Di antara para pelajar Indonesia yang berkuliah ke luar negeri, tentunya ada beberapa orang yang memiliki motivasi agar dapat melanjutkan dengan bekerja di luar negeri. Saya pribadi adalah salah satunya, dan Alhamdulillah, setelah saya menyelesaikan studi S2 pada tahun 2013 dari Ecole des Mines de Nantes (Prancis), saya berhasil meneruskan perjalanan saya di Eropa dengan bekerja di sebuah perusahaan di bidang engineering di Norwegia. Berbagai pengalaman dan wawasan menarik saya dapatkan di sini karena tentunya tantangan yang dihadapi di dunia kerja berbeda dari dunia pelajar. Selain itu, Norwegia sebagai salah satu negara Skandinavia memiliki budaya yang juga sangat berbeda dengan Prancis tempat saya studi S2 dulu. Nah, mungkin ada teman-teman yang penasaran bagaimana sih, rasanya bekerja di Norwegia? Mari simak cerita saya berikut ini.
Rutinitas Harian
Saya tinggal di kota Oslo yang merupakan ibu kota dari Norwegia, namun lokasi kantor saya berada di kota Asker yang berjarak 25 km di sebelah barat dari Oslo. Setiap pagi saya naik bus dan kereta untuk pergi ke kantor dengan total waktu perjalanan 1 jam. Jam kantor di sini biasanya dimulai pada pukul 8 pagi sampai dengan pukul 4 sore, tetapi ada kebebasan (flexi time) untuk datang lebih siang atau lebih pagi dengan syarat jam kerja minimal 8 jam terpenuhi. Jadwal makan beberapa jam lebih awal, contohnya istirahat makan siang dimulai pada pukul 11 (dengan durasi 30 menit),dan bahkan makan malam pun biasanya dilakukan pada pukul 5 sore.
Berbeda dengan pengalaman saya bekerja di Jakarta dulu yang biasanya orang baru keluar kantor di atas jam 7 malam, kalau di Norwegia sangatlah lumrah untuk ‘teng-go!’ alias langsung pulang pada pukul 4 sore. Salah satu alasannya terkait jadwal makan malam yang dimulai pada pukul 5 sore, danhampir tidak ada rumah tangga yang memiliki ART dan kebanyakan kedua orang tua bekerja, jadi mereka harus segera pulang ke rumah untuk menyiapkan makanan untuk anak-anaknya.
Peran saya di kantor adalah sebagai seorang Business Development Engineer atau istilah lainnya Sales Engineer. Perusahaan tempat saya bekerja membuat rancangan dan desain untuk berbagai peralatan gas untuk aplikasi di kapal (gas carrier) maupun untuk kilang pencairan gas di darat (LNG plant). Bersama tim di kantor, kami menyiapkan rancangan teknis untuk sebuah proyek dan juga membuat penawaran harga dan kontrak kerja. Saya sangat bersyukur karena bisa terlibat langsung di ‘dapur’ perusahaan berbasis teknologi, karena saya jadi bisa mengamati langsung bagaimana proses inovasi teknologi secara riil itu berjalan. Dulu, hal tersebut pertama kali saya peroleh sebagai materi kuliah di jurusan Teknik Industri ITB. Jadi saya senang karena kini saya dapat memanfaatkan ilmu yang saya peroleh dari S2 saya di Perancis maupun dari S1 saya di Indonesia.
Penjualan perusahaan kami 90% bersifat ekspor. Ya, karena tidak banyak di dunia yang menguasai teknologi cryogenic gas handling maka saya pun berkesempatan untuk berinteraksi dengan client mancanegara. Selain pemahaman teknis akan produk yang dijual, kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu kunci dalam menjalankan pekerjaan ini. Oleh karena itu, secara sengaja perusahaan menugaskan saya untuk mengurus prospek-prospek yang terkait dengan Asia Tenggara dan Indonesia. Tetapi, bukan berarti saya cuma dimanfaatkan karena latar belakang negara kewarganegaraan saya lho. Malahan, 80% dari waktu saya dipakai untuk bekerja dengan client yang berasal dari Eropa seperti Belanda, Jerman, Swedia, Finlandia, Prancis, dan negara-negara lainnya. Mayoritas interaksi dilakukan melalui telepon dan e-mail, tetapi cukup banyak juga perjalanan bisnis untuk bertemu langsung dengan mereka. Perjalanan lain yang saya lakukan juga terkadang untuk mengikuti konferensi atau expo. Meskipun melelahkan, menariknya saya jadi dapat mengunjungi banyak negara dan kota berbeda secara gratis!
Norwegia adalah negara yang cukup terbuka untuk pekerja asing. Terutama di bidang engineering, tidak ada kewajiban untuk menguasai bahasa Norwegia karena komunikasi di kantor selalu menggunakan bahasa Inggris. Saya pun meski sudah 2 tahun tinggal di sini masih belum lancar berbahasa Norwegia (Norsk) walaupun pernah mengikuti les bahasa yang diberikan di kantor. Penyebabnya lebih karena kurangnya waktu untuk praktek ketimbang karena tingkat kesulitan bahasanya. Di kehidupan sehari-hari pun orang Norwegia sudah biasa bercakap dengan bahasa Inggris dengan orang asing. Ini adalah hal yang bertolakbelakang dengan kondisi di Prancis dulu. Perbedaan lain dengan Prancis yang didominasi oleh pelajarnya, justru di Norwegia lebih banyak orang Indonesia yang datang untuk bekerja ketimbang menjadi mahasiswa.Lain halnya di kantor saya, saat ini saya adalah satu-satunya orang Indonesia dan banyak teman kerja yang berasal dari Iran, Portugal, Prancis, Polandia, India, Jerman, dan lainnya. Suasana di kantor sangat bervariasi karena saat ini di kantor saya terdapat sekitar 30 warga negara yang berbeda. Hal ini memberikan saya kesempatan untuk bergaul dan mengetahui kebudayaan dari berbagai bangsa selain Norwegia Ketika makan siang, topik-topik global pun meliputi percakapan kami, misalnya seperti krisis ekonomi di Yunani, saya pun jadi dapat mendengar penjelasan langsung dari teman yang orang Yunani.
Yang Unik dan Asik di Norwegia
Salah satu hal yang terbersit ketika mendengar nama Norwegia biasanya adalah ikan salmon. Di sini memang ikan salmon sangat banyak sampai-sampai harganya pun lebih murah dari daging ayam! Saya tinggal membeli di supermarket; apakah ingin salmon asap, filet salmon, atau salmon segar yang biasa dijadikan bahan membuat sashimi (disebut “salma” di sini). Ketika ada kesempatan pulang ke Indonesia, salmon menjadi salah satu oleh-oleh andalan karena harganya yang tidak mahal dan cukup diminati keluarga di tanah air.
Selain itu, olahraga ski juga identik dengan Norwegia yang berada dekat dengan kutub utara sehingga udaranya dingin dan banyak memiliki salju. Meskipun saya berasal dari negara tropis, saya menikmati olahraga ski ini dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang saya miliki saat ini. Yang betul-betul berkesan, akses ke arena ski sangat banyak dan mudah dicapai dengan kendaraan umum dengat cepat. Sehingga meskipun saya tinggal di perkotaan, cukup dengan naik bus atau kereta saya bisa mencapai trek yang ada di bukit, gunung, ataupun danau yang membeku. Saya pun tidak perlu membayar tarif tambahan untuk perjalanan ini karena sudah termasuk dalam tiket angkutan umum bulanan saya (arena ski masih dalam wilayah kota Oslo). Arena untuk ski juga tersedia sangat banyak di Norwegia bahkan dengan jalan kaki dari kantor pun ada. Ski di malam hari tidak menjadi masalah karena disediakan lampu seperti lampu jalan raya di beberapa arena ski.
Terkait pekerjaan, kondisi pegawai sangatlah diperhatikan di sini. Misalnya, meja kerja kami dilengkapi dengan 2 monitor besar agar leher dan mata tidak pegal. Setiap hari selasa, kamis dan jumat ada ahli pijat yang datang ke kantor untuk memberikan perawatan. Biaya pijat disubsidi kantor dan bahkan ada ruang pijat khusus selain gym dengan peralatan secukupnya. Bagi pegawai perempuan, terdapat hak cuti melahirkan yang panjangnya sampai 1 tahun. Bayangkan selama cuti yang lama tersebut, gaji akan tetap dibayarkan! Betapa kondisi yang diidamkan. Perlu diketahui segala fasilitas ini ada karena arahan dari pemerintah negaranya,dantentunya tidak semerta-merta gratis karena sebetulnya pajak di Norwegia sangat besar;minimal mencapai 35% dari pendapatan seseorang.Pajak yang ditarik, dikelola untuk dimanfaatkan bagi kesejahtereaan warganya kembali.
Proses Mendapatkan Kerja
Di program saya berkuliah di Ecole des Mines de Nantes, di semester terakhir para mahasiwa diwajibkan untuk magang di perusahaan sambil mengerjakan tesis. Nah, di antara beberapa tempat yang saya incar untuk magang, akhirnya yang memberikan saya kesempatan adalah perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini. Momen ketika magang inilah yang dulu saya manfaatkan sebaik mungkin untuk mendapatkan tawaran kerja. Meski berstatus pelajar dan magang tanpa bayaran, tetapi saya tunjukkan kerja keras dan berikan karya terbaik. Alhasil, ketika itu saya berhasil meyakinkan manajer dan direktur di perusahaan untuk memberikan saya tawaran bekerja.
Tidak semuanya berjalan mulus sih, salah satu kendala yang saya alami adalah terkait visa. Untuk dapat bekerja di luar negeri, kita memerlukan visa khusus, danpada kasus saya, proses pembuatan visa kerja ini memakan waktu 6 bulan. Karena menunggu kabar visa yang sangat lama saya pun sempat cemas apakah saya akhirnya dapat bekerja di Norwegia atau tidak. Ketika itu, saya menunggu sambil mencari kerja juga di Indonesia. Hal ini pun bukanlah perkara mudah walaupun saya berbekal ijazah S2 dari Perancis. Setelah lebih dari empat bulan menganggur, yang kembali memberikan saya semangat saat itu adalah seorang kenalan yang menawarkan saya untuk membantu-bantu di perusahannya. Tidak lama kemudian saya terima kabar baik bahwa visa saya telah disetujui dan saya pun langsung cepat-cepat mempersiapkan keberangkatan ke Norwegia.
Kini hari-hari saya bekerja di luar negeri tentunya penuh dengan berbagai tantangan dan pelajaran hidup yang tidak mudah. Saya berharap dengan menulis, bisa membantu membangkitkan semangat teman-teman yang sedang mempersiapkan diri atau bertanya-tanya mengenai apa sajakah manfaat dari kuliah ke luar negeri atau bagaimana sih kira-kira juntrungannya setelah lulus nanti. Tulisan ini juga saya buat sebagai wujud rasa syukur saya kepada Allah SWT yang telah memberikan pengalaman yang sangat berharga untuk hidup saya. Mudah-mudahan cerita singkat ini bisa menghibur dan menambah wawasan teman-teman pembaca. Terimakasih!
Images courtesy of Syawalianto Rahmaputro
Menarik, pengen sekali pergi ke norwegia, kira2 adakah pekerjaan untuk lulusan D3 disana ya?
Memotivasi sekali untuk pergi ke norwegia suatu saat!
Mas Syawalianto, Bolehkah saya minta alamat email atau nomer HP’nya?
Bulan Agustus besok saya akan di Norwegia (Kristiansand) Selama kurang lebih 10 bulan untuk pertukaran pelajar.
Saya mau bertanya banyak tentang kehidupan orang Norwegia, jika Mas Syawalianto Berkenan tentu saya sangat berterimakasih.
Mungkin Mas Syawalianto bisa menghubungi saya ke alamat email wildankhunaefi16gmail.com, untuk memprivatisasi kontak Mas Syawalianto.
Sekian Terimakasih.
Salam,
hallo.. saya ingin sekali melanjutkan s2 disana . Tapi langkah-langkah untuk mencari beasiswa aja saya ga tau. bisa bantu saya? menujukan langkah2nya . terimkasih 🙂