Hampir setiap sekolah arsitektur memiliki tradisi pameran karya mahasiswa. Pameran semacam demikian selain menjadi ajang mahasiswa unjuk kemampuan, juga merupakan kesempatan bagi orang luar untuk menyelami kualitas akademik suatu sekolah. Di Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, tempat saya studi sarjana dulu, misalnya, ikatan mahasiswa arsitektur kami hampir setiap tahun mengadakan pameran karya mahasiswa dengan nama AFAIR UI (http://afairui.id/) di berbagai tempat di Jakarta–yang terkini diadakan di Galeri Nasional pada awal tahun 2016.
Di Graduate School of Architecture, Planning, and Preservation (GSAPP), Columbia University, tempat saya belajar sekarang, acara sejenis juga rutin diadakan dengan nama End of Year Show (EOYS). Tradisi tersebut sudah berumur hampir tiga puluh tahun, dimulai pertama kali di masa Bernard Tschumi, salah seorang arsitek tenar dunia, menjadi ketua departemen GSAPP. Pamerannya selalu diadakan di Avery Hall, gedung kuliah GSAPP, di akhir tahun akademik.
EOYS tahun ini diadakan pada 14-23 Mei 2016. Pameran ini menampilkan semua hasil karya mahasiswa dari semua program studi di GSAPP: Master of Architecture, Master of Science in Advanced Architectural Design, Master of Science in Critical, Curatorial, and Conceptual Practices, Master of Science in Historic Preservation, Master of Science in Architecture and Urban Design, Master of Science in Urban Planning, dan Master of Science in Real Estate Development.
Selama seminggu penuh setelah masa perkuliahan tuntas, ruang-ruang kuliah, koridor, tangga, hingga toilet (!) di gedung tempat kami belajar lantas disulap menjadi ruang pamer temporer. Dari dinding, lantai, hingga langit-langit menjadi ruang yang berharga untuk diolah sebagai tempat mahasiswa menyajikan gambar, maket, hingga instalasi arsitektural. EOYS juga menjadi momen ketika studio kami yang biasanya berantakan dengan barang di sana-sini terlihat sedikit lebih rapi.
Hal yang paling saya sukai dari mendatangi pameran arsitektur mahasiswa adalah menikmati beragamnya kreativitas mereka dalam mengulik berbagai media pamer. Di EOYS, salah satu instalasi yang tak saya sangka adalah pameran Urban Planning Studio yang memakai gantungan baju serta membuat permainan “ular tangga” untuk mempromosikan moda transportasi air sebagai jalan pintas. Selain itu, jagoan saya adalah What if…? Then… Urban-scaled Architectural Speculation in Tokyo yang dibuat salah satu unit di Advanced VI Arch Studio dengan memakai tirai sebagai bidang cetak. Ada juga QSAPP (Queer Student of Architecture, Planning, and Preservation) yang mengkritisi fasilitas toilet di Avery Hall dengan intervensi gambar.
Karena bertepatan dengan kelulusan, EOYS juga menjadi kesempatan buat orang tua mahasiswa untuk dapat melihat apa yang anak-anak mereka kerjakan di GSAPP. Selain itu, banyak calon mahasiswa yang datang untuk mengetahui seperti apa karya-karya studio di GSAPP dan mahasiswa dari universitas lain yang berkunjung untuk membandingkan produk akademik antara GSAPP dan universitas tempat ia belajar. Singkat kata, selepas dua semester yang menguras pikiran, EOYS menjadi puncak bagi mahasiswa untuk dapat menikmati karya sendiri dan menunjukkannya pada orang lain.
Photo Courtesy: Author’s Collection