Our health is something that is so vitally important, yet it’s something that many often overlook while studying abroad. Here, Yofanda shares how his involvement in Parkrun helped him stay healthy and succeed in his academic life.
Scroll down to read this article in Indonesian.
Being accepted at an overseas institution will be a fantastic chapter in our lives. But the first challenge when arriving abroad is: how can we take care of our health to support our studies? That’s what I felt when I started my study assignment in Washington DC, USA.
Everything started with my worries about getting ill during my studies. I’ve heard a lot about the high health costs in the US even before I set out to start my studies in Public Policy. Unfortunately, only about 2-3 months into my first semester, an issue with my teeth made me have to pay a fee that was several times more than the cost I would have paid if I was in Indonesia. The weather, temperature, and humidity here in the US is very different from Indonesia. In countries with extreme winters like the US, you need to be physically prepared to face the freezing temperatures.
Additionally, the health insurance from campus often times do not cover the health needs we need there. This, combined with unfamiliar medicine, no family, and drastically different type of food are all things we need to adapt to when moving to a different country. That’s the reason why I started looking for activities to keep myself healthy during my studies. In the end, I found a weekly running community close to where I live in College Park, Maryland.
College Park parkrun is a community that organizes 5Ks weekly at a park in the city of College Park. Parkrun itself is a community that has initiated free 5Ks in twenty countries around the world. To date, there are 27 cities across the US that that host parkruns. In College Park, this community was initiated by Andrea Zukowski and her husband, Colin Phillips. The runs are held every Saturday at 9:00 AM at the Paint Branch Trail, a city park in College Park. Every time we join parkrun, the timekeeper and run director will record our time from start to finish, and the participants’ data will be recorded in the parkrun database so that each participant will always know whether he or she has reached their personal best and their progress pace. The run results are usually accessible by Saturday afternoon or Sunday morning.
Most importantly, this event is free! Parkrun participants are not charged because the events are organized by a group of volunteers. Everyone is encouraged to join as a volunteer, and there are several positions to fill: timekeepers, trail-runners, photographers, Marshal, and barcode scanners.
There are a few reasons why I love parkrun. First, I can refresh my mind after a full week of assignments and lectures. The atmosphere of the Paint Branch Trail always makes me really enjoy running because the trees, the fresh air free of pollution, bridges, and rivers around me are lovely and soothing to the soul.
Secondly, I met new friends from countries that I did not expect before. This also prevents me from the trap of the “neon tetra fish” syndrome, which is the term I use to describe international students who only socialize with people from their own country. The conversations I have with my fellow parkrun participants range daily life, to politics, and sometimes even my course assignments. I remember how Mr. Mark Shroder, one of the participants, motivated me by shouting “Come on Indonesia!” while overtaking me during a run.
Aside from that, running gives us an opportunity to recognize our own abilities. Through parkrun, we learn to identify our own physical abilities and set our own targets. This is a skill I’ve found to be very applicable to academic life.
Being a volunteer for parkrun has also improved my teamwork and communication. Whatever my role in the run, I need to coordinate with Run Director, which helps me hone my communication skills.
And of course, the last but not least reason is how we can be beneficial to the community around us. Mr. Mark Shroder told me he joined parkrun so he can get up early. Other participants, Xander and his mother Tara routinely attended parkrun to manage Xander’s cystic fibrosis, and I enjoyed being a part and contributing to their goals.
Since I joined parkrun, running has become one of my hobbies. I never used to run, not even a mile, and now, I run regularly at least once a week. I started to take part in official running events around Washington DC. I registered for a 5K in March 2017, armed with a three-month training. After that run, I did another run which was 5 miles in September 2017, and lastly, I took my first half marathon in March 2018, two months before I left Washington DC.
So has running improved my health and academic life? In my case, it has! I never had any severe health problems during my 22 months living in the United States. I never once had to use the health insurance that I had from my university. In my last semester, I did my first half marathon and got As for all of my courses. Because I took care of my health, I was able to focus on my studies. Get involved and being a part in the local community has taught me how to stay healthy, work hard to achieve my goals, and also how to adapt to a new environment.
Diterima di kampus luar negeri yang kita inginkan akan menjadi bab yang sangat luar biasa dalam hidup kita. Namun tantangan pertama ketika tiba di luar negeri adalah: bagaimana kita menjaga kesehatan kita untuk menunjang segala aktivitas dan tugas kuliah. Itulah yang saya rasakan saat memulai tugas belajar saya di Washington DC Amerika Serikat.
Semuanya berawal dari kekhawatiran akan kondisi badan yang drop selama tugas belajar. Cukup banyak saya mendengar tentang tingginya biaya kesehatan di negeri Paman Sam sebelum saya berangkat untuk memulai kuliah mempelajari Kebijakan Publik. Dan benar saja, baru sekitar 2-3 bulan menjalani semester pertama, satu masalah dengan gigi saya membuat saya harus mengeluarkan biaya yang besarnya beberapa kali lipat dibanding biaya yang saya keluarkan jika saya di dalam negeri. Di negara-negara dengan musim dingin ekstrem seperti Amerika Serikat, anda harus siap secara fisik untuk menghadapi cuaca. Persoalan lainnya adalah terkadang asuransi kesehatan dari kampus tidak mencakup kebutuhan kesehatan yang kita butuhkan di sana. Obat yang tidak familiar, tidak adanya keluarga, effort yang lebih untuk menjangkau makanan-makanan Indonesia juga menjadi faktor-faktor yang membuat kita harus beradaptasi dengan hidup baru kita di sana. Dan itulah alasan kenapa saya mulai mencari kegiatan untuk menjaga kondisi fisik saya. Saya menemukan komunitas yang menyelenggarakan lari setiap minggu yang dekat dengan tempat tinggal saya di College Park, negara bagian Maryland.
College Park Parkrun adalah komunitas yang menyelenggarakan even lari 5K setiap minggu di salah satu taman di College Park, Maryland. Parkrun sendiri adalah komunitas yang menginisiasi acara lari 5K gratis di dua puluh negara di seluruh dunia. Total jumlah lokasi yang mengorganisir parkrun di Amerika Serikat sampai saat ini berjumlah 27 lokasi. Di College Park, komunitas ini diprakarsai oleh Andrea Zukowski dan Colin Phillips. Race dilakukan setiap hari Sabtu jam 9 pagi di Paint Branch Trail, sebuah taman kota di College Park. Setiap kali kita mengikuti parkrun, timekeeper dan run director akan menandai waktu tempuh dari start sampai finish, dan data para peserta akan tercatat di database parkrun, sehingga setiap partisipan akan selalu tahu apakah ia mencapai personal best (rekor pribadi) serta progress pace mereka. Sekitar Sabtu sore atau minggu pagi, peserta parkrun biasanya telah dapat mengakses hasil race. Dan yang paling penting adalah: even ini gratis, para peserta parkrun tidak dipungut biaya, karena penyelenggaraan even ini diprakarsai oleh sekelompok volunteer yang berperan sebagai organizer. Kita juga dapat menjadi sukarelawan sebagai timekeeper, tail-runner, fotografer, Marshal, atau barcode scanner dengan mendaftarkan diri dan mencantumkan email di website College Park Parkrun.
Ada beberapa manfaat yang saya dapat selama saya bergabung di parkrun. Yang pertama, saya dapat menyegarkan pikiran setelah seminggu penuh tenggelam dalam tugas-tugas paper dan aktifitas perkuliahan lainnya. Suasana Paint Branch Trail, selalu membuat saya sangat menikmati lari karena pepohonan, udara segar tanpa polusi, jembatan dan sungai di sekeliling saya sangat asri dan menenangkan jiwa.
Yang kedua saya bertemu teman-teman baru, dari negara-negara yang tidak saya duga sebelumnya. Hal ini juga menghindarkan saya dari perangkap sindrom “neon tetra fish”, begitu saya menyebutnya untuk mahasiswa-mahasiswa yang selalu pergi bergerombol dengan teman-teman senegaranya ketika belajar keluar negeri sehingga aspek sosial dan bahkan kemampuan berkomunikasi dengan komunitas lain tidak berkembang. Terkadang saya mengobrol dengan peserta lain mulai topik-topik ringan sampai dengan kebijakan-kebijakan pemerintah AS yang kadang juga menjadi tema tugas kampus saya. Saya ingat bagaimana Mr. Mark Shroder, salah satu peserta memotivasi saya dengan berseru “Ayo Indonesia!” ketika menyalip saya.
Ketiga, berlari memberikan kesempatan kita untuk mengenali kemampuan diri kita sendiri. Dengan mengenali kemampuan fisik dan target yang harus kita capai, kita akan dapat mencapai tujuan yang kita raih. Kemampuan mengatur fisik seperti ini sangat dapat diterapkan dalam time management dalam kehidupan akademik perkuliahan. Ada saatnya dimana tekanan deadline paper mengharuskan kita terjaga sepanjang malam, namun ketika badan telah memberikan sinyal lelah, saya akan beristirahat untuk kemudian melanjutkannya kembali setelah membaik.
Menjadi volunteer di parkrun mengajarkan saya untuk melakukan teamwork dan berkomunikasi dengan efektif dengan orang-orang baru di lingkungan baru. Apapun peran saya dalam race, entah sebagai tail-runner, atau timekeeper, mengharuskan untuk berkoordinasi dengan Run Director, hal ini membantu mengasah skill komunikasi saya.
Dan tentu alasan terakhir adalah bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Mr. Mark Shroder mengatakan pada saya ia bergabung di parkrun agar ia bisa bangun lebih pagi. Peserta lain, Xander dan ibunya Tara rutin mengikuti parkrun untuk memanage cystic Fibrosis yang diidap Xander,dan saya senang menjadi bagian dan ikut berkontribusi terhadap tujuan-tujuan mereka.
Sejak bergabung dengan parkrun, berlari mulai menjadi kebiasaan yang saya lakukan. Saya yang tidak pernah berlari sebelumnya, bahkan hanya satu mil, mulai rutin melakukan lari minimal satu kali dalam seminggu. Saya yang lebih suka memanggil Go-jek, aplikasi online untuk transportasi sepeda motor jika saya harus pergi ke suatu tempat, mulai ingin mengikuti even lari resmi di sekitaran Washington DC. Saya mulai mendaftar untuk balapan 5K pada Maret 2017, berbekal latihan selama tiga bulan secara rutin. Kemudian berlanjut hingga 5 mil pada September 2017, dan akhirnya saya mengambil setengah maraton pertama saya pada Maret 2018, dua bulan sebelum saya meninggalkan Washington DC.
Akhirnya, apakah menjaga kesehatan dengan berolahraga mempengaruhi kehidupan akademik? Dalam kasus saya, ini berhasil! Saya tidak pernah mendapatkan masalah serius dengan kesehatan selama 22 bulan di Amerika Serikat. Asuransi kesehatan yang saya dapat di kampus secara otomatis tidak pernah terpakai. Pada semester terakhir saya, saya melakukan maraton paruh pertama dan mendapat A untuk semua mata kuliah yang saya ambil di semester terakhir. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya, mungkin karena saya menjaga kehidupan kesehatan saya dengan sangat baik, jadi saya bisa fokus pada studi saya dan semua tugas. Kesehatan adalah modal dalam mencapai kesuksesan. Seperti sebuah kendaraan, ia akan membawa kerja keras Anda menuju sukses yang kita inginkan. Adaptasi dengan lingkungan baru juga menjadi skill penting dalam jenjang karir. Ikut terlibat di komunitas lokal dan menjadi bagian didalamnya banyak mengajarkan skill tersebut. Dengan ikut bergabung di komunitas parkrun, saya mendapatkan dua poin penting tersebut sebagai salah satu pengalaman saat menimba ilmu di luar negeri.