yang lama dan keadaaan perkuliahan di Sri Lanka ini juga membuat aku kaget, karena sangat kompetitif. Sebelumnya, kita harus tahu bahwa Universitas di Sri lanka itu diatur oleh ministry dan semua universitas negerinya itu gratis. Pemerintah Sri Lanka memiliki undang undang bahwa seluruh masyarakat Sri Lanka bisa sekolah sampai S1 secara gratis, tetapi ada seleksinya. Khusus untuk di Universitas, nilai seleksi kita akan dirangking dan kalau nilainya bagus bisa masuk ke Universitas dengan peringkat terbaik seperti Peradeniya University atau Colombo University. Dikarenakan sekolah gratis, maka kita harus bekerja keras dan memberikan performa yang terbaik sehingga kondisi kompetitif itu terbentuk. Selain itu, lapangan kerja yang tersedia juga sedikit, jadi membuat orang-orangnya mau tidak mau harus berusaha semaksimal mungkin. Perlu diketahui bahwa perkuliahan di Sri Lanka itu sangat berat. Di universitas ku, dengan mata kuliah yang rata-rata berjumlah 5-6 per semester, setiap mata kuliah memiliki 2 Assignments paper dengan deadline yang ketat dan berkejaran (rasanya sesak nafas hehe) tidak ada toleransi keterlambatan mengumpulkan assignment paper (terlambat mengumpulkan sama dengan fail), terkadang masih ada tambahan quiz atau classroom test, semuanya itu untuk nilai mid semester dengan bobot nilai 40%, kalau presentase 40% ini dibagi untuk menilai 2 tugas paper dan classroom test bobot nilainya kecil tapi yang harus dikerjakan mahasiswanya jadi banyak dan berat, belum lagi kalau deadline assignment itu mendekati ujian semester, parahnya sih kalau setelah ujian semester kami masih punya deadline assignment paper, benar-benar challenging banget.  Kami juga tidak memiliki banyak waktu untuk mempelajari materi kuliah yang akan digunakan untuk menjawab soal-soal ujian semester yang jawabannya sebenarnya bukan mengacu persis pada materi ya, tapi kami juga dituntut untuk menggunakan critical thinking dan analisa yang baik, tapi kalau tidak mempelajari materi kuliah, pasti kesulitan juga untuk menjawab soal-soal ujian. Lalu ujian semesterannya full essay dan tidak ada multiple choice. Umumnya soal ujian hanya 5 soal dan kami hanya perlu menulis jawaban untuk 3 soal esai selama 2 jam. Aku hanya bisa menulis jawabanku maksimal 3-4 lembar folio untuk setiap pertanyaan, sedangkan teman-temanku bisa menulis jawaban pada setiap pertanyaan sampai 1 buku (8 lembar folio) bahkan lebih, mereka sangat cepat dalam menulis. 

Kehadiran kelas tidak diberi nilai beda banget dengan saat kuliah di Indonesia, jumlah kehadiran kelas itu di sini hanya untuk persyaratan untuk bisa mengikuti ujian semester (kehadiran wajib 80%). Kondisi ini dirasakan oleh teman-teman lokal juga, mereka merasa perkuliahannya sangat berat sehingga banyak yang stres. Selain itu kebayang kan, kalau ada strike maka ada waktu yang terpotong, jadwal libur semester pun sering terpotong karena exam yang tertunda atau assignment kuliah. Ada lagi, kalau penilaian di Sri Lanka juga susah karena dosennya sangat strict dengan nilai, untuk dapat nilai bagus susah banget. Selain itu, karena kondisi perkuliahan yang padat maka agak susah untuk berorganisasi karena waktu yang tidak ada. Pada saat aku skripsi, aku sangat bersyukur karena dosennya bisa dihubungi kapanpun (fleksibel) berbeda dengan di Indonesia yang seringnya hanya mau dihubungi pada waktu-waktu tertentu saja. 

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Foto seangkatan departemen Hukum. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Sri Lanka memiliki 3 suku, dengan mayoritas sukunya adalah Sinhala (kebanyakan menganut agama Budha, meskipun ada yang menganut agama Katolik atau Kristen), dan dua suku lainnya; suku Tamil (kebanyakan menganut agama Hindu, meskipun ada yang menganut agama Katolik atau Kristen) dan Muslim. Bercerita tentang kehidupan di Sri Lanka, orang-orang di Sri Lanka itu sangat ramah, sayangnya kehidupan sosialnya masih terkotak-kotak, teman-temanku di kampus kebanyakan memilih berkelompok sesuai dengan sukunya masing-masing, agak susah membaur. Departemen hukum (jurusan kuliahku) dosen-dosennya menurutku cukup bijaksana, misalnya seperti saat ada tugas yang harus dikerjakan kelompok, dosen-dosen dari departemen ku kebanyakan tidak mengijinkan kami untuk membentuk kelompok sendiri, pada saat ada tugas kelompok biasanya dosen sudah menentukan kelompoknya dan dipastikan ketiga suku tersebut tersebar rata di tiap kelompok. Kalaupun kelompok harus dibagi sendiri, dosen pasti akan memberi ketentuan bahwa kelompok untuk tugas tersebut harus berdasarkan urutan no absen.

Senangnya kuliah di Sri Lanka, sebagai foreigner, aku cukup diperlakukan berbeda, tapi dalam lingkup yang positif, saat belanja di pasar, aku lebih mudah dikenali, meskipun aku foreigner, setiap belanja makanan, harga makanan yang ditawarkan padaku tidak pernah lebih mahal dari harga untuk orang lokal, sering banget dapat diskon. Kehidupan sosial di Sri Lanka, meskipun terkotak-kotak, tapi justru membuat aku lebih mudah bersosialisasi, keramahan orang-orang Sri Lanka itu sangat berbeda, meminta bantuan dengan orang-orang lokal entah yang mengenalku atau tidak cukup mudah (peduli banget), aku jadi nyaman banget dan tidak terlalu khawatir ketika bepergian. WNI di Sri Lanka juga banyak yang baik, beberapa seperti keluarga sendiri meskipun aku tidak memiliki keluarga (dalam artian sebenarnya) di Sri Lanka. Aku juga merasa lebih bebas berteman dengan siapa saja, lingkup pertemanan itu juga membuatku jadi lebih open minded, aku yang sebelumnya tidak pernah punya teman dari kalangan Biksu, selama di negara ini, aku bisa berteman baik dengan mereka, belajar beberapa teknik menenangkan diri dari mereka, bahkan aku nyaman juga bercerita tentang permasalahan yang aku hadapi dengan mereka. Teman-teman seangkatanku yang kompak dan sering banget menawarkan diri memberi bantuan ketika aku menghadapi kesulitan meskipun aku tidak meminta bantuan mereka. Dosen-dosen yang kebanyakan perhatian dengan mahasiswanya, saat aku pernah mengalami kejadian yang sangat tidak mengenakkan, beberapa dosenku bahkan langsung meneleponku, mereka juga fast respon jika dihubungi. Semua staff di universitasku juga sangat ramah, meskipun untuk sistem administrasinya sangat ribet. 

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Foto untuk kelulusan di departemen hukum, 2022. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Apa sih yang membuat kamu jatuh cinta dengan Sri Lanka?

Sri Lanka itu negaranya indah, tempat wisatanya juga banyak. Orang-orangnya baik dan ramah, menurutku lebih ramah dari orang Indonesia. Hari pertama aku di Sri Lanka, aku pernah tersesat dan pas minta tolong ke orang lokal, sampai ada 7 orang yang bantuin aku untuk sampai ke rumah. Bahkan saat aku salah naik bus ya, kondektur busnya tidak meminta uang tiket, malahan menitipkan aku ke bus lain dan mereka disuruh untuk jagain aku selama perjalanan. Orang-orangnya sebaik itu, apalagi kebanyakan orang Sri Lanka bisa bahasa inggris, jadi tidak ada kendala bahasa. Transportasinya juga mudah dan murah. Pemandangan alamnya juga indah banget dan cocok untuk berwisata! Oya di Sri Lanka itu banyak banget anjing liar berkeliaran tapi tenang saja anjingnya jinak dan mereka bisa menjadi teman berbulu berkaki empat yang menyenangkan. Banyak banget hal-hal di Sri Lanka yang membuat aku jatuh cinta, sampai agak sulit bagaimana untuk menceritakannya. 

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Salah satu bangunan di Kandy-Sri Lanka. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Jadi penasaran, kalau makanan di Sri Lanka bagaimana?

Makanan Sri Lanka itu identik dengan kari padahal kari itu sebutan untuk kuah (gravy) yang memiliki rasa masala (bumbu ya bukan masalah). Sri Lanka juga identik dengan lauk dal (bentuknya seperti kacang kedelai) olahan rasanya belum tentu cocok dengan lidah orang Indonesia sehingga biasanya kalau mau makan saat di Sri Lanka, pesan aja fried rice atau nasi gurang (iya pakai u bukan o). Hanya saja fried rice itu literally nasi yang digoreng pakai minyak dengan bumbu tapi nggak pakai kecap sedangkan nasi gurang itu yang pakai bumbu dan kecap seperti nasi goreng Indonesia. Selain itu, Sri Lanka terkenal dengan milk tea, kalau mau beli teh harus pesan dengan jelas, kalau hanya bilang “teh” saat pesan, seringnya yang disajikan adalah milk tea. Kalau yang dimaksud adalah pesanan “teh” yang biasa seperti di Indonesia, saat pesan harus bilang mau beli plain tea. 

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Lotus Tower, Colombo – Sri Lanka. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Setelah lulus apa nih rencana ke depannya?

Aku berencana untuk kembali ke Indonesia secepatnya karena kondisi negara yang kurang stabil, aku juga ingin melanjutkan karir ku di Indonesia. Selain itu, aku juga berencana untuk membuka sesi diskusi lagi tentang family law dengan teman-teman WNI yang mixed married dengan WN Sri Lanka dengan waktu yang lebih flexible, supaya ilmu yang aku dapetin nggak sia-sia dan informasi itu bisa membantu siapa saja yang memerlukan untuk aware dengan hukum di Sri Lanka. Sebagai tambahan informasi, WNI di Sri Lanka saat ini kurang lebih berjumlah 200an, kebanyakan dari mereka mixed married dengan WN Sri Lanka.

Cerita Mahasiswa Indonesia Terakhir Penerima Beasiswa dari Pemerintah Sri Lanka
Lebaran 2022 di KBRI Colombo. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Sri Lanka itu negaranya indah lho dan juga tourist friendly, kapan-kapan coba deh berlibur ke Sri Lanka, tapi ketika kondisi negaranya sudah cukup stabil ya.

About Aini:

Aini lahir di kota Batang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia mendapatkan gelar diplomanya di Universitas Gadjah Mada dengan bidang studi Bahasa Mandarin. Kemudian, Ia melanjutkan program Sarjananya dan lulus pada tahun 2022 dengan gelar Bachelor of Law (LLB) di Universitas Peradeniya Sri Lanka dengan beasiswa Sri Lanka Presidential Scholarship for Foreign Students. Aini memiliki hobi menulis dan kerap menuangkan tulisan tentang perjalanan kuliahnya dan pengalaman mengunjungi tempat-tempat wisata di Sri Lanka melalui akun Facebooknya https://m.facebook.com/ain.vouz dan juga pada blog pribadinya: My Diary, a Live Story (ainidn.blogspot.com). Ia berharap dari tulisannya, orang-orang dapat mengenal Sri Lanka lebih dalam.

***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here