Kemampuan bahasa Inggris merupakan hal yang penting saat studi atau berprofesi di luar negeri. Program kuliah internasional biasanya pengantarnya dalam bahasa Inggris. Bekerja di lingkungan dengan karyawan yang berasal dari negara yang berbeda, biasanya komunikasinya pun wajib dalam bahasa Inggris. Walaupun tinggal di negara yang bahasa utamanya bukan Inggris, seringkali untuk hidup cukup hanya dengan bisa berbahasa internasional ini.
Terdapat beberapa keadaan yang menuntut kita untuk menguasai bahasa lokal. Misalnya ada kawan saya yang kuliah di Tiongkok, profesornya mengajar dalam bahasa Mandarin di kelas. Ada juga teman saya di Tokyo yang komunikasi dengan rekan kerja dan atasan di kantor dilakukan dalam bahasa Jepang.
Jika tinggal di negara yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris, belajar bahasa lokal memiliki banyak manfaat. Ketika pertama kali berangkat ke Jepang dalam rangka mengikuti program exchange, saya merasakan banyak dibantu oleh orang lokal.
Misalnya pada hari pertama kedatangan, saya ingin jalan-jalan ke salah satu destinasi wisata di Osaka, yakni Shitennouji temple. Walaupun sudah mengikuti peta di Google Maps, saya masih kesulitan menemukan kuil Buddha tertua di Jepang ini. Berpapasan dengan seorang bapak yang terlihat berjalan santai, saya pun bertanya kepadanya dengan menggunakan bahasa Jepang yang terbata-bata. Kebetulan sebelum berangkat saya sudah belajar sedikit bahasa Jepang.
Mungkin karena mendengar orang asing seperti saya berbahasa Jepang, beliau langsung antusias. Beliau dengan semangat mengantarkan saya ke tujuan. Sepanjang berjalanan beliau mengajak saya mengobrol, mulai dari menyakan asal, tujuan datang ke sini, berapa lama akan tinggal, dan beragam pertanyaan lainnya. Beberapa kali ia mengatakan, “nihonggo jouzu”, yang kurang lebih artinya bahasa Jepang saya bagus. Padahal saya hanya mengerti sedikit bahasa negeri matahari terbit ini.
Untuk belajar bahasa asing, orang Indonesia sudah punya modal. Dari kecil kita sudah terbiasa terekspos dengan lebih dari satu bahasa, setidaknya bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahkan menurut survei dari SwiftKey, Indonesia merupakan negara dengan proporsi propulasi trilingual (dapat berbicara dalam tiga bahasa) tertinggi di dunia. Lidah kita juga fleksibel dalam berbicara bahasa lain. Saat berbicara bahasa asing, logat Indonesia tidak terbawa. Berbeda dengan misalnya orang India, Perancis, dan Jepang yang berbicara bahasa Inggris. Masih ada aksen bahasa ibu yang terbawa ketika berkomunikasi.
Kebetulan saya pernah mendapatkan kesempatan tinggal di Taiwan untuk belajar bahasa Mandarin dengan beasiswa dari Kementerian Pendidikan setempat. Berdasarkan pengalaman ini, ada beberapa tips yang dapat membantu kita untuk menguasai bahasa lokal ketika tinggal di luar negeri.
1. Ambil Kuncinya
Setiap bahasa memiliki “kunci” masing-masing. Misalnya untuk bahasa Jepang kita perlu tahu ada tiga jenis karakter yang digunakan: Hiragana, Katakana, dan Kanji. Untuk bahasa Perancis di awal kita perlu menguasai pembacaan abjad yang berbeda dengan a, b, c pada bahasa Indonesia. Termasuk beberapa hurur e yang berbeda (é, è, dan ê). Selain itu perhitungan angka dalam bahasa Perancis juga jadi kunci untuk belajar bahasa. Jika dalam bahasa Inggris angka 97 diucapkan sebagai 90 + 7 (ninety seven), dalam bahasa Perancis penyebutannya menjadi (4x 20) + 10 + 7 (quatre-vingt-dix-sept).
Untuk bahasa Spanyol yang cara membaca abjadnya mirip dengan bahasa Indonesia, kuncinya adalah mengenal perubahan verba saat bertemu subjek yang berbeda. Mirip seperti bahasa Inggris: I eat, you eat, he eats, tetapi bahasa Spanyol lebih banyak lagi kombinasi subjeknya.
Ketika belajar Mandarin, menurut saya kuncinya terletak pada pengucapan huruf dan penguasaan nada. Untuk memudahkan dalam belajar bahasa Mandarin, terdapat pinyin, yang menggambarkan pembacaan sebuah karakter Mandarin dalam tulisan romawi. Setiap karakter dalam bahasa Mandarin memiliki pengucapannya masing-masing, dan jika salah ucap artinya bisa berbeda.
Misalnya ada huruf pinyin K dan G. Huruf K dibaca dengan angin, seperti ada huruf ‘h’ setelahnya. Sedangkan huruf G dibaca seperti huruf K tanpa keluar angin. Saat kita sakit dan ada kawan yang bertanya, “kàn yīshēng le ma (apakah sudah menemui dokter)?” dan kita jawab, “gàn le (sudah potong)”, artinya akan lain. Seharusnya kita bilang, “kàn”, dengan mengeluarkan angin namun yang terucap adalah, “gàn”, tanpa angin. Teman kita mungkin mengeryitkan dahi karena kebingungan dengan pernyataan kita yang bilang sudah memotong dokter.
Mandarin merupakan salah satu bahasa yang memiliki nada. Terdapat empat jenis nada yang ada pada bahasa yang sudah dituturkan ribuan tahun ini. Untuk kata yang sama, jika diucapkan dengan nada yang berbeda artinya akan lain. Contohnya kata ma. Jika diucapkan dengan nada 1 yang datar, mā, artinya adalah mama atau ibu. Apabila diucapkan dengan nada 2 yang naik, má, artinya komplikatif atau merepotkan. Ketika mengucapkannya dengan nada 3 yang turun dulu baru naik, mǎ, artinya menjadi kuda. Saat pengucapannya dengan nada 4 yang dibanting turun, mà, artinya menjadi marah. Oleh karena itu agar kata yang ingin disampaikan memiliki makna yang tepat, kita perlu memperhatikan dengan seksama nada yang dicuapkan.
Merek waralaba es krim yang sedang menjamur dari Tiongkok, Mixue, cara membaca yang benar adalah Mìxuě. Kata Mì dan xuě diucapkan terpisah, bukan digabung menjadi “Miksue” atau “Misyue”. Mì dilafalkan dengan nada 4 dan xuě diucapkan dengan nada 3. Jika pengucapannya tidak benar, seperti Mìxué, dengan nada 4 yang dibanting dan nada 2 yang naik, artinya secara harfiah adalah lubang madu. Kata ini adalah merupakan bahasa kasual untuk menyebut alat reproduksi wanita.
Apabila sudah menguasai kunci sebuah bahasa asing, untuk mempelajari lanjutannya akan lebih mudah. Memegang kunci ini juga dapat membuat penguasaan bahasa dapat lebih cepat. Jika mau belajar ototidak juga tidak masalah.
2. Kenal Budaya, Tahu Bahasa
Bahasa setempat tidak terlepas dari budaya negara tersebut. Bahasa Mandarin, yang sudah diucapkan di peradaban Sungai Kuning ribuan tahun lalu ini, sudah mengalami beberapa kali perubahan. Namun konsep dasarnya tetap pictograph: tulisan yang dibuat dari gambar. Misalnya untuk matahari yang bahasa Mandarinnya 日 (rì), awal mula orang zaman dahulu melihat bulatan di langit dan menggambarnya sebagai lingkaran dengan titik di tengahnya. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya tulisan, sekarang karakter matahari yang standar ditulis sebagai persegi panjang dengan garis di tengahnya.
Di pekan awal belajar bahasa Mandarin, saya sempat kesulitan menghafal karakter atau aksara Mandarin. Profesor saya mengatakan untuk mengingat karakter buatlah cerita dari huruf tersebut. Karena huruf-huruf Mandarin merupakan piktograf, ada objek yang melatarbelakangi bentuk karakter tersebut.
Misalnya bahasa Mandarin rumah adalah 家 (jiā). Bagi saya karakter tersebut merupakan karakter yang cukup sulit. Ada sepuluh guratan yang dibutuhkan untuk menuliskannya. Guru saya menceritakan asal usul karakter tersebut. Zaman dahulu setiap rumah memiliki peliharaan babi yang tinggal di dalamnya. Salah satu fungsinya untuk bahan makanan. Karakter 家 (jiā) disusun dari karakter atap (宀, mián) yang berada di atas dan karakter babi (豕, shǐ) di bawahnya. Jadi rumah itu adalah atap yang di bawahnya ditinggali babi. Sejak saat itu saya tidak pernah lupa akan makna karakter ini dan berusaha merajut cerita untuk menghafal karakter dengan mudah.
Ketika belajar bahasa saya juga jadi mengenal budaya lebih dalam. Apakah kamu familiar dengan takhayul angka empat yang membawa sial? Misalnya tidak ada lantai 4 di gedung kantor atau pusat perbelanjaan. Nomor kamar di hotel setelah nomor 2 ada nomor 3, kemudian langsung nomor 5. Dalam bahasa Mandarin, angka 4 itu dibaca sì (四) yang juga sama dengan pengucapan mati (sì, 死). Makanya penggunaan angka empat dihindari agar tempat tersebut terhindar dari asosiasi kematian.
Selain contoh kaitan antara budaya dengan bahasa Mandarin di atas, masing-masing bahasa pasti memiliki unsur budayanya tersendiri. Dengan belajar bahasa ada nilai budaya yang dapat dipahami. Dan dengan mengenal budaya akan membuat proses belajar bahasa semakin mudah.
3. Sering Gunakan Bahasa yang Dipejalari
Berkesempatan untuk belajar bahasa langsung di negaranya merupakan keberuntungan yang besar. Apa yang dipelajari di buku dan di kelas dapat langsung dipraktikkan kepada orang lokal.
Saat menempuh studi di luar negeri, kampus biasa menyediakan fasilitas mahasiswa internasional untuk mengikuti kelas belajar bahasa. Seringkali kursus ini dapat diikuti secara cuma-cuma. Kalaupun tidak gratis, masih dalam rentang harga yang terjangkau untuk mahasiswa. Kesempatan ini perlu dimanfaatkan dengan baik.
Berdasarkan pengalaman saya, beberapa bahasa pada buku teks berbeda dengan bahasa sehari-hari. Misalnya kita tahu sapaan yang umum dalam bahasa Mandarin adalah 你好 (nǐhǎo). Padahal orang Tiongkok sendiri jarang menggunaan sapaan tersebut. Mereka lebih terbiasa menyapa dengan ‘halo’, ‘hei’, atau langsung menyebutkan nama.
Di kelas bahasa Mandarin saya mempelajari satu jenis pertanyaan untuk menanyakan asal negara. Ketika pergi ke pasar, di transportasi umum, atau di tempat wisata, ternyata ada tiga cara lainnya yang biasa orang Taiwan utarakan dalam menanyakan asal negara kepada saya. Saya pun belajar dari mereka beragam cara berbeda untuk mengucapkan suatu kalimat.
Selain belajar bahasa populer langsung dari warga lokal, perlu ada komitmen dari diri sendiri. Saya tinggal di Taipei. Tinggal di Ibukota membuat penggunaan Bahasa Inggris saja cukup untuk hidup. Petunjuk jalan, papan informasi, menu di restoran, dan pengumuman ditulis dalam bahasa Mandarin dan Inggris. Masyarakat kota, terutama generasi muda, dapat berbahasa Inggris dengan fasih. Apalagi karena berada di lingkungan mahasiswa internasional membuat komunikasi lebih nyaman dalam bahasa Inggris. Selain di kelas, saya malas untuk menggunakan bahasa Mandarin.
Momen yang menjadi titik balik saya untuk lebih serius belajar basa Mandarin adalah ketika kehilangan tas. Kisah lengkapnya pernah saya ceritakan di sini. Intinya adalah tas saya tertinggal di bus, dan ketika menghubungi operator bus menggunakan bahasa Mandarin. Alhamdulillah ketika ditemukan semua isi tas, termasuk dompet dan uang beasiswa di dalamnya, masih utuh. Semenjak saat itu saya berkomitmen pada diri sendiri untuk selalu menggunakan bahasa Mandarin setelah melangkahkan kaki keluar dari asrama.
Kita juga bisa mengambil pelajaran dari orang Indonesia yang sudah tinggal lebih dulu tinggal di luar negeri. Terutama jika bekerja di sana, hampir bisa dipastikan mereka bisa bahasa lokal. Saya kagum kepada para PMI (Pekerja Migran Indonesia) yang bekerja di perantauan. Sebelum berangkat ke Taiwan, mereka hanya diberikan bekal belajar bahasa selama tiga pekan, atau bahkan kurang. Namun setelah bekerja di Taiwan, mereka sudah cakap bicara layaknya warga lokal. Salah satu cara bisa mahir dalam waktu cepat adalah karena keterpaksaan untuk bisa mengerti bahasa Mandarin untuk berbicara dengan akong atau ama yang mereka rawat.
Belajar langsung untuk berkomunikasi dengan native speaker di negaranya merupakan kondisi yang ideal untuk semakin mahir belajar bahasa asing. Jika tinggal di Indonesia dan minim kesempatan untuk berinteraksi dengan penutur asli, masih ada kesempatan untuk melakukannya melalui platform daring. Kita bisa memanfaatkan Omegle, media yang menyediakan fasilitas mengobrol dengan video call dengan orang dari seluruh penjuru dunia.
Internet juga memudahkan untuk melakukan language exchange. Di Facebook (FB) banyak grup yang dapat mengakomodasi penggunanya untuk melakukan pertukaran bahasa. Misalnya kita ingin belajar bahasa Perancis untuk persiapan kuliah. Kebetulan ada user asal Perancis yang ingin belajar Bahasa Indonesia karena akan ditempatkan untuk bekerja di Jakarta. Kita dapat menjadi partner untuk saling belajar bahasa masing-masing. Selain grup FB ada juga situs yang dapat memfasilitasi pertukaran bahasa ini seperti Conversation Exchange, Italki, Tandem, dan Meetup.
.
Jika tinggal di negara yang bahasa resminya bukan Inggris, apabila kita bisa berbicara bahasa lokal akan banyak manfaat yang dirasakan. Untuk mempercepat proses belajar bahasa asing, kita dapat menerapkan tiga tips yang disebutkan di atas: temukan dan dapatkan “kunci” bahasanya, kenali budaya untuk mengetahui lebih dalam bahasanya, serta sering-sering pergunakan bahasa yang sedang dipelajari dengan penutur asli.