Apakah mungkin untuk berkuliah dan bekerja penuh waktu pada waktu yang sama? Pada artikel ini, Nathania menceritakan dan memberikan gambaran bagaimana itu dapat dilakukan.
Hai semua! Saya Nathania, mahasiswa magister (postgraduate) jurusan Marketing Analytics di University of Southampton, UK sekaligus quantitative marketing researcher di salah satu marketing research agency di Indonesia. Saya juga menerima beasiswa Academic Excellence Scholarship — beasiswa yang otomatis diberikan dari fakultas saya kepada mahasiswa internasional dengan prestasi akademik.
Ketika yang lain mengetahui bahwa saya sedang mengambil postgraduate degree di UK sekaligus bekerja untuk perusahaan di Indonesia secara penuh waktu (full-time), sering kali orang bertanya mengapa dan bagaimana cara dapat berkuliah sambil bekerja antarnegara (UK-Indonesia). Tidak sedikit juga orang yang menyangsikan keputusanku tersebut.
Jika kamu membaca artikel ini, maka kamu mungkin sedang mempertimbangkan untuk mengambil postgraduate degree sembari bekerja. Untuk memperjelas, saya coba rangkum prosesnya ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
- Start to dream and build things around it — Mengapa saya memutuskan untuk bekerja sambil berkuliah.
- Seizing the opportunity — Apa kesempatan yang saya raih.
- Setting up the boundaries — Apa batasan yang saya tetapkan.
- Getting into the flow — Bagaimana saya menjalaninya.
Perlu diingat bahwa pengalaman dan kesempatan setiap orang sangat bervariasi. Namun, semoga artikel ini dapat membukakan pilihan dan memberikan gambaran kepada teman-teman bahwa postgraduate degree while working full-time adalah hal yang mungkin dilakukan.
Start to dream and build things around it
Mengambil postgraduate studies adalah suatu keputusan yang perlu untuk dipertimbangkan baik-baik. Bukan hanya karena membutuhkan persiapan, komitmen, dan biaya yang tidak sedikit, namun hampir semua perusahaan di Indonesia saat ini masih menitikberatkan pada pengalaman kerja yang dapat dicapai dengan bachelor’s degree (S1).
Hal ini mungkin berbeda untuk beberapa pekerjaan, seperti guru, dosen, dokter, atau beberapa profesi tertentu yang membutuhkan advanced degree untuk menjalankan pekerjaannya.
Namun di industri yang saya geluti (riset pemasaran), pengetahuan dasar terkait marketing, consumer research, statistics, dan programming sebenarnya dapat saya pelajari dari pekerjaanku tanpa memiliki postgraduate degree.
Setelah bekerja selama 3 tahun, saya menyadari bahwa pekerjaanku sangat menarik. Hal ini membuatku ingin mengeksplorasi industri marketing research lebih luas.
It may sound too technical but, di era big data ini, saya melihat adanya peluang untuk mengadopsi advanced analytics tools untuk menganalisis perilaku konsumen. Sayangnya, kesempatanku untuk mengeksplorasi hal tersebut di pekerjaan dan posisiku saat ini masih sangat terbatas.
Keterbatasan inilah yang menjadi salah satu motivasiku mengambil studi lanjut terkait marketing analytics.
Saya menyadari bahwa mengambil postgraduate degree berarti mengorbankan pengalaman kerja dan menunda progress karir.
Saat saya kembali ke industri marketing research setelah lulus, saya akan kehilangan 1-2 tahun pengalaman kerja dibanding teman-temanku di industri yang sama. Hal ini membuatku memutuskan untuk tetap mengisi pengalaman kerja sembari kuliah. Selain itu, dari segi finansial, bekerja dapat membantuku menutupi pengeluaran selama tinggal di UK.
Berdasarkan pengalamanku, sebelum mengambil postgraduate degree, kita harus benar-benar tau visi atau karir seperti apa yang ingin dicapai. Semua keputusan yang kita ambil sedapat mungkin berhubungan dengan visi atau karir yang dipilih.
Selain persiapan, komitmen, dan biaya, kita juga harus mempertimbangkan pengalaman kerja atau progress karir yang dapat tertunda akibat studi lanjut. Apakah kita siap menerima hal tersebut atau ingin meminimalisasi hal tersebut dengan bekerja (seperti di kasus saya)?
Seizing the opportunity
Setelah membangun intention yang tepat untuk mengambil postgraduate degree sekaligus bekerja, kamu dapat mulai untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan visi tersebut.
Berdasarkan pengalaman pribadi, saya mendiskusikan keinginanku ini dengan atasan di kantor. Sebagai pengantar, saat studiku dimulai awal Januari 2021 kemarin, kasus COVID-19 di UK sedang naik-naiknya sehingga saya baru bisa berangkat ke UK di bulan Maret 2021.
Perusahaan tempatku bekerja memberikan izin kepadaku untuk tetap bekerja selama kuliah daring dari Indonesia. Namun, melihat performaku selama bulan Januari-Maret dan karena masih adanya kebutuhan dari perusahaan, saya ditawarkan untuk tetap bekerja full-time saat berangkat ke UK.
Saya mengerti bahwa kebijakan setiap perusahaan mungkin berbeda. Namun, saya sangat mendukung teman-teman yang ingin mendiskusikan opsi ini kepada atasan di kantor.
Pandemi COVID-19 ini memberikan fleksibilitas bagi karyawan untuk bekerja jarak jauh. Ada satu-dua orang temanku di UK yang juga bekerja full-time karena hal ini. Selain itu, memilih jurusan yang relevan dengan pekerjaan juga dapat memberikan nilai tambah, baik untuk dirimu maupun perusahaan, karena kamu dapat mengaplikasikan apa yang kamu pelajari secara langsung.
Alternatif lain yang dapat dipilih untuk mengisi pengalaman kerja saat kuliah adalah mengambil pekerjaan part-time, freelance, atau magang.
Di University of Southampton, ada banyak kesempatan untuk bekerja secara profesional sesuai dengan bidang studi yang diambil. Misalnya, saya sempat bergabung dalam Student Innovation Project, di mana saya dan empat orang temanku memberikan jasa konsultasi untuk mengembangkan platform digital marketing dari sebuah perusahaan pelatihan bahasa asing.
Setting up the boundaries
Bekerja sambil kuliah memang bukan hal yang mudah karena jadwal kerja dan kuliah sudah cukup padat. Sebagai konsekuensinya, saya tidak menyisihkan banyak waktu untuk mengikuti aktivitas di luar kedua hal tersebut. Satu-satunya kegiatan dari universitas yang pernah saya ikuti adalah Student Innovation Project yang diceritakan sebelumnya.
Walaupun banyak sekali kegiatan yang menarik, don’t bite more than you can chew. Membatasi diri dari hal-hal yang tidak relevan dengan visiku membuatku menjadi lebih fokus.
Beristirahat secara rutin adalah hal yang wajib dilakukan di tengah-tengah kesibukan.
Saya baru saja mengambil cuti dari kantor dan pergi menjelajahi Scotland dan England bersama teman-teman sekelasku di waktu pergantian semester (summer holiday). Saat sedang liburan, saya berusaha untuk tidak membuka e-mail kantor atau mengecek BlackBoard (situs materi kuliah).
Pada prinsipnya, saya sangat memaksimalkan waktu istirahat dengan baik untuk menghindari rasa jenuh dan menjernihkan pikiran.
Getting into the flow
Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Selama enam bulan kuliah-bekerja, saya harus membiasakan diri untuk mengikuti meeting kantor jam 4 pagi (karena perbedaan zona waktu antara UK-Indonesia), membaca jurnal marketing hingga larut malam, dan mengejar pekerjaan maupun tugas kuliah di weekends.
Namun, jangan pernah takut berkorban untuk hal-hal yang sementara apabila kita sudah menetapkan pilihan dengan baik! Yang terpenting adalah mengatur waktu dan memberikan ruang untuk hal-hal yang tidak terduga.