Apa yang Terjadi jika Jumlah Mahasiswa Indonesia di Negara Tempatmu Belajar di Luar Negeri hanya Sedikit?

0
3709

Di beberapa negara tujuan studi luar negeri, tentunya ada beberapa negara yang jumlah mahasiswa Indonesianya lebih banyak dibandingkan negara lain, seperti misalnya Australia, Singapura, Belanda, Jepang, dan Inggris. Lalu bagaimana dengan negara seperti Denmark yang terletak sangat jauh di utara? Berapa jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di sana? Sebelum saya berangkat untuk studi di Denmark, tidak ada satu pun dari keluarga atau teman saya yang pernah kuliah di sana. Hal itu membuat saya absen akan gambaran bagaimana kehidupan studi di Denmark dan membuat saya berasumsi mungkin tidak banyak WNI dan pelajar Indonesia yang tinggal di Denmark.

Bukannya takut atau merasa insecure, saya justru tertantang untuk ‘menjelajahi’ Denmark. Lagipula ketika kita sudah memutuskan untuk studi dan hidup sendiri di luar negeri, seharusnya kita sudah mempersiapkan untuk hidup se-mandiri mungkin dan hidup berbaur dengan warga lokal di tempat kita tinggal. Di Denmark, jumlah WNI nya saja sekitar 600an orang, dan dari jumlah tersebut sekitar kurang lebih 50 orang adalah mahasiswa Indonesia. Sementara di Aarhus, kota tempat saya tinggal terdapat kurang dari 20 pelajar Indonesia. Meskipun jumlah mahasiswa Indonesia di Denmark hanya sedikit, menurut saya hal ini justru memberikan banyak sisi positif, misalnya:

KBRI Copenhagen

  1. Hubungan antar mahasiswa Indonesia menjadi lebih dekat

Karena jumlah mahasiswa Indonesia lebih sedikit, hal ini memungkinkan masing-masing dari kami untuk lebih mengenal dan dekat dengan mahasiswa Indonesia lainnya. Misalnya ketika ada acara kumpul-kumpul makan-makan atau acara seperti silaturahmi Idul Fitri, dan yang hadir kurang dari 20 orang, kemungkinan untuk ‘mingle’ dan mengobrol dengan mahasiswa lain jadi lebih besar. Bayangkan jika jumlah mahasiswa Indonesia di kota tempat kamu tinggal lebih dari 100 misalnya, kalau mau mengadakan acara silaturahmi di satu tempat pasti akan jauh lebih repot. Selain itu, menurut saya yang penting itu kualitas bukan kuantitas ‘berapa banyak yang kita kenal’. Sebagai saran tambahan lain, ketika kamu belajar di luar negeri janganlah ‘bergantung’ dengan mahasiswa Indonesia lain atau siapa pun. Belajarlah se-mandiri mungkin, tapi tetap ‘social’, dan perbanyak ‘network’ dari orang lokal dan orang-orang dari kebangsaan lain juga. Pertemanan, pengetahuan, berita, serta ‘insights’ yang kamu dapatkan dari mereka akan sangat berguna di masa sekarang maupun masa-masa mendatang. Ketika semakin bervariasi ‘network’ yang kamu miliki, maka akan semakin kaya wawasan dan ‘mindset’ yang kamu miliki.

 

buka bersama

  1. Hubungan dengan Duta Besar Republik Indonesia dan KBRI menjadi lebih akrab

Ketika jumlah WNI di negara tempat kamu tinggal lebih sedikit, otomatis akan lebih mudah bagi kamu untuk mempererat hubungan dengan Kedutaan Besar RI. Seperti misalnya, saat acara perkenalan Duta Besar RI untuk Denmark, Bapak Muhammad Ibnu Said di Wisma Duta RI Copenhagen, karena jumlah WNI dan pelajar Indonesia yang hadir relatif tidak terlalu banyak, tentunya akan lebih mudah berkenalan dengan Bapak Duta Besar dan staf Kedutaan. Bahkan pada tanggal 10 Juni 2016 ketika pihak KBRI berpartisipasi pada Asian Culture Bazaar di Aarhus, pada malam harinya Bapak Duta Besar RI beserta Ibu dan staf KBRI hadir di acara buka bersama dengan WNI di Aarhus secara khusus dan terjadi diskusi yang bersifat informal (seperti foto di atas). Saya sendiri bisa mengobrol dengan agak santai (tapi tetap hormat) dengan Bapak Duta Besar. Pada tahun sebelumnya, pihak KBRI juga sangat dekat dengan para mahasiswa. Baik Duta Besar dan staf KBRI hafal dengan beberapa nama mahasiswa Indonesia di Denmark dan memberikan ucapan secara tulus dan personal kepada mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya. Saya rasa di negara lain yang tidak memiliki banyak pelajar Indonesia, seperti misalnya Finlandia atau Tunisia, kesempatan untuk dekat dengan Duta Besar bisa jadi akan jauh lebih lebar. Kapan lagi bisa dekat dengan Duta Besar RI?

  1. Kesempatan untuk menjadi “student ambassador” di negara tempat kamu tinggal

Satu hal lagi, ketika tidak banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di negara tempat kamu tinggal, ini bisa berarti peluang lebih besar untuk kamu bercerita kepada teman-teman yang tinggal di Indonesia tentang bagaimana rasanya tinggal dan belajar di negara tersebut. Mengapa? Pikirkan saja, misalnya sudah sangat banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di Australia, logikanya teman-teman di Indonesia tidak terlalu “ingin tahu” lagi tentang bagaimana studi di Australia karena sudah banyak dalam “network” mereka para WNI tamatan Australia. Dalam kasus saya, saya cukup sering mendapat email atau pesan dari teman-teman di Indonesia, di mana banyak di antara mereka yang saya tidak pernah kenal atau bertemu sebelumnya menanyakan tentang studi di Denmark (saya rasa karena mereka jarang sekali mendengar ada orang Indonesia yang kuliah di Denmark – apalagi Denmark adalah ‘The World’s Happiest Nation’). Di Denmark sekarang ini saya juga menjadi salah satu Youth Goodwill Ambassadors for Denmark dan satu dari tiga international student life ambassador for Aarhus University. Itu karena menurut Denmark, mahasiswa dari Indonesia seperti saya ini ‘langka’ dan ‘unik’. Banyak dari mereka yang ingin tahu mengapa saya memilih untuk studi di Denmark yang jauh di Eropa Utara ketimbang negara lain yang lebih ‘beken’ untuk tujuan studi. Baca artikel saya sebelumnya, ‘Kenapa Denmark?’.

Jadi bagaimana? Merasa tertantang untuk menjelajahi dan berkuliah di negara ‘asing’ di mana jumlah WNI-nya langka? Kontribusimu dibutuhkan dan sepak terjangmu mungkin akan tercatat oleh sejarah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here