You have finished your Undergraduate studies abroad, and you are faced with a lot of options. “Do I immediately start working or do I apply for Postgraduate studies here? Or should I try to experience life working or undertaking my Master’s in another country?” Decisions, decisions. Juventia Dimitri Stella also faced this dilemma when she obtained her Bachelor’s from Nagoya University, Japan, back then, but then made a bold decision to venture out into Wageningen, Netherlands, with the StuNed Scholarship! What exactly is the StuNed Scholarship? How did it align with her long-term vision, and how did she manage to secure it? And, how was her student life in the Netherlands? Read on for Stella’s inspirational story!
Usai sudah perjalanan 5 tahun yang berharga saat menimba ilmu di Negeri Sakura.
Berbekal ijazah S1 dari Nagoya University (1 dari 7 universitas nasional Jepang), ada 3 pilihan langkah yang bisa saya tempuh. Melamar pekerjaan di Jepang (就活), melanjutkan S2 di Jepang atau melanjutkan S2 di negara lain.
Dengan berbagai pertimbangan, melanjutkan S2 di negara lain menjadi pilihan saya.
Ya, Belanda pilihannya!
Pertanyaan berikut yang muncul adalah, bagaimana caranya? Seperti dalam artikel “Flying to Japan with Monbukagakusho”, kali ini saya ingin berbagi pengalaman berburu beasiswa ke Wageningen University and Research (WUR), Belanda.
Beasiswa
Banyak orang berpendapat bahwa mendapatkan beasiswa untuk program S-2 jauh lebih mudah dibanding program S-1. Banyaknya jumlah dan jenis beasiswa yang ditawarkan untuk program S-2 secara signifikan memang memperbesar peluang untuk mendapatkannya. Indonesia Mengglobal sudah menyajikan banyak informasi mengenai hal tersebut. Untuk menjadikannya makin lengkap, ijinkan saya ikut berkontribusi menambahkan 1 program beasiswa yang ada, StuNed.
Program (Studeren in Nederland atau Studi di Belanda) StuNed scholarship adalah merit based scholarship yang mengutamakan sisi excellence. Program ini merupakan salah satu bentuk kerja sama bilateral antara pemerintah Belanda dan Indonesia yang bertujuan untuk “Membangun Indonesia dengan Sumber Daya Manusia Berdaya Saing Global”. StuNed menawarkan beasiswa untuk master course, short course, dan tailor made training. Informasi lengkap mengenai program ini, seperti sasaran kandidat, prioritas program studi, jumlah uang beasiswa, waktu aplikasi dan lainnya, bisa langsung dilihat di website berikut.
http://www.nesoindonesia.or.id/beasiswa/stuned
Sebenarnya ada beberapa beasiswa lain untuk studi di Belanda, di antaranya LPDP, Erasmus, Orange Tulip Scholarship (OTS) dan Netherland Fellowship Program (NFP).
Link Grantfinder bisa membantu kita untuk mencari beasiswa yang tepat.
http://www.nesoindonesia.or.id/beasiswa/grantfinder-1
Setiap program beasiswa mempunyai kriteria dan keunggulan masing-masing.
Saya memilih StuNed scholarship program terutama karena bidang studi yang saya tekuni, pertanian, sesuai dengan bidang yang menjadi prioritas StuNed dalam seleksinya. Saya juga bersyukur karena sejak tahun 2014, program S2 StuNed yang sebelumnya hanya membuka peluang bagi profesional madya, juga memberikan kesempatan kepada fresh graduate dengan prestasi unggul.
Proses seleksinya terbilang sederhana, tidak ada seleksi wawancara. Namun proses sederhana tidak berarti mudah dan tanpa perjuangan. Sebagai gambaran, untuk angkatan 2017, kurang dari 10% dinyatakan lulus seleksi. Prosentase fresh graduate yang lolos masih terbilang sangat kecil, namun trend ini mungkin saja berubah dari tahun ke tahun.
Sejak tahun 2017, pendaftaran beasiswa StuNed dilakukan secara online untuk memberikan kemudahan bagi para pelamar, juga untuk menghindari kesalahan administratif pengelola beasiswa. Pembukaan pendaftaran bisa dilihat di website Neso Indonesia. Sementara batas penutupan biasanya jatuh pada tanggal 1 April. Berikut adalah jadwal langkah- langkah yang saya lalui.
(Note: Ada perbedaan jadwal kurikulum Jepang yang memulai tahun ajaran di bulan April dengan jadwal kurikulum di Indonesia)
Oktober: pendaftaran online WUR
November: pengumuman penerimaan WUR (conditional LoA, dengan syarat ijazah)
Maret awal: unconditional LoA (dengan surat resmi Nagoya University, sementara ijazah masih diproses)
Maret akhir: perolehan ijazah & pendaftaran online StuNed
Awal Juni: pengumuman lolos seleksi StuNed (melalui email, setelah 2 bulan masa penantian)
Pertengahan Juni : upacara penerimaan & briefing StuNed awardees
Agustus awal: pre-departure briefing bagi semua pelajar yang akan berangkat di Erasmus Huis
September: keberangkatan ke Belanda (home away from home)
Kehidupan sebagai pelajar asing
Eropa merupakan salah satu destinasi wisata terpopuler bukan hanya bagi masyarakat Indonesia, tapi juga dunia. Jadi, berwisata keliling Eropa sudah pasti menjadi bagian dari kehidupan para pelajar asing di Belanda. Namun jangan jadikan hal tersebut sebagai motivasi utama untuk memutuskan kuliah di Belanda. Untuk mampu menguasai materi kuliah yang cukup berat, sistem pembelajaran yang berbeda, culture shock, ditambah cuaca yang kurang bersahabat, diperlukan tekad yang kuat, kerja keras dan ketekunan.
Sebelum tahun ajaran dimulai, sebaiknya teman-teman sudah mempersiapkan study plan yang mencakup mata kuliah yang akan diambil, research group yang diminati untuk thesis, dan rencana internship. Biasanya informasinya bisa didapat dari study handbook.
Di Wageningen University, pada tahun pertama, 1 tahun ajaran dibagi menjadi 6 periode (periode 1,2,5,6 masing- masing berlangsung selama 2 bulan, sedangkan periode 3,4 yang disebut periode pendek, hanya 1 bulan). Dalam 1 periode normal, hanya ada 2 mata kuliah, sementara dalam 1 periode pendek hanya ada 1 mata kuliah. Terdengar santai? Jangan salah, 1 mata kuliah berlangsung selama 3.5 jam setiap hari. Ibaratnya materi 1 semester dipadatkan dalam 2 bulan. Beradaptasilah sesegera mungkin dengan sistem baru ini.
Pada tahun kedua, teman- teman bisa memilih, mengerjakan 1 major dan 1 minor thesis atau 1 major thesis dan internship.
Mengenai sistem penilaian, 5.5 adalah nilai minimal yang dibutuhkan untuk lulus suatu mata kuliah. Lagi- lagi terdengar mudah? Karena hal ini sangat subjektif, saya tidak akan membahas lebih jauh.
Biasanya masalah culture shock akan sangat terasa saat group work, kita tidak perlu terlalu khawatir. Berusahalah untuk lebih open-minded (jangan “baper”), lebih berani mengemukakan dan mempertahankan pendapat. Hal yang tidak kalah penting di Belanda adalah tepat waktu, selain itu kita juga harus bisa membagi waktu secara efektif.
Untuk menjadi “sumber daya manusia berdaya saing global yang sanggup membangun Indonesia”, tentu saja tidak mudah, but if that is what you really want to be, you will do everything to achieve it.
Work hard, play harder!
Photos are provided by the author.