Hidup di Melbourne mengajarkan saya untuk selalu bersyukur. Melbourne adalah sebuah kota yang sangat disukai para wisatawan dan pelajar dari mancanegara, termasuk saya sendiri. Bukan tanpa alasan bila kota ini selalu mendapat predikat pertama kota paling layak huni sedunia sejak 2011 sampai 2015 menurut koran The Age. Hal itu bisa dirasakan dari fasilitas umum, transportasi, pendidikan, sampai fasilitas kesehatan yang sangat baik sehingga membuat siapa saja yang pernah tinggal di sana selalu rindu untuk kembali lagi.
Rasa syukur itu semakin bertambah ketika saya memperoleh kesempatan untuk melanjutkan studi master di Melbourne Business School, The University of Melbourne, melalui Beasiswa Pendidikan Indonesia, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Republik Indonesia (BPI LPDP RI). Beasiswa LPDP RI memberikan kesempatan bagi setiap anak bangsa yang ingin melanjutkan studi magister maupun doktor di dalam ataupun luar negeri melalui 4 periode seleksi sepanjang tahunnya. Tujuannya adalah untuk membentuk generasi emas Indonesia pada tahun 2030 yang berkontribusi bagi bangsa agar mempunyai nilai tambah dalam persaingan global.
Di bulan Ramadan ini, sebagai pelajar muslim Indonesia di kota Melbourne, Alhamdulillah kami mendapat beberapa kemudahan. Pertama, mengingat bulan Juni ini, Australia, khususnya Melbourne sudah memasuki musim dingin, maka lama waktu berpuasa hanya sekitar 11 jam 10 menit, waktu yang cukup singkat. Kedua, kegiatan Ramadan juga dimeriahkan oleh beberapa komunitas Indonesia, khususnya tiga Islamic Centre yang dibawahi oleh Indonesian Muslim Community of Victoria (IMCV), yaitu Surau Kita di suburb Coburg, Masjid Westall di Clayton dan Masjid Baitul Makmur di Laverton. Pada akhir Mei lalu juga diadakan Ramadan Family Day 2016 di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Melbourne. Kegiatan ini cukup membantu menghilangkan kerinduan pada tanah air yang berjarak 5203 km atau sekitar 6 jam perjalanan udara ke Jakarta. Selain tiga Islamic Centre Indonesia tersebut, beberapa masjid yang dikoordinir masyarakat Turki, Somalia, maupun Albania yang mayoritas imigran juga mengadakan iftar (buka puasa) dan tarawih rutin. Ketiga, makanan halal. Masyarakat muslim di kota Melbourne tidak perlu ragu untuk menyantap makanan halal, sebab butcher halal mudah ditemui seperti salah satunya Madina dan Macca Halal Meats di Suburb Brunswick dan Flemington. Di pusat perbelanjaan seperti Coles maupun Woolworths juga menyediakan makanan dengan kemasan halal, begitu pula di beberapa restoran Indonesia atau Turki. Keempat, respect dan dukungan pemerintah. Beberapa hari lalu beredar surat resmi dari Perdana Menteri Australia berisi penyambutan terkait bulan Ramadan beserta rasa hormat dan dukungan menjalankan ibadah puasa untuk seluruh muslim di Australia. Hal ini merupakan sebuah nilai penghargaan tersendiri terhadap minoritas di sebuah negara.
Pada akhirnya, tentunya diharapkan bahwa kemudahan dan kenyamanan yang muslim Indonesia di Australia rasakan tersebut dapat meningkatkan produktivitas secara maksimal. Terutama bagi para pelajar Indonesia yang diharapkan untuk semakin giat dalam belajar dan produktif di setiap proses studinya sehingga tidak kalah dengan pelajar mancanegara maupun lokal dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi, sehingga dapat mempersembahkan yang terbaik bagi bangsa dan negaranya ketika kembali ke tanah air kelak.
Edited by Hadrian Pranjoto
Photos provided by the author