Siapa yang tidak pernah mendengar tentang sekolah prestisius di Asia yang bernama National University of Singapore? Berlokasi di negeri singa yang masuk kategori The Four Asian Tigers, NUS secara konsisten bertengger di peringkat atas universitas terbaik dunia, dengan peringkat 12 versi QS World University Rangkings dan peringkat 1 Asian University Rangkings di 2015-2016. Alhasil sebagai negara tetangga, banyak pelajar Indonesia yang menempuh studi S1, master, sampai doktoral di sana.
Di tahun 2012 lalu, saya mendapatkan sebuah kesempatan untuk melakukan program pertukaran (exchange) di NUS dengan beasiswa dari Temasek Foundation, sebuah perusahaan Singapura yang bergerak di bidang investasi di Asia. Lewat program TF LEaRN (Temasek Foundation Leadership and Regional Networking) yang bekerja sama dengan universitas-universitas besar di Asia, 35 mahasiswa undergraduate yang lolos seleksi mendapatkan kesempatan belajar di tiga universitas di Singapura, yaitu: National University of Singapore (NUS), Nanyang Technology University (NTU), dan Singapore Management University (SMU). Proses pendaftarannya bisa dibaca di tautan ini.
Beasiswa yang diberikan Temasek Foundation untuk program TF LEaRN di tahun 2012 adalah sebesar SGD 6,000. Dengar-dengar di tahun 2016 ini sudah bertambah jadi SGD 6,500. Jumlah yang cukup besar untuk kesempatan belajar yang juga sangat besar. Tidak hanya mengikuti perkuliahan yang bisa ditransfer kredit, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan community service di NGO lokal, pengembangan kapasitas kepemimpinan oleh fasilitator ahli, kunjungan ke perusahaan-perusahaan besar di Singapura, serta terlibat dalam proses sebuah simposium internasional yang menghadirkan keynote speaker ternama termasuk duta besar negara-negara Asia.
Terus, apa saja kesempatan-kesempatan langka yang bisa didapatkan lewat TF LEaRN? Ini dia, coba ya saya ingat-ingat kembali.
- Kegiatan Akademis & Non-Akademis di NUS
Saya mengikuti seleksi program TF LEaRN lewat Pusat Studi Asia Tenggara UGM. Oleh karena itu, bidang studi yang saya ambil selama satu semester di NUS adalah studi Asia Tenggara, di bawah Faculty of Arts and Social Sciences (FASS). Sistem belajar FASS terdiri dari dua sesi: kelas dan tutorial. Di dalam kelas, ada profesor yang mengajar seluruh kelas besar dalam dengan materi perkuliahan, kemudian kelas besar tersebut dibagi-bagi menjadi beberapa kelas tutorial. Tutorial diadakan di hari lain dengan format focus group discussion dan presentasi mahasiswa.
NUS mengembangkan sistem portal digital untuk pendukung kegiatan akademik, namanya Integrated Virtual Learning Environtment (IVLE). Setiap materi kuliah, tugas, rekaman webcast seminar, akan masuk ke dalam IVLE. Begitu pula dengan hasil ujian dan peringkat kelas. Ini artinya, harus rajin-rajin update secara mandiri dengan menggunakan akun mahasiswa, karena ruang diskusi virtual sangat intens dibangun di sini. Bahkan, feedback tugas dari dosen pun disampaikannya lewat IVLE.
Selain kehidupan akademis, keuntungan menjadi mahasiswa pertukaran adalah punya banyak ruang untuk mencicipi kegiatan non-akademis seperti organisasi mahasiswa, kegiatan kampus, dan fasilitas-fasilitas penunjang kampus lainnya. Saya sempat beberapa kali bergabung dalam kegiatan NUS Southeast Asia Society, NUS Astronomy Society, dan NUS Symphony Orchestra. Selain itu, fasilitas-fasilitas kampus yang canggih-canggih wajib dimaksimalkan, contohnya internal shuttle bus yang efisien, perpustakaan yang nyaman dengan akses ke jurnal internasional yang luas, fasilitas olahraga di recreation centre, museum dan pusat budaya yang sering mengadakan pameran dan konser gratis, serta student residential college yang sudah seperti kota sendiri sangking lengkapnya fasilitas dan sistem organisasi yang mereka rancang.
- Community Service dan Interaksi dengan Masyarakat Lokal
Para penerima beasiswa TF LEaRN mendapatkan pembekalan kepemimpinan lewat workshop selama dua hari penuh yang memuat materi kepemimpinan, aktivitas tim bonding, dan kegiatan sosial. Tujuannya adalah mempersiapkan tim untuk pemberdayaan masyarakat jangka pendek selama studi di Singapura, dan jangka panjang untuk jadi referensi yang bisa dibawa pulang ke negara asal.
Dalam workshop ini, kami melakukan sosialisasi tentang air kepada masyarakat di lingkungan yang memiliki kebutuhan distribusi air bersih. Proyek sederhana yang kami sebut “Water Project Campaign” ini dirancang untuk melatih kerja sama tim, karena kami harus merancang pesan dan media kampanye, turun ke jalan, mengetuk-ngetuk pintu rumah orang untuk membagi-bagikan air bersih. Lumayan menantang, soalnya di negeri orang!
Kegiatan kerelawanan dijadikan sebagai salah satu indikator kunci performance di TF LEaRN. Uniknya, ada sebuah portal bernama SG Cares, yang membantu menghubungkan orang-orang yang mencari kesempatan menjadi sukarelawan, dengan platform-platform non-profit yang sudah teregistrasi. Banyaknya jumlah pendaftar dan adanya kuota relawan di setiap tempat ini cukup membuat deg-degan. Dalam proses pendaftaran lewat SG Cares, saya sebagai calon relawan harus memilih preferensi kegiatan dan waktu, kemudian preferensi tersebut dicocokkan dengan kriteria organisasi yang diinginkan oleh pendaftar.
Saya kemudian mendapatkan konfirmasi dari admin SG Cares tentang kesempatan menjadi relawan di Void Deck Art Gallery, sebuah proyek sosial yang diadakan oleh komunitas Social Creative untuk merealisasikan galeri seni di lingkungan masyarakat menengah ke bawah. Berlokasi di sebuah komplek perumahan di Pipit Road, MacPershon, saya bergabung bersama relawan lainya merenovasi galeri seni sederhana dengan tema “Tribute to Victor Van Gogh.” Galeri seni ini sudah dibuat sejak tahun 2011 untuk edukasi sosial agar masyarakat di lingkungan ini melek seni. Selain bekerja dengan tim Social Creative, saya dapat berinteraksi dengan masyarakat yang tinggal di sekitar galeri, yang ternyata terhibur dengan kedatangan teman-teman baru.
Selain Void Deck Gallery, saya juga daftar jadi relawan untuk proyek “Chalk it Up!” yang diselenggarakan Asian Civilization Museum. Tantangannya sederhana: menggambar dengan kapur di lapangan museum untuk memecahkan rekor pola geometris Islam terbesar di Singapura. Tak disangka, kegiatan yang dilakukan di akhir pekan ini juga dijadikan ajang berkumpul keluarga-keluarga di Singapura. Dalam kesempatan ini, banyak sekali interaksi dengan residen lokal yang saya gunakan untuk menggali pengetahuan tentang budaya Singapura sekaligus memberikan pengetahuan tentang Indonesia dalam percakapan kasual.
Interaksi dengan residen lokal juga difasilitasi oleh TF LEaRN lewat host-programme. Setiap peserta inbond dipasangkan dengan peserta outbond yang merupakan warga negara asli Singapura. Saya menghabiskan momen lebaran dengan keluarga angkat saya yang multikultur, peranakan Melayu dan India. Ini adalah bagian dari pertukaran budaya yang saya sukai: sebuah kesempatan langka merayakan momen penting di negeri orang, walau harus menahan rindu dengan keluarga di rumah dan memutuskan untuk tidak pulang ke Indonesia.
- Kesempatan Berjejaring dengan Para Profesional
Sebagai penerima beasiswa dari Temasek Foundation, tentu saja ada kesempatan untuk mengenal lini bisnis yang mereka lakukan. Temasek memiliki afiliasi dengan berbagai perusahaan besar di Singapura. Seluruh awardee TF LEaRN dapat mengikuti sesi Temasek Learning Journey, yang terdiri dari audiensi dengan para pemegang kepentingan strategis di bisnis, serta field study ke perusahaan-perusahaan rekanan Temasek. Dalam field study, mendapatkan kesempatan untuk mengintip dapur CapitaLand dan Singapore Airlines.
Selain kunjungan bisnis, kami juga dilibatkan untuk mengorganisir agenda rutin ASEAN Learning Journey. Ini adalah sebuah simposium yang dihadiri oleh CEO Temasek Foundation, duta besar Singapura untuk Indonesia, duta besar Indonesia untuk Sigapura, CEO berbagai bisnis sosio-entrepreneur, perwakilan fakultas NUS, serta perwakilan International Relations Office NUS. Proses persiapan acara ini pun akhirnya menjadi ajang kerja sama tim dalam proyek profesional berskala internasional. Simposium ini sekaligus jadi final remark program TF LEaRN yang kami lalui selama satu semester di NUS. Sebuah perjalanan manis yang kaya dengan pembelajaran dan pengembangan diri. Perjalanan yang tidak hanya memperdalam pengetahuan regional sebagai generasi muda Asia, melainkan juga menambah jejaring profesional di negara-negara tetangga yang lebih suka saya sebut lingkar pertemanan.
Sampai saat ini, saya selalu punya jawaban yang sama untuk pertanyaan, “Why Singapore?”
“Because it’s NUS! Because it’s TF LEaRN!” dan mengutip kata-kata teman satu program saya, Lilian Wong, “it’s not only about Singapore, but also about Indonesia, Malaysia, Brunei, Phillippines, Laos, Thailand, Vietnam, Cambodia, India, Japan, Korea, and China.”
Krefit foto: Shofi Awanis