Saya lahir dan besar di Cibaduyut dari keluarga pengrajin sepatu, dari orang tua yang sangat perhatian dengan pendidikan (hatur nuhun salawasna kanggo Ema sareng Bapa). Pendidikan formal saya dimulai dari SD Cibaduyut III, SMP 3, SMA 5 kemudian ITB, semuanya di Bandung. Minat yang tinggi untuk terus sekolah membuat saya selalu mencari peluang dan baru berhenti setelah mendapat tawaran untuk studi pascasarjana dari seorang profesor di Kanada dengan beasiswa research assistanship. Dari sini lah petualangan akademik di mancanegara saya bermula. Awal tahun 2004 saya memulai program doktorat dengan topik penelitian tentang degradable biomaterials for cardiovascular applications dan selesai lima tahun kemudian, berlanjut dengan dua tahun postdoktoral dalam proyek kerjasama dengan sebuah perusahaan medical implants di Barcelona.
Kerinduan pada tanah air cukup terobati ketika kemudian saya bergabung dengan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di akhir tahun 2010. Dengan ditunjang iklim pendidikan tinggi dan penelitian yang cukup baik, saya memulai karir penelitian secara mandiri. Diawali dengan memohon dana penelitian kepada kerajaan, membangun lab, merekrut mahasiswa sampai menjalankan penelitian dan mempublikasikan hasilnya. Sejumlah kolaborator, diantaranya dosen dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan peneliti dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), serta sepuluh mahasiswa pascasarjana memperkuat tim penelitian saya dimana kami memfokuskan diri dalam studi biomaterials, degradation and cell-material interactions. Dengan kerja cerdas, dalam tiga tahun lebih kami berhasil unjuk diri melalui publikasi di jurnal-jurnal internasional terbaik (LINK) dan menjadi salah satu pelopor penelitian bidang biomaterials di Malaysia.
Awal tahun 2014 saya melihat sebuah peluang yang tidak bisa diabaikan. Peluang yang bisa membawa kebaikan lebih banyak kepada diri dan negeri nusantara. Sebuah lowongan menjadi profesor di Kanada, yang saya lihat di milis AcademicKeys (LINK), mensyaratkan kriteria yang sesuai dengan kualifikasi saya. Melalui curriculum vitae, surat motivasi dan tiga surat referensi saya berusaha meyakinkan pihak komite seleksi untuk mempertimbangkan lamaran saya. Dalam curriculum vitae saya berusaha menunjukkan kualifikasi, pengalaman dan potensi. Usaha ini kemudian didukung secara faktual oleh ketiga surat referensi yang saya dapatkan dari mantan pembimbing doktorat, dari kolega dalam komunitas penelitian (profesor di Jerman) dan dari kolega di tempat kerja (profesor di UTM, terimakasih Pak Hadi Nur). Sementara surat motivasi menjadi penghubung semuanya dimana saya nyatakan lamaran untuk posisi yang diumumkan, saya jelaskan kesesuaian kriteria yang diminta dengan kualifikasi saya juga nilai tambah saya, dan juga saya tuliskan apa yang akan saya perbuat untuk departemen dalam hal pengajaran, penelitian dan kerjasama internasional.
Lamaran saya berhasil meyakinkan pihak komite seleksi untuk memberikan saya kesempatan masuk ke tahap selanjutnya. Dua bulan setelah hari penutupan lamaran, saya mendapat undangan untuk proses wawancara secara tatap muka langsung dengan biaya perjalanan dan akomodasi ditanggung komite. Sesuai dengan yang diterangkan dalam surat undangan, proses wawancara berlangsung dalam empat sesi. Dimulai dari perkenalan (10 menit), presentasi tentang pengalaman penelitian dan tanya jawab (45 menit), presentasi tentang pengajaran (30 menit) dimana saya diminta melakukan simulasi mengajar di hadapan komite seleksi dengan topik health and safety at work yang bukan keahlian saya, dan diakhiri dengan sesi tanya jawab (1 jam). Sungguh pengalaman yang sangat menegangkan. Tiga jam lebih berusaha meyakinkan komite seleksi yang beranggotakan enam profesor bahwa saya adalah calon terbaik. Setelah selesai wawancara saya diberitahukan bahwa ada tiga calon yang masuk tahap ini dan hasilnya akan diumumkan kemudian. Tiga bulan kemudian saya menerima pemberitahuan bahwa saya terpilih dan dalam satu bulan diminta menjawab surat tawaran dan kontrak kerja sebagai assistant professor jalur tenure-track di Université Laval, Québec. Secara pribadi tidaklah sulit untuk memutuskan menerima tawaran tersebut. Yang cukup sulit adalah meninggalkan apa yang sudah saya bangun dan pekerjaan yang belum selesai.
Sekarang, bermula lagi lah proses membangun tim penelitian yang baru. Dengan start-up fund dari universitas saya merekrut dua mahasiswa pertama dari nusantara. Saya kembali meneruskan fokus penelitian di bidang degradable biomaterials dengan studi mendalam tentang proses degradasi dan pengaruhnya pada perilaku sel dan jaringan hidup. Seperti pada umumnya, tantangan terberat di tempat baru adalah proses adaptasi terutama dengan sistim aplikasi dana penelitian dan tingkat persaingan yang cukup ketat, selain tentunya keharusan mengajar dalam bahasa perancis.
Saya teruskan hubungan dan kerjasama dengan tim dan kolaborator yang lama, diantaranya saya pun beralih menjadi external supervisor untuk lima mahasiswa saya di UTM yang belum selesai. Sementara kerjasama dengan kolega di Fakultas Kedokteran Hewan IPB sekarang diresmikan dengan sebuah MOU tingkat universitas (Laval-IPB) yang telah ditandatangani kedua rektor untuk menjadi pembuka kerjasama penelitian dan pengajaran yang lebih luas. Melalui kerjasama yang sudah berjalan kami selalu berusaha membuktikan hasilnya melalui publikasi internasional. Diantaranya bersama IPB dalam Journal of Biomedical Materials Research Part B (DOI), dengan BATAN dalam Materials Science and Engineering C (DOI), dan yang terbaru dengan UTM dalam Scientific Reports, Nature Publishing Group (DOI).
Ketika ada yang bertanya mengapa tidak kembali dan mengabdi di negeri sendiri. Jawaban saya: untuk saat ini, lebih baik saya disini membantu mahasiswa dari nusantara menempuh pascasarjana dengan sistim dan fasilitas terbaik Kanada. Harus ada yang mengorbankan rasa rindunya pada tanah air demi membantu kemajuan negerinya. Jalan sudah dirintis, mari kita bekerjasama!
Photo credit: http://sentraindustribandung.com, https://www2.ulaval.ca/en/home.html
Dear, Pak Hendra.
Terima kasih telah berbagi pengalaman melamar dan lulus seleksi menjadi professor di Kanada. Saya sendiri, walaupun sedang berstatus sebagai pegawai di salah satu lembaga penelitian pemerintah, tidak menutup kemungkinan untuk melamar posisi akademis terutama di universitas luar negeri jika ada kesempatan.
Kalau boleh saya bertanya, menurut bapak apa yang perlu disiapkan seseorang yang sedang atau akan menempuh pendidikan doktoral untuk bisa bersaing dengan scholar2 dari berbagai negara dalam ‘memperebutkan’ posisi akademis di universitas, terutama di negara-negara dengan budaya riset yang maju seperti Kanada? Terima kasih sebelumnya.
Fadil.