Saya ingin berbagi tentang pengalaman saya selama 3 tahun berorganisasi di Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA). Sebagai organisasi yang mewadahi seluruh mahasiswa Indonesia di luar negeri, sudah tentu mahasiswanya pun berasal dari berbagai macam kalangan. Ada yang fresh graduate dari SMA, ada pula yang exchange student dari universitas di Indonesia. Ada yang sengaja resign dari pekerjaannya demi gelar master, namun ada pula yang ditugasi instasinya untuk menimba ilmu lebih di Australia. Satu kesamaan kami, yaitu berkeinginan untuk mengharumkan nama Indonesia di salah satu kota negeri kanguru: Adelaide.
Selain untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang produktif, PPIA mengajarkan saya banyak hal. PPIA hampir menyerupai lingkungan di dunia kerja nyata, mengingat pengurusnya yang tidak seumur, serta sedang menempuh jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Bukan hal yang aneh ketika saya, yang saat itu 2nd year bachelor degree, mendelegasikan tugas kepada mahasiswa postgraduate, atau seorang calon doctor yang mengajak serta keluarganya ketika BBQ gathering. Semua orang membaur satu sama lain dengan, tanpa kecanggungan. Saya pun belajar 2 hal sekaligus: menjembatani age gap dan mengasah leadership skill.
Komitmen merupakan hal penting yang saya dapat dari berorganisasi. Australia mengijinkan pelajarnya untuk bekerja selama 20 jam per-minggu, maka saya dan banyak mahasiswa Indonesia memanfaatkan kesempatan kerja paruh waktu tersebut. Saya ditempa untuk berkomitmen antara belajar, bekerja dan berorganisasi sekaligus. Tiga kegiatan yang menuntut perhatian saya, tanpa ada yang boleh terbengkalai satu pun. Tak jarang, kegiatan PPIA bertabrakan dengan due date assignment saya. Maka, saya pun harus menyelesaikan tugas saya jauh-jauh hari, agar bisa terkumpul lebih awal dari due date dan bisa menghadiri pertemuan PPIA tanpa menghawatirkan tugas. Time-management dan menentukan prioritas menjadi pedoman saya.
Di sisi lain, PPIA mengajarkan saya untuk fleksible dan menghormati kegiatan teman-teman pengurus di luar PPIA, dan menghargai kegiatan ketersediaan mereka untuk menukar waktu luangnya demi kegiatan-kegiatan PPIA. Suatu waktu, meeting kami harus mundur karena salah satu pengurusnya harus menjemput anak-anaknya dari childcare. Di lain waktu, teman saya harus mengubah jadwal belajarnya karena saya meminta re-schedule pertemuan yang bertepatan dengan due date assignment. Apakah kami semua keberatan? Tentu tidak.
Beberapa kali PPIA mengadakan joint event dengan organisasi mahasiswa dari begara lain. Bekerja sama dengan mahasiswa asing cukup menantang untuk saya. Dilatarbelakagi oleh perbedaan budaya, sesama pelajar yang terlibat pun harus saling toleran dan open-minded. Perbedaan sifat bisa saja mengakibatkan perselisihan jika tidak diatasi dengan pikiran terbuka. Suatu waktu ketika saya berdiskusi dengan teman yang berasal dari negara barat, dia cenderung lebih vokal mengutarakan pendapat tanpa basa-basi, yang mana bisa saja menyinggung perasaan saya. Disini, saya paham bahwa teman saya tersebut tidak bermaksud menyinggung saya, hanya berusaha untuk bicara straight to the point. Namun, tidah ada salahnya untuk memberi tahu teman saya tersebut untuk bicara lebih implisit lagi. Kedua belah pihak pun mempelajari sifat dari 2 budaya yang bertolak belakang secara bijaksana. Lebih lanjut, tidak adanya panggilan khusus terhadap rekan yang lebih tua justru membuat saya tidak canggung untuk membaur dan menyelesaikan tugas bersama. Kemampuan untuk menjembatani perbedaan budaya dari negara lain sangatlah baik untuk membentuk karakter kerja yang siap bersaing secara global.
Dari PPIA, saya merasakan banyak perubahan dalam diri saya. Ketika pada masa perkuliahan awal, saya tidak terbiasa untuk mengutarakan pendapat, merasa asing dengan budaya lain, serta tidak terbiasa untuk menyelesaikan tugas dengan teman yang lebih tua. PPIA menuntun saya menjadi yang sebaliknya. Selain lebih berani untuk mengemukakan pikiran, saya pun tidak canggung lagi untuk berteman dengan sesama pelajar internasional. Plus, sertifikat PPIA terbukti memperkuat CV saya dalam mencari kerja.
Selamat berorganisasi.
===========================================
Photo Credits: “Magill, South Australia” courtesy of Wikimedia