Di tengah puncak pandemi di Eropa, Andreas Budiman berjibaku untuk membangun kariernya di kancah global. Setelah menyelesaikan studi S2 di Sciences Po, Paris, ia memutuskan untuk berkarya di kancah global sambil membawa nama Indonesia.
Tantangan yang ia hadapi cukup besar—tidak hanya situasi pandemi yang berdampak langsung pada bursa kerja, tetapi juga pada status visa pelajar internasional yang saat itu dipegangnya. Ia tidak hanya berpacu dengan kesempatan yang semakin sempit, akan tetapi juga dengan keterbatasan waktu.
Pada akhirnya, bersamaan dengan situasi pandemi yang semakin membaik, ia berhasil meraih karier impian, tepatnya di European Environmental Bureau (EEB). Akan tetapi, proses yang ia lewati tidak mudah. Bagaimana kisah Andreas menaklukkan Eropa pada masa pandemi? Simak artikel di bawah ini, yang merupakan rangkaian dari perayaan 10 tahun Indonesia Mengglobal—Boundless Possibilities amid Bounded Times.
***
Ketertarikan pada Bidang Komunikasi
Andreas Budiman semenjak dahulu memiliki ketertarikan yang besar pada bidang komunikasi, dimulai saat menempuh studi sosiologi dan media untuk jenjang S1 di The University of Melbourne.
Selepas menyelesaikan pendidikan di jenjang S1, Andre mempraktikkan ilmunya pada berbagai lembaga yang berkaitan dengan bidangnya tersebut, di antaranya di UNDP sebagai Communications and Outreach Assistant dan World Resources Institute Indonesia sebagai Communication Consultant
Pada tahun 2018-2020, ia melanjutkan kuliah S2 di Sciences Po, Paris, mengambil jurusan International Development dengan spesialisasi pada lingkungan dan energi.
Selain itu, semasa menjalani perkuliahan di Sciences Po, ia juga berkesempatan menjadi Research Assistant di UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) yang berkantor pusat di Bonn, Jerman.
Bekerja di European Environmental Bureau: Memecahkan Isu Lingkungan dengan Kampanye Komunikasi
Selepas menyelesaikan Master dari Sciences Po, Andre bekerja sebagai Communication Consultant untuk unit Economic Transition di European Environmental Bureau (EEB). EEB adalah jaringan terbesar organisasi lingkungan di Eropa. Saat ini terdiri dari 180 organisasi anggota di 38 negara, dan mewakili sekitar 30 juta anggota individu dan pendukung.
Sebagai Communication Consultant, Andreas bertanggung jawab untuk mengelola segala aktivitas komunikasi yang berkaitan dengan proyek economic transition di EEB, seperti membangun hubungan dengan berbagai institusi media di Eropa, menulis press release, membangun dan mengimplementasikan strategi komunikasi serta mengorganisasi kegiatan kampanye komunikasi.
Salah satunya, beberapa waktu lalu, Andreas berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan kampanye yang dilakukan oleh EEB yang ditujukan untuk European Commission.
“Saya, didukung oleh beberapa Communication Officers bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengeksekusi kampanye yang bertujuan untuk memberikan highlight pada pentingnya menempatkan kesejahteraan dan keberlanjutan sebagai inti dari kebijakan UE,” tutur Andreas.
Andreas mengakui, bagian yang paling menyenangkan dari pekerjaannya di EEB, adalah kesempatan untuk bertemu dengan rekan-rekan kerja yang juga passionate dengan apa yang mereka kerjakan.
“Setiap hari ketika bekerja saya merasa bahwa saya melakukan usaha bersama-sama dengan rekan-rekan saya untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.”
Selain itu, hal lain yang menurut Andreas ia syukuri dari pekerjaannya adalah kesempatan untuk mempelajari isu-isu dan berbagai aspek yang berkaitan dengan lingkungan, seperti ekonomi sirkular, gender, chemical waste, environmental justice. Bagi Andreas, kesempatan tersebut belum tentu didapatkan di luar EEB.
Mencari Pekerjaan pada Masa Pandemi dengan Status Pelajar Internasional: Bergelut dengan Ketidakpastian
Andreas mengingat bagaimana kondisi Eropa saat menyelesaikan kuliah S2-nya—saat itu Eropa sedang berada pada puncak pandemi, di mana pandemi tidak hanya memberikan dampak pada aspek kesehatan, tetapi juga pada aspek sosio—ekonomi, sehingga salah satu implikasinya adalah lapangan kerja yang semakin minim.
Sektor yang Andreas geluti merupakan sektor yang bergantung pada pendonoran. Di masa pandemi, pemerintah dan donor-donor memfokuskan pendanaan pada proyek-proyek yang berkaitan dengan pandemi, hal ini menyebabkan lapangan pekerjaan yang terbuka menjadi jauh lebih kecil.
Dengan visa international student yang ia pegang saat itu, persyaratan yang harus dipenuhi untuk direkrut untuk menjadi karyawan tetap pun semakin ketat. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh perusahaan saat merekrutnya sebagai karyawan tetap, seperti standar gaji minimal 1,5 kali lipat gaji dari gaji minimal regional, sponsorship visa dan sebagainya.
Beruntung, sejak bulan Juli 2020, Andreas melakukan internship di sebuah NGO energi terbarukan di Paris bernama REN21. Pada bulan Januari 2021, saat periode magang berakhir, pihak NGO menawari Andre untuk meneruskan pekerjaan dengan mereka sebagai Communication and Outreach Assistant dengan visa freelance. Hal tersebut sangat membantu Andre dimana dengan visa freelance, ia diizinkan untuk tinggal di Perancis hingga satu tahun mendatang.
Selama bekerja di REN21, Andre tetap menyebarkan aplikasi kerja melalui berbagai channel, seperti LinkedIn, EuroClimateJobs dan lain-lain. Ia sempat hampir menyerah dan memutuskan untuk pulang ke Indonesia, karena dari sekian wawancara pekerjaan yang ia lewati belum ada yang membuahkan hasil, sementara kontraknya dengan REN21 akan berakhir pada September 2021.
Akan tetapi, pada bulan November 2021, ia mendapatkan panggilan kerja dari organisasi tempat ia bekerja sekarang. Pada bulan Januari 2022, ia resmi bekerja di European Environmental Bureau dengan posisi permanen.
Mengenal Diri Sendiri: Kunci Berkarya di Kancah Global
Dari pengalamannya, Andreas belajar bahwa kunci untuk memenangkan persaingan di kancah global adalah dengan mengenali diri sendiri. Menurut Andreas, pada saat tersulit dari proses pencarian kerja, besar kemungkinan bagi kita untuk melakukan aplikasi ke perusahaan apa pun.
Akan tetapi, berdasarkan pengalaman yang pernah ia lewati, justru ketika kita bersikap selektif, kita akan lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya untuk menyiapkan aplikasi, seperti membangun CV, surat motivasi, berlatih wawancara dan persiapan lainnya.
“Tetapi untuk mencapai titik itu, kita pertama-tama harus benar-benar tahu apa yang kita mau, dan juga apa target kita ke depannya. Di sektor dan bidang apakah kita ingin mengejar karier kita. Butuh waktu yang tidak pendek untuk saya memikirkan hal-hal ini,“ ungkapnya.
Tips untuk Berkarya di Kancah Global secara Profesional
Berikut tips-tips dari Andreas Budiman untuk Sahabat Indonesia Mengglobal yang ingin berkarya secara profesional di tingkat global:
- Pelajari sebanyak-banyak nya bahasa yang kamu bisa: Bahasa membuka banyak sekali pintu. Dengan kemampuan berbicara banyak bahasa, Anda dapat membangun relasi/hubungan dengan lebih banyak orang. Melalui relasi/hubungan ini, Anda tidak tahu kesempatan apa yang terbuka.
Banyak perusahaan juga menjadikan kemampuan bahasa sebagai syarat. Sebagai contoh, banyak perusahaan di Prancis menjadikan kemampuan bahasa Prancis yang baik sebagai syarat untuk diterima bekerja. - Kembangkanlah kemampuan berkomunikasi lintas budaya yang baik: Kemampuan berkomunikasi lintas budaya yang baik, baik secara lisan maupun non-lisan, akan membukakan banyak sekali pintu. Ketika Anda ingin berkarier secara profesional di kancah global, Anda harus bisa membangun hubungan yang baik dengan orang yang bukan berasal dari budaya Anda. Bagaimana Anda berkomunikasi dengan orang tersebut, dengan mempertimbangkan budayanya, menjadi sangat penting.
- Seringlah membaca: Dengan banyak membaca, Anda menjadi tahu hal apa yang sedang terjadi di luar sana. Dengan mengetahui hal apa yang sedang terjadi di luar sana, Anda dapat menjadi lebih sadar hal apa saja/kesempatan apa saja yang dapat saya lakukan/ambil di luar sana. Isu/permasalahan apa saja yang saya dapat coba selesaikan, hal apa saja yang saya dapat berkontribusi. Dengan banyak membaca, Anda menjadi lebih mengenal diri Anda.
***
Artikel ini ditulis oleh Content Director untuk UK dan Europe dari Indonesia Mengglobal, Rizkiya Ayu Maulida, berdasarkan wawancara dengan Andreas Budiman, Communication Consultant untuk unit Economic Transition dari European Environmental Bureau
Berikut biodata dari Andreas Budiman:
Andreas Budiman is the European Environmental Bureau’s Communications Consultant. For the past five years, he has worked on climate, energy, and environmental communication for a variety of stakeholders, including government and intergovernmental organizations. He is currently residing in Paris, and in his spare time, he can be found wandering the streets of the city in search of the best arts on the wall.