Kesempatan untuk melanjutkan studi S2 di luar negeri tentunya merupakan pengalaman yang sangat berharga. Namun, gelar dari luar negeri pun belum tentu menjamin bahwa kita akan langsung dapat pekerjaan sekembalinya di Indonesia. Dalam artikel ini, Content Director Indonesia Mengglobal untuk wilayah UK dan Eropa, Arnachani Riaseta, berkesempatan untuk berbincang dengan penerima beasiswa LPDP, Candini Candanila, mengenai pengalamannya berkuliah di Perancis dan mencari kerja di Indonesia. Semoga cerita perjalanan Candini bisa menjadi inspirasi bagi kalian yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri!
***
Candini Candanila menyelesaikan studi S2-nya dari Paris Institute of Political Studies, atau lebih dikenal sebagai Sciences Po, pada tahun 2016. Penerima beasiswa LPDP ini sekarang menjabat sebagai Senior Public Policy and Government Relations di salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, Tokopedia. Dalam kesehariannya, Candini bertanggungjawab dalam membina hubungan antara Tokopedia dengan lembaga pemerintahan maupun mitra-mitra organisasi non-pemerintahan. Di kesempatan ini, saya ingin berbincang dengan Candini tentang perjalanannya waktu kuliah dan setelah kelulusan, serta pelajaran-pelajaran yang didapatkan selama mencari kerja di Jakarta.
Hai Candini! Boleh diceritakan sedikit, kenapa waktu itu kamu memutuskan untuk kuliah di Perancis?
Dulu, setelah saya lulus S1 (jurusan Hubungan Internasional di Universitas Indonesia), seperti kebanyakan orang lainnya, saya pun bingung mau lanjut kemana. Saya lihat referensi ke alumni-alumni, banyak yang langsung daftar menjadi pegawai negeri di Kementerian Luar Negeri. Tapi saat itu saya belum merasa tahu apakah cocok menjadi diplomat, sehingga saya tidak mau membuat komitmen jangka panjang. Akhirnya saya sempat menjadi peneliti di lembaga penelitian kampus saya, yang namanya Center for International Relations Studies (CIReS). Selama disana, saya juga sambil mencari kira-kira ketertarikan saya di bidang apa. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk melanjutkan studi S2. Tapi itu pun, saya belum tahu mau S2 dimana. Waktu itu ada dua pilihan utama yang saya pikirkan, yaitu London School of Economics atau Sciences Po.
Kebetulan, sebagai peneliti CIReS, saya waktu itu berkesempatan untuk mendampingi seorang dosen tamu dari Korea. Setelah acara di kampus selesai, beliau meminta diajak keliling-keliling Jakarta. Akhirnya, pada hari itu, kita banyak mengobrol dan beliau menyarankan saya untuk daftar ke Sciences Po karena interest saya di politik energi internasional lebih cocok dengan program di Sciences Po. Setelah mendaftar, untungnya saya diterima, walau harus ditunda setahun untuk mengikuti seleksi program beasiswa LPDP.
Seperti apa sih kuliah di Sciences Po?
Waktu itu saya mengambil jurusan International Energy di Paris School of International Affairs. Disana, kita diberikan kesempatan untuk mengambil spesialisasi. Saya pun mengambil spesialisasi Intelligence Studies dan Middle Eastern Studies. Pada saat itu pun saya menyadari bahwa saya lebih tertarik untuk mendalami isu-isu praktis dibanding menjadi akademis.
Saya menjalani program S2 di Sciences Po selama dua tahun, atau empat semester. Di semester ketiga, kita tidak ada kelas, tapi harus memilih antara penulisan tesis, pertukaran pelajar, atau magang. Saya pun akhirnya magang di Institute of International Relations Prague (IIR) di Republik Ceko dari Agustus sampai Desember 2015. IIR adalah lembaga penelitian yang dibentuk oleh Kementerian Luar Negeri Ceko, namun berjalan independen dari pemerintah. Lembaga ini adalah referensi utama pemerintah Ceko dalam pengambilan keputusan hubungan internasional. Disana, saya banyak bertemu dengan teman-teman dari seluruh dunia.
Setelah lulus dari Sciences Po, bagaimana pengalamanmu dalam mencari kerja?
Saya lulus pada bulan Juli 2016, tapi jarak antara kelulusan sampai dapat kerja itu kurang lebih delapan bulan. Setelah kembali ke Jakarta, saya explore pekerjaan ke banyak tempat, termasuk kedutaan asing, organisasi internasional, dan banyak perusahaan. Namun sayangnya, setelah wawancara, banyak yang belum jodoh. Di tengah perjalanan, saya pun bertanya pada diri sendiri: sebenarnya saya maunya apa sih? Apakah bekerja di organisasi internasional atau sektor swasta? Saya pun banyak ngobrol dengan orang-orang di kampus saya dulu (Universitas Indonesia) untuk mendapat referensi. Pada akhirnya, tahun 2017 saya bergabung dengan sebuah perusahaan konsultan kebijakan publik.
Pelajaran-pelajaran apa sih yang bisa diambil dari pengalamanmu mencari kerja?
Di Setiap wawancara, selalu banyak pertanyaan yang terdengar klise, seperti what are your strengths and weaknesses. Tapi, kalau dipikir-pikir, pertanyaan ini penting untuk perusahaan untuk menilai kecocokan antara kamu dengan perusahaan tersebut.
Lalu, jangan sampai kita tidak ada kegiatan sama sekali. Saya waktu itu juga mencari kesibukan di luar pencarian kerja. Misalnya, saya ikut kepanitiaan penyambutan LPDP sebagai alumni.
Selain itu, saya juga cukup beruntung karena ada teman kuliah seangkatan yang sama-sama menempuh hal yang sama. Kita mulai dan lulus S2 sama-sama, dan cari kerja sama-sama. Sehingga, ada teman berbagi pengalaman.
Apakah ada pesan-pesan yang ingin kamu sampaikan ke teman-teman pembaca Indonesia Mengglobal?
Pertama, pintar-pintarlah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kita dimana. Lalu kenalilah motivasi diri sendiri – kenapa sih kamu mau kerja disini? Apa relevansinya dengan latar belakangmu? Jangan clueless tentang diri sendiri. Termasuk kenalilah soft skills-mu, misalnya kamu pintar bernegosiasi dengan orang lain, dan sebagainya. Lalu cobalah explore hal-hal yang kamu suka dan tidak suka. Coba cari penjelasan kenapa sih kamu tertarik pada sebuah bidang, atau kenapa kamu tidak suka pada hal tertentu. Mungkin ketidaksukaan atau ketakutan itu hanya di pikiran saja, atau karena belum pernah dicoba.
Kedua, kita harus tetap update berita dan perkembangan terbaru di industri pilihan kita. Kita harus memahami dinamika industrinya seperti apa sih. Hal ini penting untuk memastikan bahwa apa yang dibutuhkan oleh industri tersebut sesuai dengan hal yang bisa kita tawarkan.
Terakhir, cobalah ngobrol-ngobrol dengan orang yang kenal dengan potensi dan skills kamu, seperti misalnya dosen waktu di kampus dulu. Jagalah hubungan baik dengan para dosen, karena mereka yang pernah melihat kekuatan dan kelemahan kita waktu kuliah dulu.
***
Candini Candanila currently serves as Senior Public Policy and Government Relations at Tokopedia, one of the largest tech companies in Indonesia focusing on democratizing commerce through technology. She enjoys reading and traveling during her spare time. Just drop an email to candinicandanila@gmail.com if you’re interested in having a chat with her.
***
Foto milik Candini Candanila