Cepatnya penyebaran coronavirus covid-19 telah memaksa kita untuk lebih mengurangi aktivitas di luar rumah. Presiden Joko Widodo sendiri telah mengimbau masyarakat Indonesia untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Akan tetapi, bagaimana kabar teman-teman sebangsa yang sedang berada di luar negeri? Indonesia Mengglobal telah berbicara dengan beberapa mahasiswa Indonesia di luar negeri dan ingin berbagi pengalaman-pengalaman mereka di negara domisili masing-masing. Pada artikel ini, Columnist Indonesia Mengglobal, Dini Putri Saraswati, akan membagikan pengalaman seorang mahasiswa S3 Indonesia di Jerman, yaitu Miftahussurur Hamidi Putra yang harus bekerja dari rumah di tengah pandemi covid-19. Seperti apa sih kondisi terkini di Jerman dan bagaimana rasanya berada jauh dari tanah air di situasi seperti ini? Mari kita simak kisahnya!
Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan sebuah wabah baru, yaitu coronavirus disease atau yang lebih dikenal sebagai covid-19. Coronavirus merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit kepada manusia dan hewan. Pada manusia sendiri, coronavirus umumnya menyerang saluran pernapasan serta menimbulkan penyakit menular seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan yang terbaru adalah covid-19. Wabah ini pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok. Namun, karena penularannya sangat cepat, penyakit ini kini resmi ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organisation (WHO) atau organisasi kesehatan dunia.
Jerman merupakan salah satu negara yang terdampak wabah covid-19. Walaupun angka kematian akibat covid-19 di Jerman relatif rendah, hanya sekitar 0,9 persen dibanding Italia yang mencapai 11 persen, Jerman merupakan salah satu negara di Eropa yang paling banyak melaporkan kasus covid-19, yaitu sekitar 66.884 orang per tanggal 31 Maret 2020 seperti dilansir dari surat kabar harian Jerman, “Der Tagesspiegel”. Banyaknya jumlah penduduk yang terinfeksi covid-19 membuat pemerintah Jerman mulai aktif melakukan pembatasan terhadap aktivitas warganya di luar rumah.
Untuk lebih mengetahui tentang kondisi terkini di Jerman, saya mewawancarai Miftahussurur Hamidi Putra atau yang akrab dipanggil Putra, seorang mahasiswa S3 Theoretical Chemistry di University of Ulm. Sebagai seorang mahasiswa S3, Putra terpaksa melakukan home-office atau bekerja dari rumah. “Di Jerman, mahasiswa S3 sudah dianggap sebagai Mitarbeiter atau pegawai, sehingga kegiatan perkuliahan S3 kebanyakan diisi dengan penelitian”, tegasnya.
Pada awalnya, per tanggal 15 Maret 2020, kampus di mana Putra melanjutkan studi menganjurkan para karyawan dan mahasiswanya untuk melakukan home-office namun tetap mengizinkan aktivitas para karyawan yang harus bekerja di lingkungan kampus. Sedangkan, seluruh kegiatan ujian dan belajar mengajar diundur sampai dengan tanggal 20 April 2020. Tiba-tiba pada tanggal 17 Maret 2020, muncul imbauan dari pihak universitas terkait penutupan kampus secara total sampai dengan tanggal 20 April 2020 sehingga akses keluar-masuk kampus lebih dibatasi.
Walaupun begitu, Putra menegaskan bahwa kebijakan ini hanya berlaku di kota tempat kampusnya berada, yaitu Ulm yang terletak di negara bagian Baden-Württemberg. “Awalnya saya mengira seluruh universitas di Baden-Württemberg akan benar-benar ditutup. Ternyata tidak. Salah satunya, yaitu University of Tübingen yang masih mengizinkan [karyawan dan mahasiswanya] untuk beraktivitas di laboratorium. Namun, seluruh universitas [di Baden-Württemberg] sepakat untuk meniadakan kegiatan belajar mengajar sampai dengan tanggal 20 April 2020”, ujarnya.
Situasi Terkini di Ulm, Baden-Württemberg
Mengenai situasi terkini di Ulm, Putra menyatakan bahwa meskipun belum ada korban meninggal akibat covid-19, physical distancing atau pembatasan fisik tetap diterapkan di mana masyarakat diimbau untuk tetap tinggal di rumah dan hanya diperbolehkan untuk pergi ke luar rumah saat ada keperluan mendesak saja. Selain itu, pemerintah menganjurkan untuk menjaga jarak minimal 1,5 meter dengan orang lain sebagai antisipasi penularan melalui droplets atau percikan cairan dari orang yang sedang berbicara, batuk, atau bersin. Beberapa tempat umum juga ditutup sementara, misalnya perkantoran, sekolah, rumah makan, taman, salon kecantikan, dan bar. Tidak berhenti sampai di situ, kegiatan berkelompok juga dibatasi, misalnya bepergian secara berkelompok dan mengadakan acara perkumpulan.
Beberapa pekerjaan yang masih harus dikerjakan di pabrik, Putra menuturkan masih tetap dilakukan namun dengan diberlakukannya sistem pembagian shift pagi dan malam. Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk menghindari merebaknya virus ini. Terlebih menurut Putra, Baden-Württemberg dan Bayern merupakan dua negara bagian yang penduduknya paling banyak terinfeksi covid-19 setelah Nordrhein-Westfalen.
Lantas, bagaimana dengan kebutuhan sehari-hari? Putra menjelaskan bahwa beberapa tempat umum yang penting, seperti swalayan, apotek, dan saluran pengisian bahan bakar tetap beroperasi seperti biasa. Hanya saja, di beberapa swalayan terdapat penyesuaian waktu berbelanja, misalnya orang-orang lanjut usia diperkenankan untuk berbelanja lebih pagi untuk meminimalisir kontak dengan orang-orang yang lebih muda, mengingat virus ini lebih banyak menyasar orang-orang dengan kondisi imunitas rendah. Penjagaan ketat di beberapa tempat juga dilakukan demi mencegah penyebaran coronavirus covid-19.
Putra juga mengatakan bahwa suplai makanan dan kebutuhan pokok harian di Jerman relatif terjamin di mana tidak terjadi kelangkaan barang yang ekstrem dengan harga yang masih stabil. Meskipun begitu, di awal pandemi Putra mendapati beberapa warga yang melakukan panic buying atau penimbunan barang-barang karena rasa takut yang berlebihan, terutama bahan makanan pokok, tisu toilet, sabun cuci tangan, hand sanitiser, dan vitamin.
Home-Office: Tetap Sehat dan Produktif Meski #DiRumahAja
Home-office merupakan hal yang baru bagi Putra. Sebelumnya, ia tidak pernah menyangka akan melakukan pekerjaan dari rumah. Namun, keadaan yang genting memaksanya untuk membiasakan diri berinteraksi dengan profesor dan koleganya melalui beragam aplikasi untuk melakukan pertemuan secara online. “Riset saya kebanyakan dilakukan secara offline, alias harus datang ke kampus. Per minggu saya harus masuk setiap hari Senin sampai Jumat selama total 28 jam. Sekarang, dengan situasi yang seperti ini tentu sedikit banyak mengubah kebiasaan ngampus jadi di rumah aja”, tutur Putra. Kebiasaan baru ini tidak lantas mengurangi produktivitas Putra. Dirinya menganggap bahwa beban pekerjaannya masih sama, hanya saja ia merasa lebih santai ketika bekerja dari rumah karena pengaturan waktu yang lebih fleksibel dibandingkan dengan bekerja di kampus.
Satu hal yang paling disayangkan oleh Putra di tengah pandemi covid-19 ini adalah berkurangnya aktivitas bersama teman-teman, seperti makan siang bersama atau sekadar berkumpul di rumah. Apalagi, situasi yang kurang menguntungkan ini terjadi di musim semi, di mana cuacanya lebih cerah, ditambah dengan bunga-bunga yang sedang bermekaran di taman.
Berkurangnya intensitas dengan teman-teman terdekat terkadang membuat Putra bosan berada di rumah, sehingga ia seringkali menghubungi keluarga dan teman-temannya yang sedang berada di Indonesia untuk sekadar saling menanyakan kabar. Menurut Putra, saat-saat seperti ini justru merupakan saat yang tepat untuk lebih merekatkan hubungan dengan orang-orang tersayang yang sering terlupakan akibat aktivitas sehari-hari yang padat.
Di sela-sela kesibukannya bekerja dari rumah, Putra tidak lupa menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Ia tetap melakukan olah raga ringan yang bisa dilakukan di rumah, misalnya plank, sit-up, atau push-up yang tidak membutuhkan ruangan yang besar. Selain itu, ia berusaha menjaga pola makan dengan gizi seimbang agar tetap bugar selama melakukan home-office.
Tidak hanya itu, hal terpenting yang harus dilakukan selama melakukan home-office di tengah pandemi yang meresahkan menurut Putra adalah menjaga pikiran agar tetap tenang untuk menghindari stres. “Mengalihkan pikiran sejenak dari pemberitaan di media mengenai covid-19 mungkin dapat membantu karena dengan berpikir positif tentunya akan membangun sistem kekebalan tubuh yang lebih optimal untuk menangkal masuknya virus ke dalam tubuh kita”, pungkasnya.
***
Miftahussurur Hamidi Putra atau yang biasa dipanggil Putra, menetap di Jerman sejak tahun 2016 untuk melanjutkan studi S2 Fisika di University of Stuttgart. Saat ini, ia sedang melanjutkan studi doktoral di Institute Theoretical Chemistry, University of Ulm di Ulm, kota kelahiran Albert Einstein. Untuk mengisi waktu luang, ia sangat suka berjalan-jalan untuk sekadar melakukan wisata kuliner dan memasak.
***