Ditolak 6 Beasiswa, Perempuan asal Jatim Berhasil Kuliah di Swedia 

0
3373
Tri mengatakan kunci mendapatkan beasiswa adalah jangan mudah menyerah.

Lahir dan besar di Sidoarjo, Jawa Timur, Tri Ariyani tertarik dengan dunia kesehatan sedari muda. Setelah berkarir di industri farmasi selama lebih dari 10 tahun, dia kini menempuh studi magister biomedicine di Uppsala University. Bagaimana pengalamannya belajar di Swedia? Bagaimana perjuangannya mencari beasiswa selama bertahun-tahun? Tri menceritakan kisahnya kepada Columnist Indonesia Mengglobal, Rio Tuasikal.

 

Halo Tri! Boleh ceritakan latar belakangmu sebelum kuliah di Swedia?

Basic S1 saya dulu farmasi atau apoteker. Setelah lulus saya bekerja di beberapa perusahaan farmasi, kemudian sekarang bekerja di perusahaan farmasi milik negara, yaitu BioFarma. Ketika kuliah S1, yang saya pelajari lebih fokus soal obat dari bahan kimia atau small molecule. Padahal jaman sekarang perkembangan obat-obatan ke depan itu lebih banyak ke biopharmaceutical, seperti monoclonal antibody, immunotherapy, dan sebagainya. Ketika saya ngobrol dengan orang-orang research and development di kantor, mereka itu jago-jago banget, udah jauh banget ilmunya saya ngga ngerti. Itulah salah satunya yang mendorong saya untuk kuliah lagi. 

 

Sekarang kuliah jurusan apa di Swedia?

Saya sekarang menempuh studi magister in biomedicine di Uppsala University, Swedia. Ini salah satu kampus yang bagus untuk riset di bidang biomedicine dan kesehatan. Ketika melihat silabus, saya merasa mata kuliahnya cocok banget. Alhamdulillah keterima dan dapat beasiswa Swedish Institute Scholarships for Global Professionals dari pemerintah Swedia.

 

Tri bangga bisa berkuliah di Uppsala University, tempat bapak taksonomi modern Carl Linnaeus dulu menimba ilmu. Linnaeus memang lahir dan tinggal di kota ini selama lebih dari 50 tahun.
Tri bangga bisa berkuliah di Uppsala University, tempat bapak taksonomi modern Carl Linnaeus dulu menimba ilmu. Linnaeus memang lahir dan tinggal di kota ini selama lebih dari 50 tahun.

 

Wah keren banget! Apa saja yang dipelajari di jurusan ini?

Biomedicine ini menurut saya adalah kombinasi kedokteran dan farmasi. Dari perspektif farmasi, saya diajari bahwa di zaman dulu orang menciptakan obat dari bahan kimia, lalu dilihat apa efeknya ke tubuh, sebelum akhirnya dijadikan obat. Sekarang terbalik, kita ketahui dulu target yang ingin kita sasar di tubuh kita. Misalnya sel kanker, ini akan mengekspresikan reseptor apa? Jadi dari reseptor tersebut desain molekul yang sesuai. Di sini juga diajarkan cara memformulasi obatnya nanti, bagaimana membentuk bahan kimia atau senyawa yang sesuai agar didapatkan obat yang lebih spesifik, lebih sedikit efek samping, dan khasiat serta efektivitasnya lebih tinggi. Saya juga mempelajari kanker dan genetika. Pertama shocked juga sih karena keterbatasan dasar ilmu saya, tapi setelah saya pelajari jadi lebih ngerti dan menyenangkan.

 

Kenapa ingin kuliah biomedicine di Swedia?

Memang program biomedik di Indonesia juga banyak yang bagus. Tapi ada yang tidak didapatkan kalau di Indonesia. Pertama adalah bahasa Inggris, kalau di sini dipaksa ngomong, presentasi, dan sosialisasi. Kedua, kita diajar langsung oleh dosen-dosen yang penelitiannya terbit di jurnal dengan validitas tinggi seperti the Nature. Itu wow! Rasanya seneng banget. Di sini juga risetnya lumayan maju. Misalnya, sistem limfatik di manusia itu lulusan Uppsala juga dan banyak lagi penelitian lain yang lahir di sini.

Sehari-hari, Tri membagi waktunya antara perpustakaan dan laboratorium.
Sehari-hari, Tri membagi waktunya antara perpustakaan dan laboratorium.

Kalau iklim akademik Swedia itu kayak gimana?

Swedia ini menyenangkan untuk studi, dosen-dosennya sangat membantu. Ketika kirim email juga santai. Di sini tidak ada kasta antara dosen dan mahasiswa. Bahkan profesornya suka ngga mau dipanggil profesor, ingin dipanggil nama saja. 

Yang saya salut itu di sini mengutamakan kolaborasi ketimbang kompetisi. Itu salah satu tantangan sekaligus hal baru. Kebayang kan orang dari berbagai negara, budaya, dari berbagai latar belakang ilmu, itu bisa berdiskusi.

Tri senang bisa berdiskusi dengan teman sekelas yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.
Tri senang bisa berdiskusi dengan teman sekelas yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.

Dengar-dengar ujiannya unik ya?

Iya, satu kali ujian itu kita dikasih waktu lima jam. Awalnya saya pikir ‘Waduh ujian lima jam apa ngga pusing itu kepala?’. Ternyata ujiannya itu bisa dikerjakan 2-3 jam lah, tapi orang Swedia itu memberi waktu lebih lama agar kita tidak ada tekanan dikejar-kejar waktu. Jadi kita itu enjoy saat mengerjakan ujian itu, bahkan boleh bawa makanan, snack, minuman hangat, boleh sambil ngemil. Pertama saya kaget, tapi ternyata enjoy banget. 

Terus di sini kalau ujian ngga lulus masih bisa mengulang. Kalau kampus saya bisa sampai lima kali mengulang. Mengulangnya itu hanya ujiannya saja, bukan mengulang mata kuliahnya. Orang Swedia mengerti bisa saja kita gagal ujian karena sedang sakit, tidak fit, bukan berarti kamu tuh ngga bisa. Swedia juga sangat menghargai kesehatan mental.

 

Setelah kuliah, apa yang nanti ingin dibawa ke Indonesia?

Sepulang dari Uppsala saya akan kembali ke perusahaan tempat saya bekerja sebelumnya. Yang ingin saya bawa adalah kemampuan saya untuk menyusun clinical trial, karena itu akan dibutuhkan sekali di perusahaan saya. Banyak obat-obatan dan produk-produk baru yang membutuhkan clinical trial. Kemudian saya ingin menerapkan riset, misalnya tentang produk-produk biopharmaceutical yang baru seperti monoclonal antibody, immunotherapy. Supaya Indonesia bisa berdaya dan membuat produknya sendiri dan tidak perlu impor dengan harga mahal seperti sekarang. Kalau di Indonesia bisa membuat sendiri, harganya bisa lebih murah, dan lebih banyak masyarakat yang bisa menjangkau. 

Uppsala Moské menjadi penanda keberagaman masyarakat Uppsala.
Uppsala Moské menjadi penanda keberagaman masyarakat Uppsala.

 

Ngomong-ngomong, gimana pengalaman sebagai Muslimah di Swedia?

Kebetulan Swedia satu negara yang banyak menerima imigran Suriah, jadi banyak Muslim di sini, bahkan tiap saya naik bus pasti ketemu Muslim berkerudung. Terus di Uppsala ada masjid ‘Uppsala Moské’, masjid paling utara di Swedia, dan kedua paling utara sedunia setelah masjid di Rusia. Masjid ini lumayan aktif, kalau kita melihat jadwal salat di website-nya. 

Makanan halal juga cukup banyak, bahkan di supermarket biasa pun ada daging yang halal, ngga perlu ke supermarket khusus. Untuk salat di kampus ada prayer room untuk seluruh agama, tapi umumnya dipakai yang Muslim untuk salat. Kalau misalnya di perpustakaan juga tinggal gelar sajadah, cari tempat yang agak sepi. Alhamdulillah ngga ada kesulitan. Komunitas pun ada komunitas ngaji bareng sama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Swedia. 

 

Ini kan lagi Ramadan, gimana puasa di Swedia?

Wah di sini bisa 16-18 jam. Sekarang itu magribnya di atas jam 8 malam dan subuhnya jam 4. Nanti kalau udah tengah-tengah atau menjelang akhir itu subuhnya bisa jam 2.30 pagi. Terus buka puasanya udah jam 9 lebih. ini agak deg-degan juga sih. Apalagi course saya yang semester ini lumayan padat gitu jadwalnya. Ada ke lab, ke kampus, ada tugas-tugas, tapi ya bismillah lah ya kita coba.

Tri mengatakan dia berusaha melaksanakan ibadah sholat di mana pun berada, seperti temannya yang nampak dalam foto ini.
Tri mengatakan dia berusaha melaksanakan ibadah salat di mana pun berada, seperti temannya yang nampak dalam foto ini.

 

Menarik banget ya pengalaman di Swedia. Terakhir, boleh dong ceritakan perjuangan sampai Swedia ini seperti apa? 

Jadi sebelum diterima di Swedia ini saya sudah mendaftar 6 beasiswa lain. Seperti beasiswa pemerintah Belanda StuNed, LPDP juga pernah untuk ke Inggris, Erasmus Mundus Joint Master Degrees juga pernah nyoba dan belum rezeki. Sampai 6 kali kemudian baru yang ketujuh kalinya keterima di Swedia.

Kalau beasiswa saya, yang keterima di kampusnya baru akan diproses beasiswanya. Apply-nya bersamaan waktunya, cuma yang akan diproses adalah yang sudah diterima universitasnya. 

Kalau ke Swedia menggunakan Erasmus Mundus Joint Master Degrees itu sudah ditetapkan kampus tujuannya, kebetulan Uppsala ini juga kampus yang banyak menerima mahasiswa Erasmus Mundus.

 

Ternyata kuncinya jangan mudah menyerah ya?

Iya bener banget. Sikap yang harus dimiliki pencari beasiswa adalah persistensi untuk terus berjuang kalau pun gagal 1-2 beasiswa. Biasanya kalau 1-2 beasiswa itu untuk belajar dulu ya. Jadi jangan gampang menyerah. Kalau kita belum rezeki di satu beasiswa insyaallah ada rezeki di beasiswa lain. Jadi terus berusaha dan lakukan perbaikan dari kegagalan-kegagalan sebelumnya. 

Kalau mau kulah di Swedia bisa dicoba dengan beberapa beasiswa yang tersedia. Dari pemerintah ada Swedish Institute Scholarships for Global Professionals, bisa pakai LPDP untuk kampus tertentu, Erasmus Mundus, kemudian ada beasiswa kampus bisa dicek di website masing-masing kampus.***

Tri Ariyani adalah mahasiswa Master in Biomedicine, Uppsala University, Swedia. Sebelumnya, dia berkarir selama lebih dari 10 tahun di sejumlah perusahaan farmasi sebelum akhirnya bergabung ke BioFarma sampai sekarang. Studi S1 dia tamatkan di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.

Seluruh foto disediakan Tri Ariyani. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here