Indah sedang membacakan buku bergambar untuk murid-muridnya (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Istilah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Indah Shafira Zata Dini, atau yang disapa Indah, adalah seorang konsultan pendidikan yang sedang merintis lembaga pendidikan untuk anak prasekolah bernama Seruni Montessori. Ketertarikan Indah terhadap PAUD muncul sejak dia menjalani kuliah S1, yang terus ia perdalam saat S2 dan setelah kembali ke Indonesia. Pada artikel ini, Indah berbagi pengalaman dan perspektifnya mengenai PAUD di Indonesia. Ternyata PAUD tidak hanya sebatas A-B-C dan 1-2-3 lho!
***
Apa yang membuat Indah tertarik untuk berfokus pada pendidikan anak usia dini?
Ketika aku sedang S1 di Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang, aku bekerja paruh waktu sebagai guru PAUD. Pengalaman itulah yang membuat aku mulai tertarik dengan pendidikan anak usia dini. Dalam rentang 4 tahun aku mengajar, aku ikut tumbuh bersama murid-muridku dan bisa melihat perkembangan mereka yang sangat signifikan. Karena itu, untuk penelitian S1 aku coba menghubungkan jurusanku di hubungan internasional dan topik pendidikan dengan mendalami peran institusi pendidikan untuk menjembatani perdamaian. Aku pun semakin tertarik dengan pendidikan dan memutuskan untuk melanjutkan S2 pada program International Education Policy di Harvard University.
Pada saat S2, aku memutuskan untuk melakukan riset tentang peran investasi pemerintah dalam pendidikan anak usia dini terhadap hasil skor PISA. Dengan membandingkan 3 skor PISA terakhir dan kebijakan yang dilakukan oleh berbagai negara 15 tahun sebelumnya, aku menemukan bahwa besaran investasi negara pada PAUD sangat berpengaruh pada skor PISA. PAUD yang berkualitas baik tidak hanya membantu kemampuan calistung (membaca, menulis, dan berhitung) anak ketika masuk sekolah dasar, tetapi berdampak jangka panjang hingga dewasa. It is a lifelong investment.
Bagaimana sampai akhirnya kamu membangun Seruni Montessori?
Ketika S2 di Harvard University, aku menemukan bahwa sebagian besar teman-temanku di Graduate School of Education pergi ke sekolah montessori sewaktu mereka masih kecil. Sedangkan di Indonesia, kurikulum montessori belum diterima secara luas karena metodenya berbeda dengan sekolah konvensional. Konsep montessori sendiri sudah umum digunakan di Amerika Serikat. Meskipun sekolah di Amerika Serikat tidak melabeli diri sebagai sekolah montessori, aku lihat alat bantu yang digunakan juga terinspirasi dari metode montessori.
Sepulangnya ke Indonesia, aku mencoba berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki sekolah montessori. Lalu aku memberanikan diri untuk mengambil diploma montessori. Montessori mengenalkan konsep yang abstrak menjadi konkret. Sebagai contoh, belajar berhitung dimulai dari konsep kuantitas menggunakan benda sebelum masuk ke simbol angka. Maria Montessori sebagai penemu metode montessori sangat meyakini bahwa sesuatu yang dilakukan tangan akan masuk dalam ingatan, sehingga pendekatannya sangat hands on. Semakin dipelajari, aku pun semakin tertarik dan akhirnya membuka Seruni Montessori.
Indah sedang memperkenalkan sensorial tool kepada muridnya (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bagi anak-anak yang dunianya sangat identik dengan bermain, seperti apakah ramuan yang seimbang antara belajar dan bermain?
Anak usia dini tidak memiliki kewajiban untuk belajar karena secara alami mereka memang berada di usia bermain. Hal yang lebih penting untuk anak prasekolah adalah kemandirian dan konsentrasi dengan durasi yang sesuai usianya. Aku merasa pengalaman mengajar di Jepang sudah menerapkan konsep montessori dengan penekanan pada kemandirian dan tanggung jawab.
Secara umum, anak-anak cenderung senang dengan kegiatan yang mereka jumpai di kesehariannya. Pada sekolah montessori ada beberapa area belajar, dan anak-anak cenderung mendatangi area practical life karena ada benda-benda yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sangat penting bagi orang dewasa untuk memberikan ruang kepada anak fokus bereksplorasi menggunakan imajinasinya yang sangat luas, alih-alih mendistraksi dengan banyak pertanyaan atau menunjukkan bagaimana seharusnya sesuatu dilakukan.
Saat ini anak-anak tumbuh dikelilingi gawai yang tentunya memiliki dampak positif dan negatif. Bagaimana cara mengoptimalkan dampak positif gawai bagi anak-anak?
Ini sangat menarik, karena sekarang ada anak-anak yang berkebutuhan khusus bukan hanya karena genetik melainkan juga dari pemakaian gawai. Ketika anak diberikan screen time, sebaiknya orang tua mendampingi untuk menstimulasi interaksi dua arah. Namun orang tua tetap harus menyaring konten tayangan dan membatasi durasinya.
Penggunaan gawai memberikan instant gratification pada anak. Kalau kita kilas balik, dulu kita harus menjalani proses sebelum mendapatkan rasa senang. Misalnya untuk main karet dengan teman-teman, kita harus merangkai karet gelang menjadi tali, lalu kita pergi ke lapangan, baru kita bermain sampai capai. Ada usaha untuk dapat merilis hormon endorfin yang memberikan perasaan senang. Sementara video di gawai memberikan efek rasa senang hanya dengan duduk dan melihat layar. Akibatnya, di dunia nyata anak pun ikut menginginkan segala sesuatu menjadi instan. Hal ini yang aku pandang sebagai risiko besar dari tayangan dan gawai pada anak usia tiga tahun ke bawah.
Bagaimana kondisi PAUD di Indonesia saat ini menurut kacamata Indah?
Aku masih merasa PAUD masih belum menjadi prioritas kebijakan pemerintah di Indonesia, mungkin karena dampaknya belum bisa terlihat dalam jangka pendek. Namun Indonesia sudah mulai bergerak ke arah yang lebih baik, seperti adanya PAUD dalam 26 Episode Merdeka Belajar oleh Kemendikbudristek. Aku berharap di masa mendatang rentang wajib belajar di Indonesia bisa melebar hingga 14 tahun, mulai dari taman kanak-kanak.
Apa yang membuat Indah berminat mengambil program studi International Education Policy saat S2?
Riset saat S1 membuat aku tertarik untuk melanjutkan studi di bidang pendidikan. Ketika sedang mencari program yang cocok, aku merasa International Education Policy sesuai dengan latar belakangku di bidang hubungan internasional dan juga minatku untuk transisi ke sektor pendidikan.
Program ini memberi aku kesempatan untuk melakukan analisis terhadap pendidikan dari berbagai sudut pandang. Ketika berkuliah di Harvard University yang disponsori beasiswa LPDP, aku mengambil mata kuliah tentang pendidikan di area konflik yang membahas pendidikan di refugee camp. Sangat menarik untuk mempelajari perspektif dari pengungsi dari negara-negara timur tengah. Karena programnya tentang kebijakan publik, ada juga kelas statistik yang membuka jalan untuk aku melakukan riset di bidang PAUD. Selain itu, ada juga kelas tentang entrepreneurship yang menugaskan mahasiswa untuk membuat proyek start up atau sekolah. Waktu itu proyek kelompok kami tentang sekolah transisi untuk anak-anak komunitas migran di sebuah masjid di Massachusetts, yang sekarang sangat terpakai saat aku menjalankan Seruni Montessori
Apa harapan kamu untuk PAUD di Indonesia di masa mendatang?
Aku merasa saat ini sudah banyak orangtua yang sadar untuk tidak hanya berfokus pada kemampuan kognitif anak. Namun akses terhadap tempat belajar untuk anak usia dini yang berkualitas masih terbatas pada orangtua yang mengetahui pentingnya pendidikan anak usia dini atau orangtua yang memiliki dana untuk menyekolahkan anaknya sejak usia dini. Intervensi pemerintah sangat penting untuk meningkatkan akses PAUD di seluruh Indonesia dan menurunkan disparitas antardaerah. Aku sangat berharap pemerintah selanjutnya dapat memberikan perhatian lebih pada PAUD.
Apa pesan kamu untuk pembaca Indonesia Mengglobal yang sedang atau berencana untuk melanjutkan sekolah di bidang pendidikan?
Banyak hal-hal baik yang bisa diserap, jadi maksimalkan waktu kalian saat belajar. Cabang ilmu di bidang pendidikan sangat luas dan menarik untuk digali. Melanjutkan studi di program terkait pendidikan sangat membuka kesempatan untuk mengenal inisiatif baru di negara lain. Sebagai contoh, di Amerika Serikat ada lembaga yang berfokus pada pendidikan untuk bayi. Kenali juga bidang-bidang yang sedang berkembang di Indonesia, sehingga ketika pulang ilmunya memang dibutuhkan dan relevan. Pendidikan inklusif merupakan salah satu cabang yang sedang berkembang di Indonesia dan sangat potensial. Coba ikuti berbagai kegiatan seperti sukarelawan, magang, dan kunjungan ke sekolah. Jangan sampai menyesal karena tidak memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya saat bersekolah di luar negeri.
***
Indonesia Mengglobal Bermitra dengan USAID TEMAN LPDP
Jika kamu bercita-cita untuk berkuliah Amerika Serikat seperti Indah, tidak perlu jauh-jauh untuk mencari informasi. Indonesia Mengglobal berkolaborasi dengan USAID TEMAN LPDP untuk mempermudah akses informasi terkait pendidikan sarjana, pascasarjana, dan doktoral di Amerika Serikat. Setiap bulannya akan ada webinar dengan tema-tema menarik yang akan membantu persiapan studimu. Selain itu juga tersedia bantuan finansial untuk peserta Mentorship Program dan PhD Bootcamp yang berencana untuk melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat selama peserta memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Agar selalu mendapatkan kabar terbaru dari kerjasama ini, ikuti instagram @usaidteman ya!
***
Editor: Adibah
Ilmu yang sangat bermanfaat untuk masa depan dan generasi penerus
Setuju! Semoga lebih banyak teman2 penerima beasiswa di LN yang kembali untuk berkontribusi di bidang pendidikan di Indonesia.