Studi Cosmetic Science di Liverpool, Kisah Passion dan Pandangan Almira akan Pendidikan

0
3331
Almira Rahmaida berfoto di salah satu keajaiban dunia, Stonehenge, Salisbury, UK
Almira Rahmaida berfoto di salah satu keajaiban dunia, Stonehenge, Salisbury, UK.

Dalam semangat memperingati Hari Kartini, Ivone (Columnist UK & Europe) berkesempatan berdiskusi dengan salah satu kolega SMA-nya, Almira, mengenai kisah studinya dan pentingnya pendidikan bagi wanita. Almira Rahmaida, atau akrab disapa Almira, merupakan M.Sc. Candidate in Cosmetic Science di Liverpool John Moores University, United Kingdom.


 

Awal kisah ketertarikan berkarir di bidang kosmetik

Ketertarikan Almira akan bidang kosmetik sudah dimulai sejak usianya yang belia. Menghadapi sulitnya mencari skincare yang cocok dengan kondisi kulit khusus yang berimplikasi ke penampilannya saat itu, membuat Almira muda beriktikad kelak untuk membantu orang-orang berkebutuhan kulit khusus sepertinya dengan mengembangkan produk skincare yang sesuai.

Tekad ini tetap dibawanya ketika ia mengenyam pendidikan S1 di Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung. Tak terpengaruh dengan sebagian besar koleganya yang ingin berkarir di bidang oil and gas atau engineering, Almira tetap konsisten mengejar mimpinya dengan memilih penjurusan pengembangan produk di masa studi S1-nya, dan memulai karir sebagai research and development staff di salah satu multinational company di Indonesia.

Further study as the next stepping stone

Liverpool John Moores University, tempat Almira mengenyam pendidikan magister Cosmetic Science
Liverpool John Moores University, tempat Almira mengenyam pendidikan magister Cosmetic Science.

Ditempatkan di sub-divisi R&D yang tidak berkaitan dengan kosmetik, Almira menyadari bahwa ambisinya berkarir di dunia kosmetik akan membutuhkan usaha lebih untuk tercapai. Urgensi akan pentingnya skill dan ilmu terkhusus di bidang kosmetik untuk membantu karirnya di dunia tersebut serta deadline dari timeline pribadinya, membuat Almira memutuskan untuk melanjutkan studinya di masa pandemi ini. Diterima di 3 program studi, Almira akhirnya memutuskan untuk mengenyam pendidikan S2-nya di Liverpool John Moores University, United Kingdom.

Belajar dari A hingga Z pengembangan produk kecantikan

Lipstik hasil formulasi Almira di salah satu praktikum yang dilakukannya
Lipstik hasil formulasi Almira di salah satu praktikum yang dilakukannya.

Sebagai mahasiswa program Cosmetic Science di Liverpool John Moores University, Almira mempelajari hulu hingga hilir pengembangan sebuah produk kencantikan. Dari formulasi berbagai tipe produk kosmetik (lipstik, krim tanning, bedak, dll), toksikologi (bagaimana bahan baku kosmetik tersebut berinteraksi/bereaksi di dalam tubuh manusia), karakteristik, scale up produksi, dan lini produksi, supply chain hingga business plan dipelajarinya dalam jangka waktu 1 tahun di program master by coursework ini. Sebuah program yang sangat cocok bagi Almira untuk mengejar karir di bidang kosmetik dan merealisasikan ambisi besarnya untuk mengembangan brand produk kosmetik milik sendiri.

Tak selamanya semua berjalan lancar

Mempelajari biologi terakhir di masa studi SMA-nya, Almira bercerita bahwa struggle pertama yang ia alami adalah kesulitannya mempelajari beberapa materi biologi yang dijelaskan di kebanyakan modul studi.

Terlebih lagi, kondisi pandemi membuat Almira terpaksa menjalani online class dan hanya diperbolehkan ke kampus ketika praktikum, yang tentu membuat student experience dan waktu untuk bertemu dengan classmates-nya menjadi berkurang. Perbedaan aksen antara American dan British sempat membuat Almira terkadang salah paham ketika berinteraksi dengan orang sekitar. “Iya, jadi mereka pronunciation dan dialeknya berbeda dan pemakaian vocabulary-nya juga berbeda dengan yang aksen American yang biasanya aku pelajari,” tutur Almira.

Iklim studi yang berbeda dengan Indonesia

Almira mengunjungi Walker Art Gallery, Liverpool, UK, ditengah kesibukan studi dan pekerjaannya.
Almira mengunjungi Walker Art Gallery, Liverpool, UK, ditengah kesibukan studi dan pekerjaannya.

Almira menceritakan, walaupun tantangan yang dihadapi terlihat sulit, tapi iklim studi di UK membuatnya dapat mengatasinya. “Di sini, tidak ada yang namanya pertanyaan ‘remeh’, dosen sangat terbuka akan pertanyaan apa pun, yang mungkin ketika di Indonesia kita berpikir bahwa pertanyaan itu sepele dan akan membuat kita dipandang sebelah mata oleh dosen atau teman sekelas kita. Bahkan pertanyaan berulang di saat yang berbeda pun gapapa, teman sekelas juga totally okay dengan hal tersebut,” jelas Almira.

Selain itu, awareness akan kesehatan mental di UK sudah terbangun lebih baik dibandingkan di Indonesia. Kampus dan lembaga kesehatan di UK bahkan menyediakan layanan konseling gratis ketika diperlukan, apalagi di masa pandemi ini.

Di sisi lain, Almira menyatakan bahwa walaupun tinggal di negara native speaker English, speaking grammatically incorrect bukanlah masalah besar selama pesan tersampaikan dan terpahami, hal yang biasanya membuat kebanyakan orang Indonesia tidak percaya diri berbahasa Inggris. “Penduduk di sini juga baik, toleran, dan sopan kepada kita yang bukan native speaker. Biasanya mereka meminta kita mengulangi perkataan kita apabila mereka tidak menangkap apa maksud kita.”

Memenuhi kebutuhan hidup tidak hanya dengan beasiswa

Almira yang mendapatkan beasiswa, menuturkan bahwa dengan bekerja part-time maksimal 20 jam/minggu, yang juga sedang dilakukannya saat ini, dapat menutupi kebutuhan hidupnya, bahkan lebih.

Bermodalkan CV dan cover letter, lamaran Almira di salah satu work agency secara daring mengantarkannya mendapatkan pekerjaan paruh waktu yang bisa disesuaikan shift-nya. “Di UK, kuliah dan part-time adalah hal yang sangat wajar, dan tidak ada ‘tekanan sosial’ yang mungkin ada di Indonesia. Jadi asal kita gigih, bisa kok kuliah sambil kerja,” imbuh Almira.

Almira berfoto di stadion Anfield, rumah dari salah satu tim speak bola paling sukses di Inggris, Liverpool F.C.
Almira berfoto di stadion Anfield, rumah dari salah satu tim speak bola paling sukses di Inggris, Liverpool F.C.

Kisah menjadi muslim dan berpuasa di UK

Makanan halal dan kehidupan sebagai muslim di negara non-mayoritas muslim, terkadang menjadi salah satu pertimbangan tersendiri ketika ingin melanjutkan studi di luar negeri.

Almira menjelaskan bahwa Liverpool merupakan salah satu kota dengan komunitas muslim yang kuat di UK, terutama setelah salah satu pemain sepak bola Mohamed Salah, bergabung dengan klub sepak bola Liverpool FC. Tidak pernah dialaminya “pelecehan” karena dia berhijab selama tinggal di Liverpool selama 6 bulan. Almira justru mendapatkan toleransi dari warga sekitar (seperti ketika di restoran atau di lingkungan bekerjanya).

Toko daging halal dan makanan vegetarian juga tidak sulit ditemukan di Liverpool. Menjalani puasa ± 15 jam tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Almira yang memiliki riwayat maag. Namun setelah 2-3 hari berselang dan tersibukkan oleh pekerjaan dan kegiatan studinya, Almira menyatakan bahwa berpuasa di UK bukanlah hal yang tidak mungkin.

Pentingnya pendidikan bagi wanita

Seperti R.A. Kartini yang menyadari pentingnya pendidikan bagi wanita, Almira juga berpendapat senada. Wanita dengan pendidikan yang berkualitas (tidak hanya mengenai level) tentu akan memiliki mindset yang berbeda dengan wanita yang kurang concern akan pendidikan, dan tentu mindset ini akan membentuk pola pikir dari anak yang dilahirkan dan dididiknya.

Suatu hal yang ketika dilihat secara komprehensif merupakan bagian dari mempersiapkan generasi selanjutnya. Pendidikan juga menjadi kunci penting bagi wanita mendukung pasangan hidupnya dalam berkeluarga. Pun apabila seorang wanita memutuskan utnuk tidak berkeluarga atau berketurunan, pendidikan akan menjadi hal krusial bagi wanita tersebut dalam memberikan impact ke masyarakat sekitarnya.

Perkataan salah satu guru SMA-nya membuat Almira terus mengingat akan pentingnya pendidikan. “Tidak ada yang salah dengan belajar, kalaupun tidak bermanfaat langsung bagi diri kita, bisa saja itu kamu menjadi jembatan bagi orang lain menggapai cita-citanya dengan kamu mempelajarinya bersama dengan dia. Jalani saja dulu prosesnya, yakini bahwa di kemudian hari itu akan bermanfaat baik bagi kita atau bagi orang lain,“ kutip Almira.

———

Almira Rahmaida merupakan mahasiswa semester 2 M.Sc. in Cosmetic Science di Liverpool John Moores University, United Kingdom. Sebelumnya, dia bekerja sebagai staff di research and development departemen di salah satu multinational company di Indonesia. Almira menyelesaikan studi S1 nya di Institut Teknologi Bandung, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Kimia.

Seluruh foto disediakan oleh Almira Rahmaida.

———

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here