Perjuangan Meraih Beasiswa LPDP: From Binjai to Manchester

1
1394
Berfoto di depan Old Trafford Stadium, Manchester bersama teman-teman mahasiswa dari Leeds (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Berbicara tentang sekolah ke luar negeri, siapa yang tidak ingin? Bisa duduk di bangku universitas top di bidangnya, apalagi dibiayai penuh oleh beasiswa. Hal ini telah menjadi impian seorang pemuda dari Binjai bernama Zulfan Mukhri. Berawal dari tahun tahun 2015 lalu, Zulfan telah menghadiri seminar LPDP di Medan dan bertekad mempersiapkan diri untuk mendaftar. Namun perjalanannya tidak semulus yang dipikirkan, Zulfan harus mengalami banyak rintangan dan kegagalan sampai akhirnya bisa meraih beasiswa LPDP dan berangkat ke Inggris tahun 2022.

Simak cerita lengkap perjuangan Zulfan meraih beasiswa LPDP di  kota Manchester.

***

Dari Kota Rambutan Menuju Kota Vimto

Halo, sahabat Indonesia Mengglobal. Perkenalkan saya Zulfan Mukhri, salah seorang penerima Beasiswa LPDP jalur afirmasi tahun 2022 yang sekarang sedang menempuh pendidikan Magister di the University of Manchester, Inggris untuk program studi MA TESOL. Sebelumnya saya menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang keguruan untuk program Pendidikan Bahasa Inggris dari sebuah kampus swasta di Sumatera Utara yaitu STKIP Budidaya Binjai. Benar sekali! Saya berasal dari Binjai, sebuah kota yang letaknya kurang lebih 25 kilometer di sebelah barat kota Medan dan juga dikenal karena buah rambutan dan “Salam dari Binjai”-nya. 

Menmaen lah kelen ke sana wak!

Reminiscence of the Old Days : Terus Mencoba Meski Gagal

Saya berdiri di sebuah jalan yang ramai dilintasi mahasiswa, bus bertingkat dan mobil taksi hitam yang klasik; Oxford Road sedang hangat disertai angin musim gugur dari arah timur. Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya memandang Arch yang identik dengan the University of Manchester yang sebelumnya hanya dijadikan tampilan desktop komputer tabung di rumah. Tanggal 21 September 2022 adalah “woahhh” perdana saya ketika tak habis-habisnya mengucap syukur bisa berdiri di depan Whitworth Hall dan akan menghabiskan waktu 12 bulan ke depan untuk bersekolah di sana.

Suasana di depan Whitworth Hall tepat di seberang lengkungan (arch) the University of Manchester (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Suasana di depan Whitworth Hall tepat di seberang lengkungan (arch) the University of Manchester (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kemudian ketika saya  duduk di bangku kayu Brunswick Park di seberang arch yang padat dihuni mahasiswa yang sedang berjemur, ada rekaman masa lalu yang memutar. Tahun 2017 adalah percobaan pertama saya untuk melamar beasiswa ke Inggris, tepatnya dengan pilihan studi ke Newcastle University. Barangkali karena alibinya “coba-coba” jadi kegagalan itu mutlak terjadi. Benar saja, saya hampir dua minggu merenung tidak keluar rumah setelah mendapati pengumuman ketidaklulusan wawancara (tahapan substansi) LPDP di tahun itu.

Tidak berhenti ikhtiar, saya paksakan untuk menjajal lagi di gelombang berikutnya. Pilihan sekolah menuju the University of Leeds pun tampak meyakinkan karena kali itu saya sudah menggenggam LoA (Letter of Acceptance). Anak muda yang sukar patah arang, berharap besar jadi percobaan terakhir untuk merebut Beasiswa LPDP tahun 2018. Karena saat itu aturan tidak membolehkan pelamar mendaftar beasiswa lagi melalui jalur afirmasi prasejahtera jika tanggal lulus sarjana sudah lebih dari dua tahun. Atau opsi lainnya, mengikuti seleksi jalur reguler atau mendaftar beasiswa lain. Hasil wawancara diumumkan, rasanya Maghrib itu ingin kabur dari semua rutinitas, urusan dan pekerjaan. “Mak, gagal lagi” menggumam sembari mengucurkan air mata di depan mamak yang mukanya ikut sembab.

From Nowhere to Now Here

Perjalanan saya menuju Inggris bermula ketika api resilience itu terpantik sepanjang hengkang dari urusan beasiswa di tahun 2018 akhir hingga masa-masa pandemi. Banyak sekali pelajaran berharga yang didapat, seperti bercermin mencari titik kuat maupun lemah dalam diri. Hingga akhirnya berani untuk kembali mencoba Beasiswa LPDP tahun 2021 setelah berseliweran kabar di Telegram bahwa ada kebijakan terbaru yakni pelamar dari keluarga penerima KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) atau merupakan anak pertama yang mendapatkan gelar sarjana dan sedang mengejar gelar Magister masih diperbolehkan untuk mendaftar lewat jalur afirmasi. Alhamdulillah, kedua syarat itu masih bisa dipenuhi.

Perjuangan Meraih Beasiswa LPDP: From Binjai to Manchester
Family gathering di Platt Fields Park bersama PPI Greater Manchester 2022-2023 (Sumber: Dokumentasi PPI Greater Manchester)

Minggu-minggu awal bernapas di Manchester rasanya engap karena masih sulit beradaptasi sosial dan kultur apalagi harus mengatur waktu untuk mengikuti PK LPDP Angkatan 193 secara daring, dimana saat itu waktu Inggris berselisih enam jam di belakang Indonesia sehingga harus terbangun pagi buta untuk menghadiri setiap sesi awal PK. Apalagi saya yang belum mendapatkan akomodasi tetap, hingga ada saja distraksi sepanjang sisa September itu (*tips dari saya untuk kalian yang akan segera berkuliah ke luar negeri, persiapkan akomodasi tempat tinggal jauh-jauh hari sebelum tiba ke negara tujuan).

Jadwal induction week yang sempat bentrok dengan agenda PK mengharuskan saya mengikuti sesi Zoom meeting sembari mendengar staf pengajar memberi introduksi mata kuliah di kelas. Namun PK cukuplah acara sepuluh hari yang takkan lebih berat dari seabrek tugas literature readings atau memikirkan apa yang harus dimasak besok pagi. Meskipun begitu, suguhan welcoming awardees yang diberikan oleh PPI Greater Manchester maupun MA TESOL Cohorts Welcoming oleh para staf pengajar di jurusan saya cukup mengalihkan rasa cemas.

Perjuangan Meraih Beasiswa LPDP: From Binjai to Manchester
Acara closingan semester 1 bulan Desember yang diadakan oleh para staf program studi MA TESOL, the University of Manchester (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Adaptation Looks Like a Rollercoaster

September berlalu, memasuki hari-hari penuh selebrasi seperti ikut merayakan Thanksgiving di bulan Oktober dengan teman-teman sekelas, menikmati salju pertama di depan rumah sembari menjalani winter break yang lamanya nyaris tujuh minggu, dan menutup semester pertama di bulan Desember dengan ikut pesta kecil yang dibuat oleh staf prodi. Cukup baru dan seru, hingga momen perayaan berujung terjangkit demam tinggi sehari setelah mendengar kabar bahwa hampir sekelas tumbang oleh gejala Covid-19.

Perjuangan Meraih Beasiswa LPDP: From Binjai to Manchester
Berkunjung ke Liverpool bersama rombongan teman-teman dari Day Trip Society UoM pada bulan Februari 2023 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Secara personal saya berpikir pergi jauh ke luar negeri bukan semata-mata hanya untuk berkuliah saja, melainkan juga diselingi berteman dengan para mahasiswa dari negara lain. Dengan berawalnya tahun 2023, ada rasa transformasi untuk menjadi diri yang lebih tegar mengingat tiga bulan sebelumnya yang cukup struggling. Rasa tegar ataupun resilience inilah yang memfondasikan saya untuk terus bangkit meskipun tidak jarang mendapati kegagalan. Untuk teman-teman yang sekarang sedang berada di tahap aplikasi beasiswa ke dalam maupun luar negeri, atau yang sedang menjalani perkuliahan agar senantiasa keeping on track meskipun sering track-nya tidak mulus. Berusahalah terus setelah puluhan kegagalan karena pintu masuk itu tidak hanya ada satu. Jikapun tidak ada, dobrak pintumu sendiri. Semangat!

Editor: Dwiki Setiawan

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here