Melanjutkan studi ke jenjang S2 bisa menjadi kesempatan untuk mengubah jalur karir ke bidang baru. Hal inilah yang dilakukan oleh Lidwina Kristantia, mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Imperial College London, Inggris. Setelah dua tahun berkarir di bidang perbankan, ia merasa ingin mengeksplorasi kesempatan karir di bidang lainnya melalui program S2 di luar negeri. Content Director Indonesia Mengglobal, Haryanto, berkesempatan untuk mewawancarai Lidwina tentang persiapan dan pengalamannya selama program S2 di jurusan Ekonomi dan Strategi Bisnis.
Hai Lidwina! Boleh ceritakan sedikit tentang latar belakangmu?
Perkenalkan saya Lidwina. Sebelumnya saya berkuliah di jurusan Kewirausahaan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB. Setelah lulus, saya sempat bekerja di salah satu bank swasta sebagai account officer dan menangani portofolio kredit para nasabah. Setelah bekerja selama lebih kurang dua tahun, saya merasa kurang sesuai dengan pekerjaan saat itu dan berencana untuk kuliah S2 di luar Indonesia untuk mengeksplorasi bidang yang baru.
Boleh diceritakan sedikit perencanaan dan persiapan yang dilakukan hingga dapat studi S2 saat ini?
Untuk mewujudkan impian saya kuliah di luar negeri, ada beberapa persiapan yang saya lakukan. Tetapi pada awalnya, saya menargetkan bahwa saya ingin kuliah bisnis di kampus top ten dunia. Saya ingin mengambil jurusan terkait dengan consulting dan finance.
Secara umum, ada dua hal yang perlu dilakukan: mencari informasi dan persiapan berkas.
Terkait informasi, pertama, seperti cara pada umumnya, saya mencari informasi sebanyak mungkin dari google. Informasi terkait kurikulum, persyaratan mendaftar biasanya saya temukan dari situs-situs universitas. Selain itu, saya juga pergi ke pameran pendidikan untuk mencari informasi terkait beberapa kampus di luar negeri.
Saya juga memanfaatkan informasi dari Hotcourses Indonesia untuk mencari informasi terkait universitas dan kerja di UK.
Adapun untuk persiapan persyaratan dokumen, saya kursus IELTS dan juga GMAT selama lebih kurang 6–7bulan.
Pada akhirnya, saya mendaftar ke beberapa kampus, seperti Imperial College London (ICL), University of Melbourne, University of Edinburgh, dan Nanyang Technological University.
Apa yang membuat kamu memilih ke kampus ICL dengan jurusan tersebut?
Program MSc Economics & Strategy for Business yang ditawarkan ICL paling menarik perhatian saya. Alasan utama adalah kurikulum program tersebut yang menekankan pada aspek pekerjaan sebagai konsultan yang saya sangat minati. Pada program ini, mahasiswa diajarkan alat-alat dan kerangka berpikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan sebagai seorang konsultan.
Bagaimana pengalaman kuliah S2 di ICL dan internship di UK?
Selain dari kualitas pendidikan yang ditawarkan, salah satu hal utama pembeda kuliah di ICL (dan juga kampus top dunia lainnya) dibandingkan sewaktu S1 di Indonesia dulu adalah atmosfer internasional. Pada saat berkuliah di ICL, saya dapat berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai belahan dunia.
Program kuliah saya juga sangat intensif (9 bulan efektif), dengan tiga periode: periode autumn (September– Desember), spring (Januari – April), dan summer (April – Juli). Saya sempat berkuliah hybrid (offline di kampus dan online) pada bulan September–Oktober.
Adapun terkait penilaian, bobot terbesar biasanya pada ujian (70%) dan sisanya untuk tugas yang diberikan.
Di program kuliah saya, magang adalah opsional. Terdapat tiga tugas akhir yang dapat dipilih: consulting project, case study, dan work placement (semacam magang). Untuk consulting project, mahasiswa akan bekerja dalam tim untuk menyelesaikan suatu masalah dari mitra ICL, sedangkan case study pada intinya sama dengan consulting project tetapi dikerjakan sendiri.
Apakah kamu terlibat dalam aktivitas organisasi selama di ICL?
Iya! Saya aktif di divisi keuangan PPI-UK.
Selain itu, saya aktif terlibat dalam suatu pro-bono consulting project selama 2-3 bulan untuk klien di Lebanon. Proyek ini merupakan kerja sama social impact club dan consulting club di ICL. Saya dan tim memiliki tugas untuk merumuskan strategi untuk mengembangkan suatu startup di Lebanon yang bergerak di bidang edukasi penjualan produk. Startup tersebut berencana untuk mengembangkan market mereka ke Arabic region.
Kenapa kamu memilih untuk internship?
Karena saya memiliki rencana untuk bekerja di UK setelah lulus, maka saya berpikir pengalaman magang akan menjadi sangat penting. Selama menjadi mahasiswa di sini, saya diperbolehkan untuk magang 20 jam per minggu. Magang saya lakukan dari rumah akibat dari pandemi Covid-19.
Saya mendapatkan kesempatan untuk magang sebagai account manager di sebuah perusahaan affiliate marketing. Kesempatan ini saya dapatkan setelah mencoba daftar ke lebih dari 100 perusahaan.
Adakah tips yang dapat dibagikan buat para pembaca artikel berikut, terutama yang ingin lanjut studi ke UK juga?
Tips utama saya yaitu agar lebih percaya diri dan daftar saja ke kampus yang dituju. Yang utama, jangan hanya mencoba daftar ke satu tujuan saja, tetapi juga penting untuk mendaftar ke beberapa kampus pada waktu yang sama.
Profil Narasumber:
Lidwina adalah mahasiswa master di Imperial College London jurusan ekonomi dan strategi bisnis. Sebelum menempuh pendidikan di ICL dia sempat menempuh pendidikan di ITB. Setelah lulus s1, dia sempat bekerja di BCA sebagai account officer.
Selain menempuh S2, saat ini Lidwina juga sedang magang di salah 1 perusahaan afiliasi marketing dan akan bergabung dengan salah satu perusahaan konsulting ternama di London.
Instagram: Lidwina K | LinkedIn: Lidwina Kristantia
Sumber foto: dokumentasi pribadi Lidwina