Sejuta Kisah dari Negeri Formosa

0
1396
Penulis bersama teman-teman dari negara lain di acara International Cultural Day and Study Abroad Fair yang diselenggarakan oleh Office of International Affairs NCU.

Taiwan merupakan salah satu negara maju di Asia yang terus mengembangkan negaranya di berbagai aspek, mulai dari sistem pengajaran hingga industrialisasi. Bagaimana rasanya berkuliah di salah satu negara Macan Asia? Kontributor IM, Intan Mardiono, membagikan pengalamannya dalam artikel berikut.


Proses Pendaftaran ke Kampus di Taiwan

Melanjutkan studi S3 merupakan sebuah kewajiban di profesi saya yang kebetulan seorang pendidik di sebuah instansi yang tergolong baru di Lampung. Dengan dorongan dari atasan saya dan juga tuntutan yang ada, saya sering mencari informasi dari internet terkait lowongan riset mana yang bersedia menerima saya sambil S3. Banyak negara yang saya jadikan referensi, mulai dari Belanda, Italia, Denmark, hingga Jepang. Belum ada yang menerima saya saat itu, meskipun saya telah membuat 20 proposal. Hal ini karena saya melamar sebagai research assistant, bukan sebagai student jalur beasiswa. Dan kebetulan saat itu beasiswa berbagai negara sedang ditangguhkan.

Selain itu, nilai TOEFL saya masih kurang dari 500 saat itu. Pada saat itu, tidak ada yang menyediakan tes TOEFL karena awal pandemi, sehingga saya tidak dapat mengambil tes TOEFL kembali. Akhirnya, dengan modal TOEFL seadanya, saya melamar ke berbagai tempat. Sampai akhirnya ada salah satu teman mengajak saya mendaftar ke Taiwan. Dua kampus yang waktu itu saya daftar (tidak memerlukan biaya pendaftaran), yaitu National Taipei University of Technology (NTUT) di Taipei dan  National Central University (NCU) di Taoyuan. Saya sudah mendapatkan profesor di kampus NTUT, sedangkan di NCU saya tidak mendapatkan profesor. Akhirnya di NCU saya sedikit putus harapan.

Proses pendaftaran di kampus Taiwan dilakukan secara daring. Pendaftar perlu mencantumkan email pemberi rekomendasi pada saat proses pendaftaran kampus, sehingga yang memberikan rekomendasi menulis keterangan secara daring. Pertama-tama saya mengirimkan email yang berisikan proposal riset ke kedua kampus tersebut. Namun, saya hanya mendapatkan respon dari profesor NTUT. Sebuah hal yang wajar saya meneruskan aplikasi di kampus tersebut, namun saya diberikan saran oleh rekan saya untuk memasukkan aplikasi ke NCU, walaupun saya pada saat itu tidak mendapatkan rekomendasi dari profesor di NCU. Selain itu, pendaftar perlu mempertimbangkan pilihan jurusan lebih dari satu. Saat itu, saya mendaftar program manajemen industri (pilihan pertama) dan teknik mesin (pilihan kedua) di NCU, dan akhirnya saya keterima di pilihan kedua saya.

Pengalaman Berkuliah di National Central University (NCU), Taiwan

Februari 2021, merupakan awal perkuliahan saya di NCU. Minggu pertama hingga minggu ke enam, saya dan teman-teman saya mengikuti perkuliahan secara daring karena pemerintah Taiwan belum membuka perizinan bagi mahasiswa asing untuk masuk ke Taiwan saaat itu.

Kesan pertama perkuliahan saya, dosen mata kuliah saya begitu perhatian dengan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan secara daring, sehingga kami diberikan allowance berupa tambahan waktu kuliah untuk mengejar teman-teman kami yang kuliah secara tatap muka, selain diberikan video rekaman, sehingga membantu kami untuk mengejar ketinggalan materi yang diberikan.

Penulis bersama 13 teman Indonesia berangkat dari Jakarta ke Taiwan.
Penulis bersama 13 teman Indonesia berangkat dari Jakarta ke Taiwan.

Pada akhirnya saat Maret 2021, saya dan kawan saya dari Indonesia berangkat ke Taiwan dan kami perlu karantina selama 16 hari tanpa keluar kamar sama sekali. Walaupun pandemi belum berakhir, namun aturan pemerintah akan protokol sudah cukup longgar, sehingga saat ini saya sudah menjalani perkuliahan secara normal.

Di NCU terdapat banyak mahasiswa Indonesia, sehingga ketika saya ingin memilih mata kuliah, saya menggali informasi tentang mata kuliah tersebut kepada senior-senior yang ada. Selain itu, saya mendapatkan informasi tentang perkuliahan melalui sistem yang disediakan oleh kampus, mulai buku yang digunakan hingga materi apa saja yang diajarkan nantinya.

Berbeda dengan di Indonesia, pengalaman selama saya kuliah di Indonesia, buku yang digunakan beragam, sehingga saya harus lebih kreatif mencari materi di beberapa buku yang di-list oleh dosen saya. Di Taiwan, dosen hanya menggunakan satu buku untuk dijadikan referensi perkuliahan

Dosen memberikan bahan ajar berupa berkas power point, buku, ataupun bahan ajar lain di awal perkuliahan, sehingga mahasiswa lebih gampang untuk belajar mandiri sebelum masuk ke kelas. Adapun terkait dengan jam kuliah, 1 SKS diberikan waktu 50 menit. Jika 3 SKS, maka waktu yang diberikan sebanyak 150 menit, tidak kurang dan tidak lebih.

Selain itu, kampus Taiwan tidak segan-segan untuk memberikan hibah berupa buku. Sehingga kami sering mendapatkan buku yang bagus setiap tahun dari lelang buku yang diselenggarakan oleh perpustakaan kampus. Dan setiap tahun kami diberi uang buku (di luar uang beasiswa dan uang riset) sebagai suplemen mahasiswa.

Pengalaman dan Budaya Riset di National Central University (NCU), Taiwan

Kampus-kampus di Taiwan berkolaborasi dengan industri dan juga pemerintah untuk mengembangkan keilmuan yang ada di Taiwan, sehingga bersama sama membangun negara tersebut. Sehingga tidak jarang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan riset yang dikembangkan oleh perusahaan. Dan tidak jarang juga dari proyek tersebut perusahaan melakukan rekrutmen secara langsung. Satu bulan menganggur merupakan waktu yang paling lama bagi mahasiswa Taiwan untuk menganggur tanpa adanya tawaran pekerjaan.

Pemandangan tiap hari dari dalam kamar Penulis.
Pemandangan tiap hari dari dalam kamar Penulis.

Berkaitan dengan penelitian, mahasiswa S2 dan S3 biasanya diberikan sebuah proyek dari profesor pembimbing untuk digunakan sebagai topik riset. Mahasiswa di lab hanya perlu fokus dengan penelitian karena data biasanya sudah tersedia di lab. Bila tidak ada data, profesor akan menghubungi perusahaan yang diajak kolaborasi riset tersebut untuk meminta data yang dibutuhkan.

Yang membedakan selama saya kuliah di Taiwan dan di Indonesia adalah adanya sistem weekly meeting dan perhatian yang diberikan profesor untuk memantau kemajuan penelitian saya. Kami juga meeting dengan profesor dan juga sesekali dengan perusahaan, sehingga kami belajar secara langsung case yang ada di lapangan. Hal ini karena Taiwan menerapkan konsep learning by doing, menyelesaikan permasalahan lapangan langsung. Oleh karena itu, merupakan sebuah kesempatan jika ikut belajar dengan profesor di sini yang risetnya berbasis pada kasus yang ada di lapangan (industri).

Selain itu, segala hal yang berkaitan dengan riset, mulai print laporan, biaya untuk publikasi dibayar oleh profesor kami. Dan jika mahasiswa ingin mengikuti konferensi baik di dalam Taiwan maupun negara lain, profesor kami akan menyediakan akomodasi yang dibutuhkan. Namun, dikarenakan masih adanya pandemi, konferensi yang kami ikuti hanya berkisar di Taiwan saja.

Kehidupan sebagai Mahasiswa Internasional di Taiwan

Merupakan hal yang biasa bagi mahasiswa Indonesia datang ke Taiwan mengalami culture shock. Karena budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, dan lingkungan yang cukup berbeda. Berikut beberapa hal yang ingin saya bagikan terkait pengalaman selama studi di Taiwan:

  • Terdapat banyak kesempatan bagi saya dan bersama teman-teman internasional lainnya untuk berkumpul, misalnya acara International Cultural Day and Study Abroad Fair yang diselenggarakan oleh Office of International Affairs (OIA). Ada juga kesempatan untuk bertemu dengan masyarakat Taiwan melalui beragam acara budaya yang diselenggarakan untuk memperkenalkan berbagai budaya.
  • Bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Taiwan adalah bahasa Mandarin. Dalam hal ini, kampus menyediakan semacam course bagi mahasiswa internasional yang ingin belajar Mandarin. Kalau misal mahasiswa Indonesia yang ragu untuk mengartikan apa yang ingin dikatakan, google translate merupakan alternatif yang dapat dimanfaatkan.
  • Kesempatan traveling dan berbelanja bagi mahasiswa internasional. Terkait panorama alam, Taiwan memiliki kondisi alam yang tidak kalah cantik dengan Indonesia.Bagi teman-teman yang suka berbelanja, Taiwan menyediakan barang branded yang nominal harganya lebih miring dibandingkan dengan Indonesia.
  • Bagi mahasiswa muslim, di Taiwan terutama di sekitar kampus saya tidak terdengar azan, sehingga perlu aware dengan alarm HP jika ingin melaksanakan salat. Dalam hal kuliner, kita perlu berhati-hati dalam memilih makanan halal. Namun, karena kampus saya banyak tinggal masyarakat Indonesia, mencari makanan halal tidak begitu sulit, setiap hari ada catering yang menjual makanan halal bagi mahasiswa muslim. Untuk kami yang muslim, ada grup LINE yang isinya informasi makanan atau minuman halal yang ada di Taiwan.

Terakhir, jika saya ditanya apakah cukup dengan pencapaian sekolah di Taiwan, tentunya masih belum, karena saya sadar bahwa yang namanya ilmu harus tetap digali lebih banyak. Motto dari teman saya yang saya sering pakai adalah “Menjadi Inspirasi, Bersama Memajukan Indonesia”. Selamat berjuang bersama… salam dari negeri Formosa.

*Semua foto disediakan oleh penulis.
**Editor: Haryanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here