Studi di Luar Negeri: Di Mana, Di Kota Mana, dan Mengapa?

1
4413
Studi di Denmark

Sebelum kamu berangkat untuk kuliah di luar negeri, tentunya ada banyak pertimbangan dari A sampai Z, dari memilih universitas, negara dan kota tujuan, budget, dll. Di tulisan saya kali ini, saya akan menceritakan pengalaman saya dan beberapa tips dalam mempertimbangkan universitas dan kota tujuan menimba ilmu di luar negeri.

  1. Program Studi

Menurut saya, pertimbangan mengenai program studi itu sangat atau bisa dibilang paling penting. Untuk menentukan kamu bisa kuliah di universitas mana, kamu harus mengetahui program studi apa yang kamu minati. Baru dari situ, kamu mengerucut ke negara atau kota tujuan. Sebelum saya memutuskan untuk kuliah di Denmark, jujur saya juga telah melakukan survey mengenai program yang saya minati (Communication/Media) di beberapa negara yang dulu saya minati, misalnya di Inggris dan Belanda. Sebelum saya diterima di MA Corporate Communication di Aarhus University, saya sudah diterima juga di MA Media Culture di Maastricht University, Belanda (yang menjadi alasan kenapa saya dulu belajar bahasa Belanda) dan MA Media Management di Westminster University, Inggris. Dalam hal ini, pertimbangannya bisa terbalik, antara kamu memilih program studi favorit dahulu, kemudian baru ke negara. Misal, negara manapun asalkan program studi itu terbaik di dunia. Atau alternatif kedua, kamu mengincar kampus/kota favorit dulu, baru setelah itu kamu melihat apakah program studi tersebut tersedia di kampus incaran kamu. Misal, kamu ingin kuliah di Melbourne University atau Melbourne, lalu kamu baru mencari apakah di kampus itu ada program yang sesuai atau paling tidak mirip dengan yang kamu inginkan.

 

After finishing a thesis oral defense at Aarhus University
After finishing a thesis oral defense at Aarhus University

 

  1. Universitas Tujuan

Seperti yang saya paparkan sedikit di atas, universitas tujuan itu penting. Mungkin kamu sudah lama mengidam-idamkan ingin kuliah di Oxford, misalnya, dan kamu sangat teguh pendirian, jadi baru kamu mencari apakah di Oxford ada jurusan yang mengakomodasi minat kamu. Meskipun minat dan program studi terbaik sesuai ‘passion’ itu penting, tapi impian kamu juga penting, dan tidak boleh kamu abaikan juga, terutama jika kamu sangat idealis. Jadi kamu akan bersemangat dalam perjuanganmu meraihnya karena kamu sudah lama mengidam-idamkan hal ini.

 

Copenhagen, the "bike" city
Copenhagen, the “bike” city
  1. Kota/Negara Tujuan

Saya tahu bahwa pasti banyak di antara kita yang mengimpi-impikan untuk kuliah di kota/negara yang spesifik. Misalnya, yang sudah lama terpukau dengan keindahan dan budaya Jepang, maka sangat berkeinginan untuk kuliah di Jepang. Jika kamu tipe yang seperti ini, maka wujudkanlah. Hidup hanya sekali bukan? Jika kamu dapat mencapai cita-cita ini, pasti sesampainya di sana kamu akan sangat bersyukur dan menikmatinya. Untuk kota dan negara tujuan studi yang spesifik bagi saya, terus terang dulu saya cukup fleksibel. Terakhir, saya berpikir untuk kuliah di Scandinavia karena negara-negara di sana sangat unik dan sejahtera. Eh, kebetulan saya menemukan Aarhus University di Denmark, meskipun sebelumnya saya berpikir untuk kuliah di Swedia karena beberapa alasan pribadi.

  1. Budget

Hal ini adalah pertimbangan secara praktikalitas dan tidak terkait dengan idealisme lagi, akan tetapi tidak dapat diabaikan tentunya. Beberapa dari kamu mungkin ada yang ingin kuliah di luar negeri dengan mengandalkan beasiswa, dan beberapa yang lain ada yang menabung bertahun-tahun, dan sisanya ada juga yang dibiayai orang tua. Jika budgetmu tidak melimpah ruah selayaknya kamu anak milyarder pemilik kebun kelapa sawit, pasti pertimbangan budget akan menjadi hal krusial. Misalnya, secara idealisme kamu ingin kuliah di London tetapi biaya mepet. Karena hidup di London sangat mahal (terutama harga sewa apartemen), kamu jadi harus mati-matian ‘hunting’ beasiswa. Di Amerika setahu saya ada banyak mahasiswa lokal yang mengandalkan uang pinjaman untuk biaya kuliah, tetapi saya kurang setuju dengan ide tersebut, tidak tahu bagaimana menurut kalian. Tidak lucu kan, kalau masih mahasiswa yang tidak berpenghasilan, tapi hutangnya Rp 500 juta?

  1. Beasiswa

Bagi pemburu beasiswa, hal ini perlu disimak. Satu, kamu harus sangat update dengan info beasiswa terbaru, apa saja, apa syaratnya, kapan deadline-nya. Dua, pastikan kamu memiliki transkrip nilai yang super bagus dan skor IELTS/TOEFL/GRE mu setinggi langit. Selain itu, CV juga menjadi pertimbangan. Kebanyakan beasiswa, meskipun dari Indonesia maupun luar Indonesia, mengharuskan nilai yang tinggi sebagai salah satu syarat seleksi. Misalnya, ada kandidat dengan IPK 3,00 dan kandidat lain IPK nya 3,80, tentunya yang IPK 3,00 kebanyakan akan ‘digugurkan’ (di tahap seleksi berkas). Pertimbangan ini sama saja, baik pemberi beasiswanya dari dalam negeri atau luar negeri. Kalau kamu lumayan fleksibel akan kuliah di manapun, kamu juga harus update dengan info kampus mana saja di luar negeri yang memberikan beasiswa kepada calon mahasiswanya. Tetapi biasanya, calon penerima beasiswa harus sudah diterima dulu di kampus tersebut (yang mengisyaratkan transkrip dan skor test bahasa Inggris seperti IELTS juga). Jadi, bagi pemburu beasiswa, dari sekarang misalnya kamu masih kuliah S1 semester 2 tapi kamu sudah merencanakan untuk mencari beasiswa S2 di luar negeri, sangat penting bagi kamu untuk berusaha super maksimal mencapai IPK dan IELTS dengan nilai dahsyat karena sainganmu ribuan. Tetapi kamu jangan berkecil hati, ada juga beberapa beasiswa yang lebih mengutamakan CV atau karakter kepemimpinan ketimbang IPK. Jadi jika IPK mu kemarin tidak setinggi langit, tingkatkan pengalamanmu sehingga CV mu lebih baik nantinya. Misalnya dengan aktif di NGO atau aktivitas sosial atau berprofesi keren, maka tentunya kamu juga akan dilirik.

  1. Bahasa Pengantar Kuliah

Di manapun kamu merencanakan untuk kuliah nanti, hal ini sangat penting. Pastikan kamu merasa nyaman dengan kemampuan dan level bahasa di mana bahasa tersebut akan digunakan di kampus dan program studi tujuanmu. Misalnya, kamu berencana kuliah di Jerman dan bahasa pengantarnya adalah bahasa Jerman, maka akan lebih baik jika kemampuanmu di atas syarat minimum dan sudah ‘advanced’. Kuliah dengan bahasa yang bukan ‘mother tongue’ kita itu sulit, lho. Meskipun kuliahnya dengan bahasa Inggris dan kamu cukup percaya diri dengan level bahasa Inggrismu, bisa jadi kamu agak terkejut membaca jurnal dengan kosakata di mana kamu tidak terlalu familiar. Selain bahasa pengantar kuliah, bahasa lokal di negara tujuan kamu studi juga cukup penting, meskipun bukan prasyarat. Misalnya kamu akan studi di Jepang dengan bahasa pengantar bahasa Inggris, tetapi kamu tidak bisa berbahasa Jepang, kamu akan sangat kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lokal, terutama jika kamu tidak tinggal di kota besar nantinya.

  1. Budaya Setempat

Mempelajari budaya setempat di negara tujuan studi kamu juga cukup penting. Hal ini akan memudahkan proses beradaptasi. Jika kamu super anti terhadap sesuatu hal dan negara tujuan kamu studi memiliki budaya tersebut, maka akan lebih baik jika kamu mencari alternatif negara lain, atau tetap studi di sana dan belajar untuk cuek dan membuat grup dengan mahasiswa lain yang satu budaya atau, perlahan berusaha untuk lebih toleransi dan ‘open-minded’ tanpa menghilangkan idealisme yang kamu miliki. Dengan mempertimbangkan hal ini, kamu akan membangun bagaimana kehidupanmu di sana nantinya dan menghindari ‘culture shock’.

  1. Keamanan

Ketika kamu berniat untuk studi di luar negeri jauh dari tanah air dan hidup sendirian, keamanan adalah faktor penting yang perlu diperhatikan. Ketika saya hendak studi ke Denmark misalnya, saya sudah membaca banyak artikel bahwa tinggal di Denmark sangat aman, dan kasus kriminal sangat jarang terjadi. Tentunya hal ini karena level kesejahteraan penduduknya yang sangat tinggi dan banyak tunjangan sosial yang diberikan oleh pemerintah. Saya tidak tahu bagaimana situasi negara-negara lain, tapi saya berani bilang kalau Denmark termasuk negara paling aman di dunia. Jika kamu hendak studi ke luar negeri, tentunya jangan memilih negara yang sedang konflik atau banyak kasus kriminalitas. Kalau misal kamu baru pindah dan menetap sudah langsung kecopetan, rasanya tidak menyenangkan bukan?

Pada akhirnya, semua kembali ke preferensi kalian masing-masing, mana yang lebih penting, idealisme, impian, gengsi, budget, atau faktor lain yang lebih penting? Kalau kamu berniat mencari kerja dan menetap di negara tempat kamu studi, mungkin level familiaritas negara tersebut terhadap Indonesia juga bisa jadi bahan pertimbangan. Karena saya rasa jika calon ‘employer’ atau perusahaan melihat aplikasi kita dan tahu bahwa kita dari Indonesia, tetapi mereka tidak tahu tentang Indonesia sama sekali, mungkin akan berat bagi beberapa dari mereka untuk bisa mempekerjakan kita karena bisa jadi akan banyak kekhawatiran tentang budaya dan etos kerja, dsb.


BAGIKAN
Berita sebelumyaMoving Abroad: Physical or Metaphysical, Choose It Wisely
Berita berikutnyaUmberto Eco dan Kiat Menulis Tesis (Bagian Pertama)
Ethenia is a Master's student in Aarhus University, Denmark. Currently she is taking MA in Corporate Communication in the final year. Before embarking a Master's degree, she worked in Jakarta in several companies for some years, ranging from advertising agencies, StartUp, and government institution. In her spare time, she enjoys traveling, dancing, participating in some voluntary activities, attending networking events, and writing stories. You could check her blog at http://www.vividinblur.blogspot.com to know more about life in Denmark.

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here