Dari Yogyakarta Hingga Amerika Serikat: Pengalaman Mengikuti Fellowship di Harvard University dan MIT

0
209

Setiap orang berhak memiliki mimpi untuk mengenyam pendidikan di luar negeri, termasuk petani muda asal Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti saya. Ada banyak jalan untuk bisa mewujudkan mimpi belajar di luar negeri tersebut, apalagi di kampus yang memiliki reputasi baik. Ada yang melalui studi sarjana hingga pascasarjana, dan ada pula yang melalui program fellowship. 

Fellowship adalah beasiswa jangka pendek yang didanai dan dapat berlangsung dari beberapa minggu hingga beberapa tahun. Fellowship biasanya berfokus pada pengembangan profesional, akademik dan/atau individu. Setiap program fellowship dapat disponsori oleh pemerintah, asosiasi, organisasi, atau lembaga tertentu dengan persyaratan yang berbeda-beda. Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi cerita tentang pengalaman saya mengikuti program The Equity Initiative Fellowship 2024 di Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Dari Yogyakarta Hingga Amerika Serikat: Pengalaman Mengikuti Fellowship di Harvard University dan MIT

Di depan Harvard Medical School. Sumber: dokumentasi pribadi.

Persyaratan dan Proses Seleksi The Equity Iniative Fellowship

Saya sendiri mendapatkan informasi mengenai program ini pada tahun 2021 saat menghadiri lokakarya health equity di Yogyakarta. Di acara tersebut, saya bertemu dengan senior fellows atau alumni dari The Equity Initiative Fellowship dari Indonesia. Pada saat itu, saya belum merasa cocok untuk mendaftar program fellowship ini karena latar belakang saya yang berasal dari sektor pertanian, bukan kesehatan. 

Saya merupakan founder dari Sayur Sleman, platform yang fokus memberdayakan petani dan pedagang sayur dengan nilai wirausaha sosial. Sayur Sleman melayani pemesanan, produksi, dan budidaya sayur serta buah hidroponik. Selain itu, Sayur Sleman juga memiliki program regenerasi petani muda dengan fokus memberi program mentoring dan lokakarya untuk para petani muda. Salah satu motivasi saya untuk mengembangkan program ini adalah untuk menghubungkan para petani pemula dengan mereka yang telah sukses sehingga akses ilmu dapat tersalurkan. 

Dengan latar belakang tersebut, saya mencari tahu lebih dalam mengenai The Equity Initiative Fellowship untuk mencari keterkaitan isu saya dengan topik health equity. Ternyata, sektor pangan juga menjadi salah satu aspek dalam kesehatan global. Oleh karena itu, pada tahun 2023, saya memutuskan untuk mendaftar dengan membawa isu food security untuk kesehatan global. 

Dari Yogyakarta Hingga Amerika Serikat: Pengalaman Mengikuti Fellowship di Harvard University dan MIT

Di depan Harvard TH Chan, School of Public Health. Sumber: dokumentasi pribadi.

Proses pendaftaran The Equity Initiative Fellowship sendiri terbagi menjadi tiga fase. Tahap pertama adalah mengisi formulir informasi singkat. Jika profil pendaftar dinilai menarik, baru diundang ke tahap kedua untuk mengumpulkan esai, video profil, dan surat rekomendasi. Di tahap terakhir, kandidat diundang untuk melakukan wawancara. Proses seleksi ini memakan waktu kurang lebih lima bulan terhitung sejak pendaftaran ditutup di bulan Agustus hingga pengumuman akhir di bulan Desember. 

Pengalaman Belajar di Harvard University dan MIT

Pada tanggal 6-15 Juni 2024, saya mengikuti program Global Learning II di Boston, Amerika Serikat yang berlangsung di dua kampus mitra: Harvard University dan MIT. Belajar di kedua kampus top ini adalah impian saya karena memiliki banyak professor ternama dengan reputasi diakui dunia. Saya mulai mengenal dan mencari tahu kedua kampus ini pada beberapa kesempatan pameran beasiswa saat masih berkuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

Pada hari pertama, saya dan fellow lainnya mengikuti kelas di Harvard Kennedy School dengan topik “Working Poor’” bersama Marty Chen dan “Negotiating the Impossible” bersama Rand Wentworth. Berdasarkan pengalaman saya mengikuti kedua kelas tersebut, materi tentang negosiasi membuat suasana kelas lebih hidup, di mana saya bersama tim berhasil melaksanakan simulasi tiga jenis negosiasi. Kelas ini dirasa sangat penting dan bermanfaaat karena dapat diaplikasikan langsung ketika membuat sebuah keputusan di organisasi, termasuk bisnis. 

Pada hari-hari berikutnya, saya juga belajar dan berdikusi berbagai topik lainnya, seperti Adaptive Leadership, an Approach to Health System Thinking, Equity, Health and Human Rights, Decolonizing Global Health, Euity and Food Security, Public Narrative and Community Organizing bersama Marshall Ganz, serta Evidence for Impact in Health, Education, and Environment bersama J-PAL Poverty Lab di MIT.  Sebagian besar materi dibawakan oleh para pengajar di Harvard School of Public Health dan Harvard Medical School. 

Dari Yogyakarta Hingga Amerika Serikat: Pengalaman Mengikuti Fellowship di Harvard University dan MIT

Usai kuliah singkat di Harvard TH Chan, School of Public Health. Sumber: dokumentasi pribadi.

Tidak hanya kuliah di kelas, para fellow juga mengikuti site visit di Boston Health Care for Homeless People. Di sini, saya menyaksikan pentingnya peran komunitas dan NGO yang kuat untuk peduli dengan orang-orang yang kurang beruntung tanpa diskriminasi. Menurut saya, praktik seperti ini bisa diadopsi di Indonesia supaya akses kesehatan dapat terbuka untuk semua kalangan, termasuk tunawisma.

Di akhir program Global Learning II, sebelum bertolak ke negara masing-masing, saya dan peserta lainnya berdiskusi tentang rencana second year project. Proyek ini merupakan salah satu output The Equity Initiative Fellowship 2024, yakni program kolaboratif lintas negara di Asia Tenggara dan China yang akan didanai oleh penyelenggara. Saya sendiri merencanakan program kaitannya tentang upaya penurunan stunting melalui ketahanan pangan rumah tangga. 

Kesan dan Pesan untuk Calon Pendaftar

Hal paling berkesan selama mengikuti The Equity Initiative Fellowship 2024 bagi saya adalah kesempatan untuk bertemu dengan 29 fellows lainnya dari ASEAN, China, dan Timor Leste serta belajar langsung dengan para ahli di Harvard University. Hal ini merupakan mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya sebagai seorang petani dari kampung yang mendapat peluang untuk belajar di luar negeri lewat program fellowship ini. Setelah program ini berakhir, saya berharap dapat berkontribusi dalam upaya mewujudkan health equity dan social justice secara global melalui peran saya sebagai agri-social entrepreneur dan petani milenial. 

Saya juga berharap semakin banyak pemuda Indonesia yang dapat mengikuti fellowship ini. Saat ini, pendaftaran untuk angkatan 2025 telah dibuka dan dapat diakses melalui website The Equity Initiative Fellowship. Program ini tidak hanya diikuti oleh mereka yang dari latar belakang sektor kesehatan, tetapi terbuka untuk semua professional yang punya antusiasme  dalam mewujudkan akses kesehatan yang setara. 

Pesan saya bagi para pendaftar adalah pastikan telah memenuhi persyaratan yang diminta The Equity Initiative Fellowship. Ketertarikan di isu health equity yang didukung dengan pengalaman yang sesuai adalah hal yang penting untuk diperhatikan karena fellowship ini memang menargetkan para profesional. Selain itu, proses seleksi The Equity Initiative Fellowship ini adalah rolling basis. Artinya, para pendaftar tercepat memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk dipertimbangkan aplikasinya. 

Saya telah membuktikan, bahwa mimpi tinggi yang diiringi dengan usaha dan doa dapat tercapai, tinggal menunggu waktu yang tepat. Semoga perjalanan saya dan 29 fellows The Equity Initiative Fellowship 2024 ini menjadi motivasi dan inspirasi untuk semua. Tetaplah bermimpi, kerja keras, dan berdoa untuk mewujudkannya!

Short Bio

Dari Yogyakarta Hingga Amerika Serikat: Pengalaman Mengikuti Fellowship di Harvard University dan MIT

Janu Muhammad adalah alumni University of Birmingham dan pernah mendapatkan beasiswa YSEALI Academic Fellowship di Arizona State University, ia dapat dihubungi melalui email janu.muhammad2@gmail.com atau Instagram @janu_muhammad

Mimpi Belajar di Amerika Jadi Selangkah Lebih Dekat Dengan USAID TEMAN LPDP

Apakah kalian juga ingin melanjutkan studi lanjut di universitas-universitas di Amerika Serikat seperti Janu? Apakah kalian siap melangkah lebih dekat menuju mimpi-mimpi besar? Sekarang kalian tidak perlu bingung lagi harus memulai dari mana! Indonesia Mengglobal berkolaborasi dengan USAID TEMAN LPDP untuk mempermudah akses informasi terkait pendidikan sarjana, pascasarjana, dan doktoral di Amerika Serikat. Lewat partnership ini, IM dan USAID TEMAN LPDP akan menggelar webinar setiap bulannya dan juga memberikan reward bagi para partisipan Mentorship dan PhD Bootcamp yang tertarik melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat selama partisipan memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Silahkan ikuti Instagram @usaidteman untuk mendapatkan berita terbaru tentang kerjasama ini!

Editor: Annisa Putri

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here