“Di antara Auckland dan Wellington, terdapat sebuah kota bernama Hamilton yang juga menjadi salah satu tujuan mahasiswa internasional untuk berkuliah. Saya mewawancarai M. Sandhi Satyatama, seorang anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah menuntaskan studi S2-nya di University of Waikato, Selandia Baru.”
“Beliau menyelesaikan perkuliahan di jurusan Master of Security and Crime Sciences selama 2019-2020 (18 bulan) dengan pendanaan dari New Zealand ASEAN Scholarship (NZAS). Pemilihan kampus University of Waikato tak lepas dari profesinya sebagai anggota Polri serta fakta bahwa kampus tersebut adalah satu-satunya di Asia Pasifik yang memiliki jurusan yang dipilihnya. Berikut adalah rangkuman wawancara saya dengan M. Sandhi Satyatama.”
***
Mewujudkan impian untuk berkuliah di luar negeri memerlukan proses yang panjang. Tantangan terbesar apa yang dialami dari proses aplikasi hingga berkuliah?
Bagi saya yang berusaha mendapatkan pendidikan lewat jalur beasiswa, tentu saja tantangan terbesarnya adalah memperoleh sponsor dari lembaga yang memberikan pendanaan. Sebelum saya lolos beasiswa NZAS, saya sudah mencoba beberapa jalur beasiswa yang lain, termasuk LPDP, Australia Awards, Chevening, dan Fulbright. Semua beasiswa itu menolak saya, hingga di tahun kedua, saya mencoba mendaftar beasiswa NZAS dan akhirnya diterima.
Secara garis besar, pengetahuan dan keterampilan apa saja yang Anda pelajari dari jurusan Master of Security and Crime Sciences?
Jurusan yang saya ambil berfokus pada manajemen keamanan, intelijen, dan pencegahan kejahatan, baik di lingkungan pemerintahan ataupun di sektor swasta. Jurusan ini mengombinasikan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, kriminologi, geografi, statistik, dan manajemen, untuk dapat mengelola situasi keamanan di tempat tertentu.
Hal yang paling menarik perhatian saya adalah bagaimana kita bisa mengolah data-data tempat kejadian perkara kejahatan di suatu lokasi dengan menggunakan Geographical Informational System (GIS) sehingga dapat divisualisasikan dalam bentuk peta digital. Hal ini dapat mempermudah proses analisa penyebab mengapa banyak kejahatan tertentu terjadi di suatu daerah.
Sebagai contoh, wilayah kecamatan A sering mengalami kejahatan pencurian ternak. Dengan GIS, kita dapat membuat hotspot tempat-tempat terjadinya pencurian ternak tersebut. Ditambah dengan peta demografi yang kita miliki, misalkan dari Badan Statistika Nasional, kita dapat menambah layer pada peta digital tersebut sehingga secara visual, analisa lokasi pencurian ternak bisa bertumpuk juga, misalnya, dengan lokasi wilayah pengangguran.
Tentu ini menjadi salah satu bahan bagi kepolisian untuk melakukan tindakan pencegahan, salah satunya melalui patroli ke tempat-tempat hotspot tersebut. Dengan demikian, sumber daya kepolisian dapat dikelola dengan efektif, yaitu menggunakan ketersediaan anggota polisi yang terbatas untuk berfokus pada tempat-tempat yang memang banyak terjadi kejahatan. Ini akan sangat menghemat sumber daya dibandingkan dengan mengirim jumlah anggota Polri yang sama ke wilayah yang lebih luas.
Apa keunggulan University of Waikato dibanding kampus lainnya di NZ?
Saya rasa dalam fasilitas belajar, hampir seluruh kampus di New Zealand memiliki kualitas yang sama. Namun, bagi saya pribadi, keunggulan University of Waikato terletak pada situasi kondusifnya bagi pelajar. Suasana kota Hamilton sangat cocok untuk belajar karena tidak terlalu banyak distraction di kota ini. Mungkin kalau diibaratkan, Hamilton adalah Jogja-nya New Zealand. Lingkungan kota yang teratur dan tidak terlalu ramai membantu studi saya selesai dengan cepat. Biaya hidup di Hamilton juga cenderung lebih rendah dibanding kota-kota lain seperti Wellington atau Auckland.
Dari segi pelayanan, University of Waikato memiliki staf International Student Office yang sangat ramah dan baik. Mereka sudah berpengalaman membantu pelajar-pelajar internasional untuk belajar di kampus mereka. Sejak awal saya masuk, mereka membantu saya untuk beradaptasi dengan sistem pembelajaran di kampus. Seperti kampus-kampus lain, mereka juga bersedia membantu kita jika ada kendala atau hambatan dalam proses belajar di sana.
Berbicara tentang proses belajar, selain berkuliah, kegiatan apa saja yang Anda ikuti selama tinggal di Hamilton?
Terus terang, saya bukan tipe orang yang suka travelling. Saya tahu bahwa sebagian besar pelajar internasional yang kuliah di New Zealand pasti meluangkan waktunya untuk menjelajahi keindahan alam NZ, tapi tidak begitu dengan saya. Saya lebih memilih menggunakan waktu luang saya untuk bekerja part-time.
Ada dua jenis pekerjaan paruh waktu yang saya ambil saat itu, yaitu kitchen hand dan insulation installer. Sesuai visa yang saya pegang saat itu, pelajar hanya diperbolehkan bekerja dengan batas waktu maksimum 20 jam per minggu. Selama waktu part-time tidak mengganggu waktu studi saya, mengapa tidak?
Kegiatan lain yang saya lakukan di luar kuliah adalah aktif dalam organisasi Perkumpulan Pelajar Indonesia (PPI) Hamilton. Kebetulan selama studi saya sempat dipercaya untuk menjabat sebagai ketua PPI Hamilton. Bagi saya perkumpulan ini dapat mempererat hubungan sesama pelajar Indonesia yang belajar di sana.
Adakah pesan singkat untuk teman-teman yang berminat untuk studi di Hamilton, khususnya di University of Waikato?
Persiapkan dengan baik. Pilih program studi yang sesuai dengan keinginan. Kalau sudah mulai berkuliah, tidak perlu merasa minder dengan teman-teman penduduk asli New Zealand karena pada strata yang sama, sebenarnya kemampuan kita tidak kalah dengan mereka.
***
M. Sandhi Satyatama, S. H., S. I. K., M. S. C. S. adalah seorang anggota Polri lulusan Akademi Kepolisian tahun 2004. Sebelum berangkat S2 ke Selandia Baru, beliau menjabat sebagai Wakapolres Bengkulu Selatan, Polda Bengkulu. Beliau juga seorang suami dari Ny. Rizka Rizviani, S. E. dengan dua orang anak.